“Itu wajar untuk tahap awal pengadaan pesawat baru. Ada rencana strategis dari Mabes TNI untuk terus melengkapi secara bertahap, dalam waktu kurang dari lima tahun semua kekurangan itu akan digenapi. Seperti halnya pesawat Sukhoi buatan Rusia, juga seperti itu dulunya,” tutur Yuyu Sutisna di Lanud Adi Soemarmo, Solo, Jumat (11/4/2014).
Dari sisi kebutuhan penerbang saja, TNI AU baru memiliki enam pilot yang memegang lisensi terbang dengan T-50i, hasil pendidikan di Korea Selatan. Saat ini TNI AU terus mengembangkan jumlah itu dengan melatih sejumlah penerbang untuk berkonversi dari pesawat tempur jenis lain.
“Kebutuhan minimal, satu setengah kali jumlah unit pesawat. Kita punya 16 unit, jadi butuh 24 penerbang. Bahkan seharusnya lebih dari itu, karena pasti dalam skuadron itu ada saja penerbang yang sekolah, dan sebagainya,” ujar Yuyu.
Soloblitz