Kapolri datangi lokasi penggrebekan Ciputat |
“Polri sebetulnya tidak mengharapkan ada korban, baik dari anggota kami maupun siapapun juga,” kata Sutarman di Jakarta, Kamis 2 Januari 2014. Polri juga tidak ingin ada aksi baku tembak antara Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan para teroris yang bersembunyi di dalam rumah kontrakan.
Namun teroris terus melawan. “Itu sudah bahaya. Mereka menyerah atau tidak menyerah, kami akan tindak,” kata Sutarman.
Satu anggota Densus juga jadi korban dalam aksi penggerebekan itu. Ia tertembak teroris di bagian kaki. Kapolri pun hari ini akan membesuk anggotanya itu yang sekarang dirawat di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sutarman mengatakan, aksi teror yang dilakukan kelompok teroris Tangerang Selatan itu murni terorisme. “Tak ada hubungannya dengan tahun politik (Pemilu 2014). Mereka bertujuan memberi rasa takut pada masyarakat,” ujarnya.
Kelompok teroris Tangerang Selatan itu merupakan tersangka penembak polisi di Pondok Aren Tangerang Selatan. Mereka juga terlibat pengeboman Wihara Ekayana di Jakarta Barat. Mereka bagian dari jaringan Abu Roban.
Abu Roban sesungguhnya sudah tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. Namun anggotanya terus bergerak. Kelompok Abu Roban telah dipersenjatai dan punya kemampuan untuk menggunakan senjata. Mereka mengikuti kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah.(sj)
Menyergap Teroris di awal Tahun 2014
Butuh 10 jam, ini penggerebekan terlama dalam sejarah Densus 88
Tim Detasemen Khusus Anti Teror 88 Mabes Polri menggerebek satu rumah kontrakan di Jalan KH Dewantoro, Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Selasa malam, 31 Desember 2013. Penggerebekan ini berawal dari penangkapan Anton alias Septi, yang dicokok di warung internet di Desa Alasmalang, Banyumas, Senin.
"Dari hasil penangkapan itu, penyidik mendapat informasi bahwa teman-teman Anton tinggal di Kampung Sawah Lama dan tinggal di satu rumah kontrakan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.
Lalu, sekitar pukul 20.00, Selasa, Densus menggerebek. Kala itu, ada anggota teroris, Dayat alias Daeng, yang akan meninggalkan lokasi dengan sepeda motor. Ketika hendak ditangkap, dia melawan dengan senjata api dan pisau. Ada sedikit aksi saling tembak, dan Dayat pun terkena timah panas. "Dayat meninggal di rumah sakit," ujarnya.
Upaya penangkapan itu tidak berjalan mulus. Aksi tembak-menembak di rumah kontrakan berlangsung hingga 10 jam. Sebenarnya, sekitar pukul 03.30 Rabu, 1 Januari 2014, sudah tidak ada suara tembakan balasan lagi. Tapi pasukan khusus itu tetap menunggu hingga pagi.
"Akhirnya menjelang agak terang, kami baru memastikan. Sekitar jam 05.00 kami masuk ke dalam dan menemukan mereka sudah tewas tertembak petugas," kata Boy.
Boy mengakui penangkapan ini merupakan yang terlama dalam sejarah Tim Densus 88. Alasannya, mereka mendapat informasi di rumah itu ada senjata api dan bahan peledak. Selain itu, suasana malam pun juga menghalangi kelancaran petugas.
Tidak sia-sia, polisi bisa menembak mati lima teroris lainnya. Jadi korbannya ada enam, termasuk Dayat yang mati di rumah sakit. Jasad-jasad itu sedang diidentifikasi di Rumah Sakit Polri Raden Said Sukanto, Kramatjati, Jakarta Timur.
Dari data sementara, keenam jenazah itu adalah Dayat alias Daeng, Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Teguh alias Sabar, Edo alias Amril, dan Hendi.
Kelompok Abu Roban
Boy mengatakan, Anton dan Dayat Cs merupakan pelaku teror yang terkait dengan kelompok Abu Roban. Mereka terlibat peledakan di Vihara Ekayana, Jakarta Barat, dan beberapa kegiatan perampokan, baik toko emas Tambora, dan perampokan bank. Mereka juga tersangka penembakan sejumlah anggota Polri yang terjadi pertengahan tahun lalu.
"Ada sembilan yang ditangkap, 6 tewas di Tangsel. Mereka kelompok Abu Roban,” kata Boy.
Siapakah sesungguhnya Abu Roban itu? Abu Roban alias Untung Hidayat alias Bambang Nangka santer disebut sebagai pimpinan kelompok teroris yang kerap merampok untuk membayai aksi teror. Dia merupakan pimpinan Halaqoh Ciledug yang sebelumnya pernah dipimpin Abu Omar.
Abu Roban sendiri tewas dalam penyergapan di Limpung, Batang, Jawa Tengah, Rabu 8 Mei 2013. Abu Roban tewas dengan beberapa luka tembak.
Jaringan teroris Abu Roban memiliki kaitan erat dengan kelompok teroris Abu Omar. “Meskipun Abu Omar sudah tertangkap, diduga kuat lapisan bawahnya masih terlibat dengan kelompok Abu Roban dalam memasok senjata untuk aksi teroris,” kata Boy, beberapa waktu lalu.
Abu Roban merupakan bagian dari gerakan aksi teror di Poso, khususnya kelompok Santoso. Kelompok ini juga masih berkaitan dengan kelompok teroris yang belum lama ini terungkap di Tambora, Beji, dan Bekasi. "Petugas terus mencermati dan mengembangkan," katanya.
Sejauh ini peran kelompok Abu Roban lebih banyak merampok dan memasok senjata. Polisi menyatakan, senjata yang mereka jual nyata-nyata dipakai untuk perbuatan teror.
Selain di Vihara Ekayana, jaringan ini sesunguhnya belum berhasil merealisasikan teror menggunakan bahan peledak. Mereka baru pernah membakar Pasar Glodok di Jakarta Utara. "Tetapi gagal. Waktu itu berhasil digagalkan masyarakat sebelum api membesar," kata Boy.
Catatan kepolisian, kelompok jaringan Abu Roban pernah merampok bank, kantor pos, dan toko emas di Grobogan (Jawa Tengah), Batang (Jawa Tengah), Lampung, Tambora (Jakarta), dan Bandung (Jawa Barat). Perampokan ini bukan motif ekonomi, melainkan untuk mendanai perang atau teror.
Perampokan Tambora sempat menggegerkan karena dilakukan tepat di depan kantor polisi.
Khusus perampokan bank, polisi mencatat tiga aksi perampokan dengan total kerugian Rp 1,8 miliar. Perampokan itu di Bank BRI Batang dengan kerugian Rp 790 juta, BRI Grobogan Rp 630 juta, BRI Lampung Rp460 juta, BRI Tangerang Rp 570 juta pada 24 Desember.
Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Abu Ghifar mengatakan ada keterkaitan Abu Roban dengan Jamaah Islamiyah, namun sudah tak sekuat dulu. Kelompok ini, katanya, sudah banyak terputus. "Tapi motif dan cara pencarian dananya masih mirip," katanya kepada VIVAnews.
Kata Abu Ghifar, pencarian dana melalui perampokan yang mereka sebut sebagai harta rampasan atau fai, masih jadi cara utama. Mereka belum bisa mendapat sumber pendanaan lain yang bisa diperoleh dengan cepat.(ren)