“Untuk membangun Indonesia
menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang
merupakan National Building bagi negara Indonesia, maka negara harus
dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita harus menguasai
Armada yang seimbang.” (Pidato Bung Karno dalam National Maritime
Convention tahun 1963).
Gemilang Kejayaan oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahitmenjadi suatu fatamorgana dilanjutkan perputaran 360 derajat dengan era continental orienteddan
semakin pudarnya budaya bahari menjadi penyebab surutnya jiwa maritim
bangsa Indonesia. Kini saatnya bangsa ini harus bangkit untuk tidak
menyalahkan penjajahan Belanda dan Orde Baru maupun era reformasi yang
menyebabkan stagnasi geloranya jiwa maritim bangsa, toh kita harus
menyadari bahwasannya kita tidak dijajah selama 350 tahun. Selama itu
pula perlawanan yang menggelora dari rakyat indonesia di tiap – tiap
daerah, artinya belanda memerlukan waktu 350 untuk menguasai wilayah
Indonesia dan mereka sepenuhnya tidak berhasil. Sejarah bangsa Indonesia
adalah sejarah keberanian dan perlawanan yang terus menerus dengan
semangat berkobar kobar tiada henti. Kegigihan perlawanan tersebut
membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang gigih dalam
mempertaruhkan dan membela serta mempertahankan harkat dan martabatnya.Saat ini bangsa yang mendiami kepulauan yang besar ini sudah pada tataran Zero Status,
Apakah negara ini agraris apa maritim?. Layakkah disebut negara agraris
manakala sebagian hasil pertanian kita mengimpor dan harga harga hasil
pertanian mencekik rakyat jelata. Layakkah disebut negara maritim
manakala rakyat sama sekali tidak pernah merasakan sumber daya laut yang
melimpah dan beraneka ragam, pantaskah disebut sebagai bangsa maritim
yang rakyatnya hanya bisa menikmati sebatas ikan asin, yang jauh
dibanding dengan Tuna, Abalon, Salmon, Napoleaon dan lain lain yang
hanya bisa dinikmati oleh bangsa lain. Dimana semestinya bahwa “Geopolitacal Destiny”
Indonesia adalah maritim, oleh karena itu bangsa Indonesia telah
mengingkari takdir Tuhan yang menciptakan Indonesia sebagai negara
kepulauan. Bila kebijakan kebijakan pemerintahan sekarang dan akan
datang yang diaplikasikan untuk membangun bangsa yang seakan akan malah
menjauhkan kegemilangan bangsa maritim yang besar seperti dahulu maka
hal ini juga merupakan bentuk pengkhianatan terhadap pendiri bangsa yang
telah bersusah payah dan memperjuangkan Indonesia sebagai negara
maritim.
KENALI NEGERIMU DIMANA KAMU TINGGAL
Kita memang telah mempelajari bahwa
letak Negara Indonesia dikatulistiwa dengan lintang bujurnya sebuah
negeri yang antioksidannya tinggi karena sinar matahari yang bisa
diterima sepanjang tahun, musim kemarau dan musim penghujan dan dengan
berbagai ilmu geografi yang dimilikinya.
Namun sadarkah kita akan pertanyaan pertanyaan berikut:
-
Kenapa Negeri Ini dibuka dengan Pulau yang bernama Sabang? Bukan suatu kebetulan karena sebuah nama memiliki sebuah makna dan bukan hanya rangkaian ilmu bumi.
-
Kenapa Bali lebih dikenal orang dari seluruh dunia dari pada Indonesia? Bukan hanya keindahan alamnya karena keterkaitan penciptaan Tuhan terhadap sorga dan replikanya.
-
Bisakah kita membongkar dan meluruskan sejarah yang dibuat oleh penjajah Belanda, yang nyata nyata salah dan akan terbukti dikemudian hari karena merupakan ayat ayat Tuhan? Karena memang penjajah tidak menginginkan kita menjadi bangsa yang besar.
-
Ketika melihat kekayaan alam yang luar biasa mampukah menggali negeri apakah sebenarnya negara ini? Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban mesir maupun mesopotamia mulai menulis diatas batu.
Segudang pertanyaan yang berhubungan
dengan jati diri bangsa belum bisa terkuak ke permukaan, bukan kita
mengesampingkan itu semua namun untuk menjadi sebagai kodrat
penciptaannya kita harus mengenalinya dengan benar jatidiri bangsa. Dari
zaman baholak nenek moyang sampai sekarang tak lepas dari kenikmatan
Tuhan yang diberikan kepada kita semua, kekayaan sumber alam yang
melimpah. Tetapi tak lepas dari itu terkadang kita lupa sebagaimana
mestinya kita patut syukuri semua hal pemberian dan anugerah nikmat
Tuhan bukan untuk kita hancurkan.
Sampai dengan sekarang belum sepenuhnya
penghuni negeri ini bisa membuktikan secara ilmiah tentang keberadaan
negeri yang namanya nusantara, negeri yang merupakan bukan lautan tapi
kolam susu, negeri yang Gemah Ripah loh Jinawi, negeri yang merupakan
penggalan surga.Berdatanganlah para ilmuwan dan menyatakan keberadaan
negeri ini beserta kelebihannya bahkan Plato dan Ilmuwan Barat termasuk
Santos dari Italia menyebutnya Indonesia merupakan benua yang hilang.
Namun adakah anak negeri ini yang menyadarinya dan mengetahuinya, Tuhan
belum membuka mata batin rakyat Indonesia secara menyeluruh, karena
dibutuhkan nakhoda yang menjiwai dan menyatu dengan kodrat
penciptaannya. Karakter karakter yang merupakan replika penduduk sorga
telah hancur dan beringas karena tidak lagi mengerti akan keberadaannya
sebagai penghuni negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan. Mari kita
jelajahi negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan, yaitu Indonesia. Penulis
tidak ingin mengajak untuk shiftingke laut namun kodrat bangsa kita adalah negara kepulauan bahwa:
-
“Dan Kami Hancurkan mereka sehancur hancurnya ( QS. As Saba; 19).”Negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.449 pulau. Pernahkah kita berfikir darimana angka ini muncul, siapakah yang mengitung pulau hingga 17 ribu lebih. Sebagai ilustrasi, apabila setiap hari kita mengunjungi satu pulau, maka diperlukan waktu 47 tahun untuk mengunjungi seluruh pulau-pulau tersebut. Sungguh suatu anugerah Tuhan yang luar biasa.
-
“Dia membiarkan dua lautan mengalir, kemudian keduanya bertemu (QS. Ar Rahman;19). Indonesia berada pada persimpangan dunia antara dua samudera dan dua benua, hal ini harus diyakini bahwa tersimpan kekayaan yang merupakan sebuah misteri yang harus dipecahkan bersama. Kenapa pendahulu nenek moyang bangsa ini bisa menjadikan negara maritim yang kuat (Sriwijaya, Majapahit, kemudian Demak, lalu Indonesia era 1960-an). Oleh karena itu jangan hanya dibaca tentang kebesarannya namun carilah tahu konsep apa yang digunakan sehingga menjadi kerajaan maritim yang besar.
-
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (QS. Ar Rahman:20).” Tepat di daerah tropis pada lintang 0°, masih ragukah akan kekayaan sumber daya alamnya, dengan flora dan fauna yang sangat melimpah dan beraneka ragam, mampukah kita memanfaatkannya?
-
“Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”.Negeri kita memilki kompartemen strategis, alur laut Kepulauan dari utara selatan yang terletak di tengah, barat dan timur, bahkan ada negara yang mengklaim alur tradisional timur barat, dari Selat Lombok, Laut Jawa dan ke barat. Sudahkah kita memanfaatkannya sebaik-baiknya dalam sendi-sendi perekonomian, sosial budaya dan pertahanan?Luasnya wilayah laut yang hampir mencapai 6 juta km persegi, serta terletak pada jalur pelayaran dunia, mampukah kita mengamankan dan memanfaatkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai kemakmuran rakyat, khususnya pelayaran yang melintasi Selat Malaka dimana pelayaran tersebut merupakan salah satu center of gravity dari international merchandise.
BANGSA MARITIM YANG TERSESAT
Diperlukan 6 (enam) elemen pokok untuk membangun kekuatan maritim, yaitu; Geographical
Position, Physical Confirmation, Extent of Territory, Number of
Population, Character of the People, dan Character of Government. Elemen-elemen ini sebagai unsur budaya merupakan modal utama dalam membangun Negara Maritim. Lalu, bagaimana dengan Character of Government
negara kita yang erat kaitannya dengan style of government menurut
Geoffrey Till jika dihubungkan dengan kekuatan maritim pada era
sekarang? Jauuuuh panggang dari api. Mari kita lihat bangsa yang besar
dengan kekuatan maritimnya. “Sea Power Protect the American Way of Life”. Silakan baca selengkapnya di “A Cooperative Strategy for 21st Century Sea Power”. Inggris yang terkenal dengan “Britain Rules the Waves” kini telah mengembangkan postur angkatan lautnya tidak lagi to control the seven seas.
Jepang membangun kekuatan maritimnya disiapkan untuk mengamankan garis
suplay BBM dari Timur Tengah ke Jepang di samping untuk memperkuat
pertahanannya. China membangun Strategi “Chain of Pearl” yang
bertujuan untuk mengamankan jalur suplay BBM dari Timur Tengah ke Cina.
Dan dengan berdasarkan peta sejarah maka China akan memperkuat dan
mengembalikan kejayaan maritimnya masa lampau. India telah menerbitkan
dokumen “Freedom to Use the Seas: Maritime Military Strategy”
berisikan tentang aspirasi geopolitik India hingga strategi deployment
di masa damai maupun konflik, serta strategi pembangunan kekuatan
angkatan laut India. Perbandingannya dengan negeri ini adalah ketika
negara negara besar dan maju dengan kekuatan maritimnya, Laut di rubah
menjadi obrolan obrolan maritim yang membanggakan. Begitu lazimnya
&mendunianya istilah maritim dalam obrolan sehari-hari, sehingga
definisi maritim lebih dikenal dibandingkan dengan laut itu sendiri,
bahkan dalam konteks sebagai instrumen kekuatan nasional. Sementara itu
mari kita lihat bangsa Indonesia yang katanya bangsa maritim. Bagi orang
awan, tidak perlu mengartikan maritim secara lengkap karena juga tidak
akan berdampak pada pola pikirnya yang mereka tahu maritim identik
dengan laut, kalo kita hubungkan dengan sejarah betapa bangga mendengar
gemilang kerajaan keraajaan yang telah membuktikan kodrat Tuhan, kini
kebanggan tersebut menjadi bahan olok olok an dan maki makian. Mana kala
bangsa yang mencibir akan kodratnya dan tidak cepat bangkit silahkan
menunggu kehancurannya. Maritim identik dengan laut, maka laut dibangsa
maritim yang besar ini jadi bahan omongan yang berkonotasi jelek
diantaranya yang kerap terjadi di masyarakat;
-
Umpatan “ke laut aja loe”…… tidak tahu kata ini berasal dari mana yang jelas kalo di negeri barat sama dengan “go to hell”. Artinya bahwasannya laut identik dengan tempat yg mengerikan dan tidak disukai.
-
Cewek matre “ke laut aja”…….cewek yang mata duitan sudah gak jamannya makanya dibuang saja alias dimasukkan sampah. Artinya laut adalah sampah.
-
Pengalaman ini banyak terjadi di persawahan ketika petani bekerja dan sebagai tegur sapa untuk memberhentikan atau istirahat akrab dengan sapaan, “Kang laut dulu..”. Artinya sapaan untuk istirahat atau berhenti, tidak tahu asal muasal kata laut ini bagi petani yang jelas memiliki arti yang sangat dalam yaitu membunuh aktifitas kelautan.
Perbandingan diatas nampak jelas ketika
negara negara yang disebut dengan bangsa maritim terlihat bagaimana pola
kehidupan masyarakat dan bagaimana pola penataan lingkungan yang
bersumber ke arah laut. Kota kota besar didunia Sydney, New York,
London, Amsterdam, Singapura dan lain lainnya tampak indah dan hembusan
angin yang membawa yacth, perahu perahu layar membawa nuansa kehidupan
bahari. Lantas mari kita lihat dan masuh ranah kota kota besar yang ada
di Indonesia melalui laut, Jakarta, Surabaya, Makasar dan lain lain
bukan keindahan kelautan yang terlihat tetapi sampan nelayan miskin dan
rusak, onggokan sampah dimana mana, dan kawasan yang pasti ada adalah
kawasan kumuh.
Oleh karena itu masih banyak selain dari
kata kata tersebut diatas yang menyebabkan adanya kerancuan bahasa
walaupun nampak kecil dari segi bahasa, namun akan berdampak lebih besar
secara sosiologis dan antropologis. Hal tersebut mencerminkan bahwa
laut bukan dari kehidupan bangsa kita dan membuang semakin jauh dengan
memberikan gambaran bahwa laut sangat mengerikan dan tidak perlu untuk
dijamah.Kondisi yang demikian mencerminkan laut bukan merupakan bagian
dari kehidupan bangsa, dan lagi tidak mencermikan bangsa bahari yang
besar namun bangsa maritim yang tidak hanya tersesat namun telah
terdampar di Negara Kepulauan.
NAKHODA YANG MEMILIKI OCEAN LEADERSHIP.
Apabila negara ini disebut bangsa maritim, apakah pemerintah kita memiliki Ocean Policy
yang jelas sebagai jati diri bangsa yang merupakan penghuni negara
kepulauan terbesar di dunia. Kapankah kita bangkit dan menampilkan sosok
yang mempunyai visi dan strategi yang cerdas dan kreatif untuk keluar
dari paradigma continental oriented ke arah paradigma maritim
yang rasional dan berwawasan global?. Pasang surut kejayaan bangsa
indonesia dalam sejarah ditunjukkan dengan adanya penguasaaan atas
lautan diantara dan disekeliling habitatnya. Nakhoda pertama Nusantara
Kertanegara telah berhasil menguak dan menjadikan kerajaannya menjadi
kerajaan maritim yang besar dan kuat dengan konsepsi Cakrawala Mandala Dwipantara(Marwati
Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional 1990,Jilid II). Konsep besar
tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1375 saat Kerajaan Majapahit
dibawah Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Perkembangan konsepsi tersebut oleh Bung
Karno seorang Nakhoda yang mengerti akan jati dirinya, kodrat bangsa
sebagai bangsa yang besar sehingga mampu untuk keluar dari penjajahan
dan memproklamirkan bangsa ini, serta memperjuangkan bahwa negara kita
merupakan negera kepulauan yang terbesar didunia. Akhirnya dijadikanlah
Konsep tersebut menjadi satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan dalam wujud NKRI yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945. Setelah Bung karno tidak lagi negeri ini memiliki Nakhoda
yaitu suatu fungsi dalam kehidupan masyarakat maritim yang mendorong
masyarakat untuk maju sesuai habitatnya dan karena ketidak adaan Nakhoda
dapat berakibat kemunduran suatu masyarakat. Indonesia memiliki
lingkungan Ideologi Pancasila, lingkungan struktur UUD 1945, lingkungan
fisik berupa negara Kepulauan ada udara dan suasana maritim dalam
lingkungan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena Nakhoda yang tepat untuk
bangsa ini adalah Seseorang yang memiliki Ocean Leadership yang
cerdas dan berwawasan global mengerti akan jatidiri bangsa, sesorang
yang memiliki kepemimpinanan jiwa bahari yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945.
-
Nakhoda yang memiliki visi kelautan yang selanjutnya tercermin dalam ocean policyyang komprehensif.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan interaksi politik dengan legislatif untuk menghasilkan produk legislasi dan politik anggaran yang pro pada kekuatan maritim.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan membuat terobosan serta mobilisasi sumber daya nasional dalam manajemen pembangunan melalui kelengkapan instrumen fiskal, moneter, keuangan, tata ruang, serta mobilisasi lintas sektor untuk mendukung kekuatan maritim.
-
Nakhoda yang memiliki kemampuan kemampuan menggalang dukungan daerah dalam kerangka mempertahankan NKRI. Negara kepulauan ini memerlukan kemampuan pemersatu melalui instrumen keadilan ekonomi.
Bangsa ini juga sedang berusaha untuk
mencari jati dirinya di tengah amukan ombak peradaban yang menghantam
melalui beberapa sektor kehidupan. Dan apabila telah menemukan
jatidirinya masa depan bukanlah suatu jalan yang lurus, tidak ada jalan
raya yang menghubungkan hari ini dengan hari esok, masa depan adalah
suatu rimba raya, suatu medan ketidak pastian namun apabila negeri dalam
genggaman Nakhoda yang benar maka; Laut bukanlah media pemisah pulau
pulau, juga bukan sekedar pemersatu pulau pulau tetapi juga sebagai
sumber kemampuan untuk membangun negara. Manakala bangsa ini belum
menemukan Nakhoda, maka kesuraman akan bangsa maritim akan terwujud dan
seketika itu pula Tuhan akan memunculkan Nakhoda yang memiliki ruang dan
garis batas. Bagaimana mungkin kita menjadi bangsa maritim yang besar.
Kalau Nakhodanya hanya berpikir tentang keluarga, partai dan
golongannya. Negara Ini Besar bung, Bangsa Maritim yang besar Bukan Jongos Jongos bangsa lain.
Marilah merubah mindset kita yang
kemudian secara pelan namun pasti mengubah berbagai kebijakan dan norma
norma bagi aturan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan
kemaritiman. Hal tersebut bukanlah suatu pentingnya perubahan mindset kemaritiman
tetapi masa depan Indonesia yang sesuai dengan kodrat penciptaannya
untuk meraih kejayaan yang telah dibangun dengan keringat dan darah
leluhur bangsa.