Pages

Thursday, 12 September 2013

Freedom Flotilla dekati perbatasan Indonesia


Kapal layar Freedom Flotilla yang bermuatan belas aktivis Australia menuju Papua diperkirakan bakal menyeberangi perbatasan laut Indonesia hari ini, Rabu (11/9).

Sekelompok aktivis Australia yang ikut dalam misi pelayaran Freedom Flotilla berencana memasuki propinsi Papua, Indonesia untuk menyoroti perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan itu. (Credit: ABC licensed)

Seorang inisiator penyelenggara pelayaran Freedom Flotilla menjelaskan tujuan pelayaran itu supaya dunia tahu pelanggaran Ham di Papua.

Amos Wainggai, salah seorang aktivis yang ikut dalam pelayaran Freedom Flotilla kepada Radio Australia mengungkapkan total yang ikut berlayar berjumlah 19 orang.

Waingai merupakan aktivis Papua merdeka yang kini tinggal di Melbourne, Victoria, juga ikut dalam pelayaran Freedom Flotilla.

Para kru terdiri dari pengungsi Papua, pembuat film, aktivis dan para sesepuh suku Abrorigin.

Senin (9/9) kemarin rombongan aktivis yang menggunakan kapal layar itu berangkat dari pulau Horn di Selat Torres.

Departemen Luar Negeri Australia sudah memberi peringatan tidak akan memberikan bantuan hukum jika mereka ditangkap karena melanggar hukum menerobos perbatasan oleh kepolisian Indonesia.

Kepada program Pasific Beat Radio Australia salah seorang penyelenggara, Lizzy Brown, menyampaikan bahwa mereka memikirkan semua peristiwa 11 September dan yang terkait dengan anti terorisme.

“Dan saya kira, Australia melatih para personil keamanan Indonesia seperti detasemen 88 untuk membuat malapetaka dan teror pada orang-orang Papua Barat,”katanya.

Wakil kepala kepolisian Papua, Papua Paulus Waterpauw mengatakan kedatangan perahu yang tidak resmi akan dicegat oleh angkatan laut dan mungkin ditahan oleh pihak imigrasi.

Sementara itu, kru Freedom Flotilla lainnya dalam kesempatan wawancara yang berbeda membantah jika ada tudingan yang menyebut perjalanan itu mempunyai misi politik.

“Kalau nanti bisa tiba di Merauke, kami akan buat acara upacara adat. Akan ada upacara penyambutan dari seluruh orang Papua untuk mempersatukan dua pulau yang terpisah sekian lama,” jelas Amos Wainggai.

Perjalanan juga disebut mempunyai misi untuk memperingati pemisahan daratan Australia dan pulau Papua sejak zaman pencairan es 10 ribu tahun yang lalu dan era kolonisasi.