Pages

Sunday, 29 December 2013

Pasukan Perbatasan Papua Siaga dan Waspadai OPM


Foto: Pasukan Perbatasan Papua Siaga
dan Waspadai OPM

ADMIN AMELIA 

Puluhan foto petinggi Organisasi
Papua Merdeka (OPM) disebarkan
ke prajurit yang akan bertugas di
perbatasan Papua dan Papua
Nugini. Tujuannya agar mereka bisa
mengenal siapa saja yang patut
untuk diwaspadai pada saat mereka
bertugas di wilayah tersebut.
"Walaupun kerawanannya sudah
menurun, namun kita harus tetap
siaga," kata Panglima Komando
Daerah Militer (Pangdam), Mayor
Jenderal Dicky Wainal Usman, di
sela-sela penyiapan Satuan Petugas
Pengamanan Indonesia-Papua
Nugini, di Markas Komando Batalyon
Infanteri 623/Bhakti Wira Utama,
Sungai Ulin, Kota Banjarbaru,
Kalimantan Selatan, Jumat (27/12).
Kodam Mulawarman menyiapkan 650
personel untuk mengamankan
perbatasan Indonesia dan Papua
Nugini selama sembilan bulan.


Mereka akan mulai bertugas pada
akhir Februari 2014 mendatang.
Sebelum diberangkatkan ke Papua,
para personel yang berasal dari
Yonif 623/BWU dan Yonif 600/Raider
itu harus melakukan latihan
pratugas selama tiga minggu.


Pratugas ini difokuskan pada
persiapan tempur dan teori
penyergapan. Selain itu, mereka juga
dibekali keahlian bersosialisasi
untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat setempat.


Selain persoalan OPM, Pangdam juga
menekankan bahaya serangan
malaria. Dia meminta petugas medis
menyiapkan segala keperluan agar
sebelum menginjak Papua para
prajurit sudah dibekali imunitas
tinggi terhadap malaria. "Malaria
menjadi tantangan bagi kalian.
Kalau terkena itu, kita tak bisa
bekerja. Apalagi terkena malaria
tropika," katanya.

Selain malaria, Dicky juga meminta
prajuritnya menjaga perilaku terkait
tinggi kasus HIV/AIDS di Papua.
"Penyakit sipilis pun harus kalian
waspadai," ujarnya.

Personel akan dihadapkan pada
kondisi alam Papua yang ekstrem.
Perjalanan dari Kalimantan ke Papua
pun membutuhkan waktu hingga
satu bulan. Dimulai dengan
menggunakan kapal dari Pontianak
ke Papua yang menghabiskan waktu
tiga minggu, dilanjutkan dengan
perjalanan darat sekitar 75
kilometer.

Belum sampai di situ, para prajurit
pun harus melanjutkan perjalanan
dengan pesawat angkut dan
kemudian berpindah ke helikopter.
Turun dari helikopter, mereka masih
harus melakukan perjalanan selama
sehari dengan rute menanjak
sebelum akhirnya tiba di daerah
perbatasan.

Fokus di Jayapura

Komandan Yonif 623/BWU, Mayor
Singgih Pambudi Arinto, mengatakan
pengamanan di perbatasan RI-Papua
Nugini akan difokuskan di sektor
Jayapura dan Keerom. Singgih
menambahkan para prajurit juga
akan membantu petugas imigrasi
dan bea cukai, selain menjaga
perbatasan. ( KJ)g

Puluhan foto petinggi Organisasi  Papua Merdeka (OPM) disebarkan ke prajurit yang akan bertugas di perbatasan Papua dan Papua Nugini. Tujuannya agar mereka bisa mengenal siapa saja yang patut untuk diwaspadai pada saat mereka bertugas di wilayah tersebut. "Walaupun kerawanannya sudah menurun, namun kita harus tetap siaga," kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam), Mayor Jenderal Dicky Wainal Usman, di sela-sela penyiapan Satuan Petugas Pengamanan Indonesia-Papua Nugini, di Markas Komando Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama, Sungai Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (27/12). Kodam Mulawarman menyiapkan 650 personel untuk mengamankan perbatasan Indonesia dan Papua Nugini selama sembilan bulan.


Mereka akan mulai bertugas pada akhir Februari 2014 mendatang. Sebelum diberangkatkan ke Papua, para personel yang berasal dari Yonif 623/BWU dan Yonif 600/Raider itu harus melakukan latihan pratugas selama tiga minggu.


Pratugas ini difokuskan pada persiapan tempur dan teori penyergapan. Selain itu, mereka juga dibekali keahlian bersosialisasi untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat setempat.


Selain persoalan OPM, Pangdam juga menekankan bahaya serangan malaria. Dia meminta petugas medis menyiapkan segala keperluan agar sebelum menginjak Papua para prajurit sudah dibekali imunitas tinggi terhadap malaria. "Malaria menjadi tantangan bagi kalian. Kalau terkena itu, kita tak bisa bekerja. Apalagi terkena malaria tropika," katanya.

Selain malaria, Dicky juga meminta prajuritnya menjaga perilaku terkait tinggi kasus HIV/AIDS di Papua. "Penyakit sipilis pun harus kalian waspadai," ujarnya.

Personel akan dihadapkan pada kondisi alam Papua yang ekstrem. Perjalanan dari Kalimantan ke Papua pun membutuhkan waktu hingga satu bulan. Dimulai dengan menggunakan kapal dari Pontianak ke Papua yang menghabiskan waktu tiga minggu, dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar 75 kilometer.

Belum sampai di situ, para prajurit pun harus melanjutkan perjalanan dengan pesawat angkut dan
kemudian berpindah ke helikopter. Turun dari helikopter, mereka masih harus melakukan perjalanan selama
sehari dengan rute menanjak sebelum akhirnya tiba di daerah perbatasan.

Fokus di Jayapura

Komandan Yonif 623/BWU, Mayor Singgih Pambudi Arinto, mengatakan pengamanan di perbatasan RI-Papua Nugini akan difokuskan di sektor Jayapura dan Keerom. Singgih menambahkan para prajurit juga
akan membantu petugas imigrasi dan bea cukai, selain menjaga perbatasan. ( KJ)g