Berdasarkan survei masalah wawasan kebangsaan yang dilakukan di 106 negara, Indonesia menempati urutan ke-95."
Magelang - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard
Ryacudu menilai, wawasan kebangsaan atau bela negara bangsa Indonesia
masih terlalu rendah dibandingkan warga negara lain di dunia.
"Berdasarkan survei masalah wawasan kebangsaan yang dilakukan di 106 negara, Indonesia menempati urutan ke-95. Ini rendah sekali," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) itu menyampaikan hal tersebut saat membuka Musyawarah Nasional IX Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI/Polri (FKPPI) di Kompleks Akademi Militer Magelang.
Untuk bela negara, menurut dia, harus siap mati, siap mengorbankan diri untuk bangsa dan negara.
"Bagaimana kalau jiwa kebangsaan ini tidak ada? Apakah bisa mengorbankan jiwanya? Hal ini menjadi perhatian Kementerian Pertahanan," katanya.
Ia mengatakan, waktu berlalu secara cepat, demikian juga perkembangan dunia pun semakin cepat di tengah era globalisasi saat ini.
Tantangan baru dunia yang semakin terbuka, dikemukakannya, menyadarkan dan memberikan makna bahwa bangsa ini sudah ketinggalan jauh di dalam arus globalisasi.
"Oleh karena itu, tidak mungkin kita berdiri di luar, tetapi juga tidak bijak kalau kita mengatakan seolah-olah globalisasi itu adalah sumber permasalahan dalam bernegara karena dalam kenyataannya banyak negara yang berhasil menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya melalui globalisasi," katanya.
Ia mengemukakan, faktor kemajuan teknologi informasi komunikasi berakibat terjadinya perubahan signifikan yang dapat berbentuk kesejahteraan maupun sebagai ancaman yang berpengaruh pada kondisi ketahanan nasional suatu bangsa.
Sejak merdeka, mantan Pangdam Brawijaya itu menyatakan, negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, namun bangsa ini mampu mempertahankan eksistensinya dan intensitasnya hingga kini.
Dari aspek geopolitik dan geostrategi dalam posisi geografis, sumberdaya alam, dan jumlah serta kemampuan penduduk Indonesia penting di mata dunia dan menjadi ajang persaingan kepentingan serta perebutan pengaruh antarnegara besar secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi dan membahayakan segala aspek kehidupan.
"Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional agar dapat mengatasi setiap bentuk ancaman dan gangguan dari manapun datangnya," demikian Ryamizard.(ANTARA News)
"Berdasarkan survei masalah wawasan kebangsaan yang dilakukan di 106 negara, Indonesia menempati urutan ke-95. Ini rendah sekali," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) itu menyampaikan hal tersebut saat membuka Musyawarah Nasional IX Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan TNI/Polri (FKPPI) di Kompleks Akademi Militer Magelang.
Untuk bela negara, menurut dia, harus siap mati, siap mengorbankan diri untuk bangsa dan negara.
"Bagaimana kalau jiwa kebangsaan ini tidak ada? Apakah bisa mengorbankan jiwanya? Hal ini menjadi perhatian Kementerian Pertahanan," katanya.
Ia mengatakan, waktu berlalu secara cepat, demikian juga perkembangan dunia pun semakin cepat di tengah era globalisasi saat ini.
Tantangan baru dunia yang semakin terbuka, dikemukakannya, menyadarkan dan memberikan makna bahwa bangsa ini sudah ketinggalan jauh di dalam arus globalisasi.
"Oleh karena itu, tidak mungkin kita berdiri di luar, tetapi juga tidak bijak kalau kita mengatakan seolah-olah globalisasi itu adalah sumber permasalahan dalam bernegara karena dalam kenyataannya banyak negara yang berhasil menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya melalui globalisasi," katanya.
Ia mengemukakan, faktor kemajuan teknologi informasi komunikasi berakibat terjadinya perubahan signifikan yang dapat berbentuk kesejahteraan maupun sebagai ancaman yang berpengaruh pada kondisi ketahanan nasional suatu bangsa.
Sejak merdeka, mantan Pangdam Brawijaya itu menyatakan, negara Indonesia tidak luput dari gejolak dan ancaman yang dapat membahayakan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, namun bangsa ini mampu mempertahankan eksistensinya dan intensitasnya hingga kini.
Dari aspek geopolitik dan geostrategi dalam posisi geografis, sumberdaya alam, dan jumlah serta kemampuan penduduk Indonesia penting di mata dunia dan menjadi ajang persaingan kepentingan serta perebutan pengaruh antarnegara besar secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi dan membahayakan segala aspek kehidupan.
"Untuk itu bangsa Indonesia harus memiliki keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional agar dapat mengatasi setiap bentuk ancaman dan gangguan dari manapun datangnya," demikian Ryamizard.(ANTARA News)