Kapal Selam TNI AL KRI Cakra 401 (photo:Dispenal)
SURABAYA: Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana TNI Marsetio menyatakan Indonesia telah melaksanakan kontrak pembuatan tiga kapal selam dengan Korea Selatan dan direncanakan pada akhir tahun 2016 atau awal 2017 kapal selam tersebut sudah datang di Indonesia.
Pembuatan dua kapal selam dilaksanakan di Korea Selatan, sedangkan pembuatan kapal selam ketiga, dibangun di PT PAL Surabaya, seperti halnya pembangunan kapal perang jenis Landing Platform Dock (LPD) tahun lalu. Untuk pembuatan kapal selam di Surabaya, TNI AL mengirim para teknisi dari PT PAL dalam rangka Transfer of Technology (TOT) di Korea Selatan.
Diharapkan pada tahun 2017/ 2018 Indonesia telah memiliki lima kapal selam termasuk dua kapal selam yang sudah ada yaitu KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402.
TNI AL mengharapkan pada tahun 2024 Indonesia minimal telah memiliki 6 kapal selam, sesuai dengan pembangunan Minimum Essential Force (MEF) TNI AL untuk mengamankan wilayah NKRI. Pembangungan MEF ini akan terus di up date setiap tahun, sesuai dengan anggaran yang dialokasikan ke TNI. Hal ini disampaikan Kasal Laksamana TNI Marsetio, saat meresmikan pembangunan gedung Submarine Training Center (STC) di Kompleks Komando dan Latihan Koarmatim, Ujung, Surabaya – Jawa Timur.
Submarine Traning Center (STC) TNI AL dibangun sebagai fasilitas simulator untuk meningkatkan profesionalisme awak kapal selam guna mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani. STC ini untuk berlatih ABK kapal selam maupun calon ABK kapal selam tanpa menggunakan jam operasional kapal selam, sehingga kapal selam dapat digunakan secara maksimal dan efisien.
Negara-negara di kawasan regional seperti Malaysia, India dan Australia telah membangun sistem pelatihan awak kapal selam seiring dengan tahap awal pengadaan kapal selam mereka. Pembangunan STC ini dinilai sangat tepat karena dalam waktu dekat Indonesia akan melaksanakan pengadaan tiga kapal selam baru.
TNI AL akan membangun enam fasilitas simulator yang terintegrasi dalam satu lokasi sehingga proses pelatihan menjadi lebih efektif.
“Dengan demikian apabila TNI AL sewaktu-waktu menghadirkan kekuatan kapal selamnya di manapun di wilayah NKRI, para personel sudah benar-benar siap dan terlatih”, ujar Kasal.
Fasilitas Submarine Training Center TNI AL:
1) Submarine control simulator (SCS) yaitu simulator pelatihan awak kapal selam yang bertugas di ruang kontrol teknis dan digunakan untuk melatih personel dalam olah gerak teknis dan taktis kapal selam.
2) Submarine command and team trainer (SCTT), yakni platform yang digunakan sebagai sarana pelatihan tim Pusat Informasi Tempur (PIT) kapal selam dan merupakan sebuah mock-up situasi PIT yang sesungguhnya.
3) Sonar laboratory (SL), ruang laboratorium yang memiliki fasilitas simulator sonar yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan operator dalam melaksanakan analisa gelombang akustik.
4) Machinery and propulsion control simulator (MPCS), fasilitas latihan pengoperasian peralatan utama bagian permesinan dan sistem pendorong bagi awak kapal selam.
5)Fire and damage control simulator (FDCS), sarana latihan penanggulangan kedaruratan pada kapal selam yaitu bahaya kebakaran dan kebocoran.
6) Submarine escape training tank (SETT) yaitu fasilitas yang digunakan sebagai sarana latihan bagi awak kapal selam untuk melaksanakan penyelamatan diri dalam kondisi darurat.
Personel kapal selam TNI AL KRI 402 Nanggala (photo: dispen armatim)
TNI AL merupakan operator yang telah malang melintang selama 50 tahun dalam menggunakan kapal selam, sejak adanya 12 kapal selam kelas Whiskey untuk operasi pembebasan Papua tahun 1962. Pengalaman yang panjang inilah yang membuat Korps Hiu Kencana disegani, walau kapal selam mereka saat ini tergolong gaek
JKGR