Pages

Monday, 8 July 2013

KSAD Ingin Ubah Budaya 'Kill or To Be Killed'


KSAD Ingin Ubah Budaya 'Kill or To Be Killed'
KSAD Jenderal TNI Moeldoko berjabat tangan dengan Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo seusai penyematan brevet komando dan menjadi warga kehormatan Korps Baret Merah di Mako Kopassus, Jakarta, (11/6)
 
Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Moeldoko menyatakan reformasi budaya di tubuh TNI belum sempurna. Kebiasaan latihan yang sulit diubah menjadi latar belakang sulitnya mengubah budaya kekerasan di TNI. "Kami dididik untuk kill or to be killed. Ini yang susah diubah," kata Jenderal Moeldoko dalam acara silaturahmi dengan para tokoh di Gedung Balai Kartini, Senin, 8 Juli 2013.

Jenderal Moeldoko hendak mengevaluasi kurikulum pendidikan TNI. Evaluasi ini dimaksudkan supaya calon prajurit bisa terbuka terhadap masyarakat. Selama ini, prajurit TNI terkesan tertutup kepada masyarakat.

Selain berfokus pada pertahanan bangsa, Jenderal Moeldoko berupaya membangun budaya baru di tubuh TNI. Budaya baru itu terutama dalam hal komunikasi dengan masyarakat. "Tidak ada keinginan mengkudeta," kata Moeldoko. "Kami berharap prajurit kuat dan terbuka kepada masyarakat."

Kepala Staf Angakatan Darat, Jenderal Moeldoko, menyatakan Tentara Nasional Indonesia tak memiliki tradisi kudeta. "TNI hanya berusaha memberikan pengabdian yang terbaik," kata Moeldoko dalam acara silaturahmi dengan para tokoh di Gedung Balai Kartini, Senin, 8 Juli 2013.

Tempo