Namun persoalan ini akhirnya terselesaikan, walau persyaratannya cukup berat.
(Senin, 28 Januari 2013). TEMPO.CO, Jakarta -
TNI Angkatan Laut akan menggunakan rudal C-705 asal Cina pada kapal
cepat rudal (KCR) buatan dalam negeri.Rencananya, sebanyak 16 kapal
perang KCR-40 buatan pabrik kapal di Batam, PT Palindo Marine, bakal
dilengkapi dengan peluru kendali tersebut.
“Kontrak
sudah diteken, rudal diperkirakan tiba pada tahun 2014,” kata Kepala
Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama, Untung Suropati, kepada Tempo, Senin, 28 Januari 2013.
Sesuai UU Nomor 16 Tahun 2012, pemerintah
akan melakukan kerja sama transfer teknologi dalam skema pembelian alat
utama sistem persenjataan ini. Dengan skema transfer teknologi ini, diharapkan tiga pabrik dalam negeri: PT. Pindad, Lapan, dan PT. Dirgantara Indonesia, bakal mampu membuat rudal sendiri.
Sebelumnya, Dirjen Potensi Pertahanan
Kementerian Pertahanan, Pos Batubara, mengaku sedang menegosiasikan
kontrak transfer teknologi dengan produsen Tiongkok itu. “Masih kami
upayakan ke arah sana,” kata Pos, ditemui usai peresmian KRI Beladau 643
di Batam, pekan lalu.
Dia memastikan produsen lokal akan
terlibat dalam proses transfer teknologi antara Cina dan Indonesia.
“Harapannya kita mampu produksi sendiri,” ujar dia.
Kepala Badan Perencanaan Pertahanan
Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal Ediwan Prabowo, mengatakan
sejumlah produsen lokal mulai terlibat dalam persenjataan KCR 40. “PT.
Pindad mulai terlibat, tapi persentasenya masih kecil,” kata Ediwan.
Dia enggan menyebutkan nilai kontrak
pengadaan rudal Cina tersebut. “Kontrak pengadaan senjata dipisah dengan
pembuatan kapalnya,” kata Ediwan. Nilai pembuatan kapal cepat rudal 40
mencapai Rp 75 miliar per unit. Seluruhnya menggunakan skema pinjaman
dalam negeri.
Pembelian 2500 Kapal China
Persyaratan alih teknologi Rudal C-705 China itu, tampaknya terkait dengan syarat pembelian kapal seperti berita ini (perlu konfirmasi lebih lanjut):
(Senin, 28 Januari 2013). VIVAnews -
Demi memperlancar angkutan dan distribusi barang di Indonesia,
pemerintah melakukan penataan dan pembenahan sejumlah pelabuhan. Tak
hanya itu, pemerintah menyiapkan dana triliunan rupiah untuk membeli
kapal buatan China.
“Tahun ini, pemerintah akan mempercepat
pembangunan 44 pelabuhan,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Pemberdayaan Daerah Tertinggal dan Bulog, M. Natsir Mansyur, di JCC
Senayan, Jakarta, Senin 28 Januari 2013.
Natsir menambahkan, pemerintah akan
menyiapkan dana Rp15 triliun untuk membeli 2.500 kapal dari China.
Pembelian sebanyak 500 unit per tahun itu bertujuan untuk mewujudkan
program seashore shipping (pengangkutan barang dari satu provinsi ke provinsi lainnya) menjadi lebih efisien.
Sebab, selama ini, pengangkutan komoditas
seperti makanan, ternak, dan minyak antarprovinsi biayanya terlalu
tinggi, lebih mahal dibanding ke luar negeri. “Pengiriman jeruk
Pontianak ke Jakarta saja biayanya mahal,” kata dia.
Menurut Natsir, alasan memilih kapal
China itu adalah pertimbangan waktu produksi yang lebih cepat. Jika
memproduksi di dalam negeri, satu unit kapal pembuatannya bisa memakan
waktu setahun.
Natsir menambahkan, penandatanganan
pembelian kapal dari Negeri Tirai Bambu itu telah dilakukan. Perbankan
berperan besar sebagai mitra dalam membantu pembiayaannya. Namun, masih
belum diketahui bank mana yang ditunjuk untuk menjadi mitra penyaluran
pembiayaan Rp15 triliun itu.
Selama ini Lapan telah mengembangkan berbagai tipe roket: RX-550 dengan jangkaun 300 km, RX-122 dengan jangkauan 20 Km, RX-200 dengan jangkauan 40 Km dan RX-320 dengan jangkauan 80-100 Km.
Dengan kerjasama China diharapkan Lapan mampu mengembangan desain untuk mendapatkan konfigurasi roket yang sesuai dengan misinya, antara lain untuk memprediksi fenomena yang terjadi pada sistim propulsi roket seperti erosive burning dalam ruang bakar, karakteristik aliran fluida dalam nosel dan saat terjadi thrust vectoring, maupun sistim pendingin pada engine roket cair.
Kerjasama ini juga diharapkan memberi masukan bagi Lapan, untuk peningkatan desain struktur roket, yakni kemampuan memprediksi fenomena aeroelastis dan aerothermoelastis roket, khususnya sirip dan nosecone, sistem peredam getaran dan shock struktur payload serta optimasi berat struktur terhadap beban kerjanya, terutama nosel melalui analisis statis, dinamik dan thermal baik untuk material komposit maupun logam. Perbaikan desain diperlukan agar gerak roket lebih baik sehingga mencegah penyimpangan trayektori roket.
Perbaikan lainnya yang dibutuhkan Lapan adalah peningkatan kualitas produk yang dihasilkan, seperti kenaikan Isp propelan, kehalusan fabrikasi struktur, optimalisasi berat struktur menggunakan material komposit, sesuai dengan roadmap tahun 2014.
Sementara PT Pindad juga mulai mengembangkan amunisi kaliber besar
seperti 105 mm dan 120 mm. Amunisi ini dikembangkan menjadi warhead dan
rudal dengan mode proximity fuse. Proximity fuse menyebabkan kepala
rudal akan meledak pada jarak yang telah ditentukan dari target.
Teknologi proximity fuse ini menggunakan kombinasi dari satu atau
beberapa sensor di antaranya radar, sonar aktif, infra merah, magnet,
foto elektrik. Tidak hanya itu, PT Pindad juga terus mengembangkan rudal
darat.
Sistem Persenjataan Rudal
Apa yang sedang dikembangkan oleh Lapan dan PT Pindad merupakan
pijakan bagi pengembangan sistem persenjataan rudal. Istilah kerennya,
jika cita-cita itu tercapai maka rudal Indonesia nanti akan
menjadi alternatif salah satu penangkal, sehingga Indonesia tidak
tergantung dengan banyaknya jumlah kapal perang atau senjata. Targetnya
adalah rudal berpangkalan di darat yang mumpuni dan disegan
Sumberi
JKGR