26 Juni 2012, Jakarta: Pengamat intelijen Wawan Purwanto dari Lembaga
Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN) mengatakan kemitraan Indonesia
dan Tiongkok dalam memproduksi peluru kendali, alias rudal, dinilai
cukup strategis karena memperkuat kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut
dalam melindungi wilayah perbatasan Indonesia.
Menurut Wawan, di samping modernisasi alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI Angkatan Laut, kerjasama produksi rudal tersebut oleh
pihak pemerintah Indonesia dilakukan dengan menekankan mekanisme alih
teknologi antar pakar kedua negara.
“Itu sangat konkrit, tampak ada kemajuan-kemajuan. Berbagai kepentingan
terkait persenjataan, baik di darat, laut, udara dan Kepolisian didorong
untuk 60 persen dipenuhi dari dalam negeri, tentu saja dengan
persetujuan rakyat melalui DPR RI,” ujar Wawan di Jakarta pada Jumat
(22/6).
Wawan menambahkan kemitraan Indonesia dan Tiongkok secara menyeluruh
memiliki nilai strategis dalam mewujudkan stabilitas dan kerjasama
pertahanan di kawasan Asia dan Pasifik.
“Di antara negara-negara tetangga, perlu ada suatu transparansi bahwa
semua hubungan ini, yang terkait dengan kerjasama pesenjataan
(alutsista), yang menyangkut alih teknologi maupun penggunaan sejata itu
sendiri, tidak terkait dengan masalah-masalah ekspansi tetapi terkait
dengan masalah ketahanan nasional Indonesia,” katanya.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, kerjasama produksi
rudal Indonesia dan Tiongkok merupakan salah satu butir kesepakatan
kemitraan yang lebih menyeluruh dalam pengadaan alat utama sistem
senjata (alutsista) TNI.
”Ini penting, agar Indonesia bisa menjaga hubungan dengan banyak negara,
dan Tiongkok merupakan mitra strategis di kawasan ini. Kementrian
Pertahanan saat ini tengah menyusun mekanisme kemitraan kedua negara
terkait kerja sama produksi rudal tersebut,” ujarnya.
Kementerian Luar Negeri melalui Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di
Beijing baru-baru ini menyatakan, kerjasama Indonesia dengan Tiongkok
berlandaskan mekanisme alih teknologi teknologi untuk produksi bersama
peluru kendali (rudal) jenis C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan
Laut.
Dari kerjasama tersebut, diharapkan di masa depan Indonesia juga lebih
mampu mengembangkan jenis rudal canggih untuk keperluan militer. Menurut
kesepakatan kerja sama industri pertahanan antara kedua negara,
pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah dan disertai
alih teknologi peralatan militer yang antara lain mencakup cara
perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, dan pelatihan.
Indonesia menetapkan anggaran sebesar 72 triliun rupiah untuk kebutuhan
pertahanannya melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2012.
Sumber: VOA Indonesia