Pages

Thursday, 10 July 2014

11-7-1995: Pembantaian Srebrenica

 
 
Suasana pemakaman korban pembantaian Srebrenica 1995  
 
  - Pada 19 tahun yang lalu, Perang Saudara di Balkan memasuki tahap terburuk. Ribuan warga Muslim Bosnia dibantai pasukan fasis Serbia pimpinan Jenderal Ratko Mladic, setelah PBB gagal menjaga zona aman di Kota Srebrenica, Bosnia-Herzegovina, yang merupakan wilayah pecahan Yugoslavia.

Menurut stasiun berita BBC, sebanyak 1.500 tentara Serbia mengepung pasukan penjaga perdamaian PBB asal Belanda. Pasukan PBB, saat itu kalah jumlah meski didukung oleh serangan udara NATO atas tank-tank Serbia.

Perdana Menteri Bosnia, Haris Silajdzic, menyebut tindakan NATO itu "terlalu kecil, dan sudah terlambat" sehingga penduduk Srebrenica telah "dikhianati." Masuknya pasukan Serbia itu membuat 30.000 warga Srebrenica dan sekitarnya, yang mayoritas Muslim, berjuang mengungsi ke arah utara.

Situasi ini membuat Amerika Serikat, saat itu mempertanyakan kemampuan PBB dalam menjalankan "misi kemanusiaan" di wilayah Balkan tersebut. PBB pun pasrah. "Sepengetahuan kami, Srebrenica telah jatuh ke tangan pasukan Bosnia," kata juru bicara PBB saat itu, Alexander Ivanko.

"Ribuan pengungsi menyelamatkan diri ke suatu desa bernama Potocari. Pasukan Belanda yang bertugas di Srebrenica juga telah mundur ke Potocari," lanjut Ivanko.

Sebagai panglima pasukan Serbia, Mladic, menulis kepada PBB bahwa anak buahnya tengah melancarkan operasi untuk "membasmi teroris." Mladic juga menyatakan bahwa warga sipil setempat dan pasukan penjaga perdamaian tidak perlu khawatir akan keberadaan anak buahnya.

Namun, setelah menduduki Srbrenica, Mladic dan pasukannya justru melakukan pembantaian terburuk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Pasukan Serbia diketahui membantai sedikitnya 8.000 laki-laki Muslim Bosnia selama 11 Juli hingga 22 Juli 1995 di Srebrenica dan sekitarnya. Mereka rata-rata disuruh menggali lubang beramai-ramai sebelum akhirnya dieksekusi massal oleh tentara Serbia.

Itulah sebabnya, setelah Perang Balkan usai dan situasi di Bosnia dan sekitarnya kembali aman dan damai, PBB memburu Mladic dan para anak buahnya. Bersama mantan Presiden Serbia, Radovan Karadzic, Mladic akhirnya berhasil ditangkap dan tengah diadili di Mahkamah Kejahatan Perang di Den Haag atas kasus genosida. (asp)