Baru-baru ini Sipri (Stockholm International Peace Research Institute) memberitakan pembelian Alutsista 2012, berikut ulasan singkat mengenai pembelian dari Asean.
Filipina : pembelian radar MMSR
Radar MMSR AN/TPS 79 (Lockheed Martin) |
AN/TPS-79 Multi-Mission Surveillance Radar (MMSR) adalah radar jarak menengah taktis untuk pengawasan udara dan kontrol lalu lintas lingkungan udara dan aplikasi pengawasan pesisir.
AN/TPS-79 adalah radar multi misi dan merupakan sistem radar yang sangat mobile dapat dipindahkan melalui darat (kendaraan atau kereta api), laut atau udara (dengan pesawat angkut C-130) dengan waktu set-up kurang dari 90 menit.
Radar ini dirancang sebagai "gap filler" berjangkauan menengah. Cakupan radar surveilans utama mencapai 60 mil laut (111 km) dan cakupan radar surveilans sekunder mencapai 120 mil laut (222 km).
Malaysia : Pembelian rudalkapal selam melebihi jumlah terpedo
SIPRI mencatat bahwa Malaysia telah mengakuisisi 40 rudal SubExocet SM-39. Pembelian rudal anti kapal yang diluncurkan dari kapal selam ini digunakan untuk mempersenjatai dua kapal selam tipe Scorpene yang dimilikinya. Sebelumnya Malaysia telah membeli 30 torpedo kelas berat BlackShark buatan Italia.
Meskipun pembelian rudal ini menuai kecaman di dalam negeri karena harganya yang dianggap kemahalan, pada sisi yang lain ujicoba terhadap kemampuan rudal ini telah sukses dilakukan.
Dengan pembelian jumlah rudal yang melebihi torpedo, ini artinya persenjataan kapal selam Malaysia lebih menitik-beratkan kepada kemampuan rudal anti kapal dibandingkan torpedo, Malaysia lebih membutuhkan kecepatan dalam menghadapi ancaman kapal permukaan, ini merupakan sesuatu hal yang baru di kawasan.
Rudal SM-39
Exocet mempunyai jangkauan 50 km, kecepatan subsonic 1.113 km/h (0,89
mach) mempunyai ukuran panjang 4,69m dan diameter 350mm. Rudal ini
mempunyai hulu ledak seberat 165kg dan berat total rudal mencapai 655
kg.
Meskipun
Malaysia merupakan negara pertama di kawasan yang menggunakan rudal
kapal selam, di kawasan segera muncul rudal kapal selam lainnya yaitu
3M54E/SS-N-27 Caliber/Club-S/Sizzler
buatan Rusia yang akan dioperasikan oleh Vietnam. Rudal ini lebih
powerful karena mempunyai jangkauan max yang jauh lebih besar dari
torpedo kelas berat yaitu 220km, kecepatan mencapai 0.8 mach dan hulu ledak 200kg.
Beberapa
pengamat memperkirakan, Singapore dan Australia juga akan menggunakan
rudal kapal selam, tipe yang dipilih kemungkinan besar adalah UGM-84
SubHarpoon, rudal buatan Amerika ini dilaporkan mempunyai jangkauan
124km mempunyai hulu ledak 221 kg dan kecepatan 864km/h (0,69 mach).
Indonesia telah
selesai melakukan upgrade dua kapal selamnya, modernisasi kapal selam
ini termasuk juga pada kemampuannya untuk menembakkan rudal. Belum ada
kabar mengenai rencana akuisisi rudal untuk kedua kapal selam ini, namun
dalam pameran Indodefence 2012 lalu terlihat bahwa PT DI telah
bekerjasama dengan Atlas Elektronik untuk torpedo seri terbaru Seahake
Mod4, tidak menutup kemungkinan akan ada sodoran Seahake Mod4ER untuk
kedua kapal selam TNI tersebut, Seahake Mod4ER merupakan torpedo kelas
berat dengan jangkauan terjauh saat ini yaitu 120 km.
Broncos APC (ST Enginering) |
Lembaga think-thank di Swedia, Stockholm International Peace Research Institute (Sipri) menemukan volume eksportsenjata konvensional utama dari Singapura melonjak. Nilai indikator trend (TIV) meningkat dari 12 juta dolar pada 2011 menjadi 76 juta pada 2012.
TIV adalah unit umum yang digunakan Sipri.
Hitungan itu berdasar unit biaya produksi yang diketahui dalam pembuatan
senjata, angka itu tidak mencerminkan nilai keuangan dalam transaksi
jual beli.
Meski, baru-baru ini negara itu mengekspor senjata
senilai 150 juta paund ke Inggris, salah satunya adalah 11 unit
kendaraan tempur lapis baja, Broncos
Pakar pertahanan, kepada Straits Times,
Rabu (21/3) menyatakan kenaikan itu merefleksikan kemampuan industri
dalam negeri yang bertumbuh. "Melalui upaya inovasi militer yang juga
dianut banyak negara, Singapura mendongkrak kemampuan kompetisi
globalnya di pasar pertahanan," ujar doktor dari periset dari S.
Rajaratnam School of International Studies, Michael Raska.
Miyanmar : Memper kuat rudal anti kapal
Rudal permukaan ke permukaan C802A (Sina)
Angkatan Laut
Myanmar terus memperkuat persenjataan kapal perangnya dengan pengadaan
rudal permukaan ke permukaan. SIPRI melaporkan bahwa pada tahun 2012
kemarin Myanmar menerima pengiriman rudal C-802 dan SY-1 dari China.
Rudal C-802 mempunyai jangkauan 120 km, rudal
ini merupakan versi downgrade dari rudal C-802A yang dipakai
oleh AL China, versi asli rudal buatan CPMIEC ini mempunyai jangkauan
180 km. Pada beberapa kali latihan penembakan memang terlihat bahwa AL
Myanmar menggunakan rudal ini untuk beberapa kapal perangnya.
Rudal SY1 yang juga dibeli dari China pada tahun 2011 merupakan rudal bawaan dari dua fregat Type 053H1 (Jianghu II) yang dibeli secara second hand dari China. Rudal permukaan ke permukaan turunan dari rudal Silkworm ini mempunyai jangkauan 200 km.
Beberapa pengamat pertahanan banyak yang menduga tipe rudal yang akan dipakai pada fregat terbaru Myanmar F11 Aung Zeya dan F12 Kyansittha, fregat terakhir ini telah mengadopsi bentuk stealth. Laporan yang agak berbeda mengatakan bahwa kedua fregat tersebut akan dipersenjatai dengan rudal Kh-35E Uran (jangkauan 120 km) ataupun C-602 (jangkauan versi ekspornya 280 km), namun SIPRI mengungkapkan bahwa keduanya akan tetap dipersenjatai dengan rudal C-802 yang telah dimilikinya.
Angakatan Udara juga turut berbenah dengan modernisasi. Untuk mempersenjatai MiG-29 yang dimilikinya, Myanmar mengkombinasikan penggunaan rudal udara ke udara jarak pendek dan jarak jauh sekaligus. Untuk jarak pendek dipilih R-73 Archer sedangkan untuk jarak jauh dipilih R-27 Alamo yang mempunyai sifat BVR AAM.
Sumber Garuda Militer