JAKARTA: Permintaan Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Dahlan Iskan yang meminta PT Batan Teknologi agar mengembangkan
bisnisnya dengan membangun pabrik di Virginia Amerika Serikat (AS) akan
terealisasi.
"Kita joint venture, sekarang sudah MoU, sudah partisipasi design juga. Target beroperasi di 2017 di Amerika. Dengan mayoritas saham 51 persen kita, 49 persen mereka," ungkap Direktur Utama Batan Teknologi Yudiutomo Imardjoko kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (11/6/2013).
Dia menjelaskan, total investasi untuk membangun pabrik pengayaan uranium sistem rendah disana mencapai USD170 juta.
"Karena kebutuhan radio isotop di sana sangat tinggi, kita ingin masuk ke pasar Amerika, pasalnya Amerika saat ini selalu mengimpor radio isotop di negara seperti Kanada, Belgia. Hampir 100 persen mengimpor. Dengan masuknya kami ke sana akan membuat pasaran lebih kompetitif," jelas Yudi.
Yudi menjelaskan, saat ini, pihaknya hanya mampu memproduksi sekitar 300 curie radio isotop per minggu yang di suplai untuk 16 rumah sakit untuk kepentingan pengobatan.
"Beda dengan Amerika yang membutuhkan 6.000 curie per minggu. Dan untuk suplai ke rumah sakit sana sampai 1.600 rumah sakit. Walaupun kapasitas produksi nanti di pabrik Virginia hanya 400 curie per minggu," jelas dia.
Untuk permasalahan pergantian nama perusahaannya, dia menjelaskan saat ini sedang dilakukan proses pergantian yang akan menjadi PT Industri Nuklir Indonesia.
"Tahun depan mungkin akan berganti, sekarang lagi diurus," jelas Yudi.
"Kita joint venture, sekarang sudah MoU, sudah partisipasi design juga. Target beroperasi di 2017 di Amerika. Dengan mayoritas saham 51 persen kita, 49 persen mereka," ungkap Direktur Utama Batan Teknologi Yudiutomo Imardjoko kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (11/6/2013).
Dia menjelaskan, total investasi untuk membangun pabrik pengayaan uranium sistem rendah disana mencapai USD170 juta.
"Karena kebutuhan radio isotop di sana sangat tinggi, kita ingin masuk ke pasar Amerika, pasalnya Amerika saat ini selalu mengimpor radio isotop di negara seperti Kanada, Belgia. Hampir 100 persen mengimpor. Dengan masuknya kami ke sana akan membuat pasaran lebih kompetitif," jelas Yudi.
Yudi menjelaskan, saat ini, pihaknya hanya mampu memproduksi sekitar 300 curie radio isotop per minggu yang di suplai untuk 16 rumah sakit untuk kepentingan pengobatan.
"Beda dengan Amerika yang membutuhkan 6.000 curie per minggu. Dan untuk suplai ke rumah sakit sana sampai 1.600 rumah sakit. Walaupun kapasitas produksi nanti di pabrik Virginia hanya 400 curie per minggu," jelas dia.
Untuk permasalahan pergantian nama perusahaannya, dia menjelaskan saat ini sedang dilakukan proses pergantian yang akan menjadi PT Industri Nuklir Indonesia.
"Tahun depan mungkin akan berganti, sekarang lagi diurus," jelas Yudi.