Pages

Wednesday, 24 July 2013

Teroris Tulungagung Digulung, Siapa Menyusul?


Dua terduga teroris tewas diterjang peluru anggota Densus.
Densus 88 membekuk terduga teroris Ibrahim Sungkar (tangan diborgol) di Solo, Kamis 16 Mei 2013  
   Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri kembali menangkap empat terduga teroris di Tulungagung, Jawa Timur, Senin 22 Juli 2013. Dua menyerahkan diri, dua lainnya tewas diterjang peluru anggota Densus. 

Penangkapan bermula saat empat orang itu menunggu angkutan umum di Jalan Pahlawan, Kecamatan Kedungwaru. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 08.45 WIB. Sejumlah personel Densus berusaha mendekat, untuk menangkap.

Sadar dikuntit, dua orang yang diketahui buronan kasus terorisme itu melawan. Salah seorang buronan, yang diketahui bernama Dayah, mengeluarkan senjata.

Sejurus kemudian, terjadilah kontak senjata. Tak lama kontak senjata, Dayah alias Kim dan Rizal, yang diketahui berasal dari Medan, tewas diterjang timah panas.

Dua lainnya, Mugi Hartanto (38 tahun) dan Sapari (51 tahun) menyerahkan diri. Identitas kedua terduga teroris yang hidup diketahui. Mugi berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar, sedangkan Sapari merupakan pekerja Staf Kesra Desa Penjor.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Ronny Franky Sompie menuturkan, setelah baku tembak, jenazah Dayah dan Rizal langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, Jawa Timur. Sementara Mugi dan Sapari langsung dibawa ke Polda Jawa Timur untuk menjalani pemeriksaan.

Dalam penangkapan itu, Densus juga mengamankan sepucuk senjata jenis revolver, 12 peluru dan tas berisi bom. "Sejumlah barang yang disita kini diamankan oleh tim Densus," kata Ronny.

Ronny menuturkan, para terduga teroris ini merupakan pencari dana bagi kelompoknya. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan uang supaya kegiatannya untuk melancarkan aksi teror tetap berlanjut, termasuk dengan cara merampok.

Para terduga teroris ini berencana akan melakukan perampokan. Mereka membawa sepucuk senjata api jenis revolver dan bom yang dimasukkan ke dalam tas. "Ada indikasi mereka juga akan melakukan perampokan untuk mencari dana untuk kegiatan aksi teror," katanya.

Ronny mengatakan, keempat terduga teroris yang ditangkap bukan narapidana teroris yang kabur dari Lapas Tanjung Gusta, Medan. "Empat tersangka teroris ini bukan napi teroris Lapas Tanjung Gusta," ujar Ronny menegaskan.

Sebelumnya, kerusuhan dan kebakaran terjadi di Lapas Klas I Tanjung Gusta, Medan. Sebanyak 200 napi kabur. Sebanyak 15 napi kasus terorisme juga ikut melarikan diri.

Empat terduga teroris ini, lanjut Ronny, bukan orang baru dalam aksi-aksi teror yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. "Mereka terkait dengan pengiriman orang-orang ke daerah Poso," katanya.

Sementara, Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Unggung Cahyono mengatakan, dua terduga teroris yang ditembak diduga jaringan teroris Poso. "Dugaan sementara jaringan Poso. Dan terkait itu, polisi masih melakukan pengembangan," kata Unggung Cahyono.

Dua terduga teroris itu sudah dikuntit selama tiga bulan. Selama di Jawa Timur, kata Ronny, keduanya selalu berpindah-pindah. Tidurnya di SPBU dan di Mushala.

Saat hendak ditangkap, dua terduga teroris yang tewas ditembak itu akan melakukan perjalanan menuju ke Surabaya, dengan diantar Mugi dan Sapari. "Mereka itu akan melakukan perjalanan menuju Surabaya," katanya.

Tujuh bulan, puluhan teroris ditangkapi
Penangkapan terhadap empat terduga teroris di Tulungagung bukan peristiwa baru. Sudah sejak lama Densus 88 Antiteror menangkap orang-orang yang diduga sebagai teroris. Tidak sedikit juga yang tewas ditembak.

Tahun ini saja sudah banyak teroris yang ditangkap Densus 88, baik dalam kondisi hidup maupun mati ditembak.

Di awal tahun, tepatnya pada Jumat-Sabtu, 4-5 Januari 2013, sebanyak 11 terduga teroris ditangkap. Mereka ditangkap di dua wilayah, Makassar, Sulawesi Selatan dan Dompu, Nusa Tenggara Barat. Lima orang tewas ditembak. Penangkapan ini terkait dengan aksi teror di Poso, Sulawesi Tengah.

Kemudian Jumat, 15 Maret 2013, tujuh teroris ditangkap di empat lokasi berbeda di Jakarta dan Bekasi. Mereka merupakan kelompok teroris yang merampok bank di beberapa wilayah.

Dua terduga teroris, M dan H, ditangkap di Teluk Gong, Jakarta Utara. H ditangkap dalam kondisi hidup, sedangkan M tewas ditembak karena berupaya melawan.

Lima terduga teroris lainnya, A, S, T, K, P, ditangkap di Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi. S, T, dan K ditangkap dalam kondisi hidup, sementara A dan P, tewas. Dari penangkapan itu, sejumlah barang bukti berupa senjata api, bahan peledak, perhiasan emas, disita.

Penangkapan kembali dilakukan Kamis, 2 Mei 2013. Dua tersangka teroris bernama Sefa Riano dan Achmad Taufiq alias Ovie dengan barang bukti lima buah bom pipa yang sudah siap ledak, ditangkap Densus. Keduanya ditangkap di pertigaan Bendungan Hilir, Jakarta. Mereka diduga akan meledakkan bom di Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.

Kamis, 9 Mei 20013, Densus kembali menangkap orang-orang yang diduga teroris. Sebanyak 20 terduga teroris di beberapa wilayah yakni, Serpong, Meruya, Pamulang, Kendal, Bandung dan Kebumen, berhasil ditaklukkan. 13 ditangkap hidup-hidup, tujuh lainnya tewas tertembus peluru.

Penangkapan ini merupakan hasil dari pengembangan dari kelompok Abu Omar, kelompok Abu Torik yang ada di Beji, Depok Bojong Gede, dan terakhir Kodrat di perumahan Mustika Jaya, Bekasi.

Kamis, 16 Mei 2013, dua tersangka teroris ditangkap di wilayah Surakarta, Jawa Tengah. David dan Ibrahim Sungkar, merupakan tersangka yang mempunyai peran menyuplai bahan-bahan pembuat bom. Dari penyelidikan, kedua tersangka itu terlibat dalam beberapa transaksi pembelian senjata ke kamp pelatihan Poso.

"Keduanya anggota jaringan Abu Roban di Jawa Tengah. Dan berafiliasi dengan Wiliam Maksoem, jaringan yang ada di Bandung," kata Karopenmas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

Penangkapan kedua tersangka teroris ini merupakan pengembangan dari penangkapan Nu'im Ba'asyir yang merupakan keponakan Abu Bakar Ba'asyir. Ia diduga bagian penting dalam jaringan suplai senjata terhadap teroris Poso.

Kamis, 23 Mei 2013, Rohadi, seorang yang diduga teroris ditangkap di rumah kontrakannya di RT 04/02 Kampung Sawah Kidul, Kelurahan Mauk Timur, Tangerang, Banten. Rohadi ditangkap saat tertidur lelap dan disaksikan anggota keluarganya.

Turut disita barang bukti zat kimia, rangkaian kabel, batang pipa berdiameter 1,5 inci, bubuk belerang dan black powder. Diduga, barang-barang ini sebagai bahan pembuatan bom.

Di hari yang sama, seorang terduga teroris bernama Sigit dibekuk Densus 88 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sigit merupakan buronan yang diduga merencanakan pengeboman Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta.

Sabtu, 8 Juni 2013, dua terduga teroris ditangkap. Fath alias Umar Farouk (25 tahun), ditangkap di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Mus'ab alias Amir alias Umar alias Madinah (27 tahun) di Poso, Sulawesi Tengah. Keduanya diduga terlibat dalam peledakan bom pondok pesantren Umar bin Khattab (UBK), Bima, NTB.  (eh)