Pages

Tuesday, 15 July 2014

Menanti Kecaman PBB untuk Israel

Dunia seakan terbagi dua dalam menyingkapi serangan Israel ke Gaza.
Sidang Dewan Keamanan PBB  
 - Dunia seakan terbagi dua dalam menyingkapi serangan Israel ke Gaza yang telah menewaskan 99 orang, per Jumat 11 Juli 2014. Barat menyalahkan Hamas yang tidak berhenti meroket Israel, sedangkan Timur Tengah dan Asia mengecam Israel yang tega membantai rakyat sipil Gaza.

Di Barat ada Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang dalam pembicaraan teleponnya dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa dia "mengecam keras" serangan Hamas ke Israel. "Tidak ada negara yang layak mendapatkan serangan seperti itu," kata Dubes AS untuk Israel, menirukan ucapan Obama pada Netanyahu, dikutip dari Haaretz.

Hal serupa disampaikan mulai dari Perdana Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francois Hollande hingga Perdana Menteri Kanada Stephen Harper. Kesemuanya "mengecam keras serangan Hamas ke warga sipil Israel" dan "Akan berada di samping Israel."

Namun, perlu dicatat angka korban tewas dari kubu Israel nihil. Sedangkan korban tewas warga sipil di Gaza hampir 100 orang dan akan terus bertambah. Lebih dari 20 di antaranya masih bocah. Sebanyak 670 orang di Gaza terluka, seperti dicantumkan oleh International Middle East Media Center, Jumat.

"Ini bukan perang antara Israel dengan Hamas, atau faksi lainnya, tetapi terhadap rakyat Palestina," kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas, sembari menegaskan bahwa ini adalah genosida.

Dari kubu Timur Tengah dan Asia, ramai mengecam tindakan Israel yang membantai rakyat sipil Palestina. Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdogan contohnya, bersumpah akan terus menentang agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

"Saat Israel membombardir rakyat Palestina yang tanpa perlindungan di Gaza, Turki tidak akan tetap diam dan imparsial," kata Erdogan, dikutip dari kantor berita Anadolu.
Yordania, satu dari dua negara Arab yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel juga mengecamnya. Dalam pernyataannya, juru bicara pemerintah Yordania mengatakan bahwa serangan negara Yahudi itu adalah tindakan barbar.

Dari Asia, ada Indonesia dan Malaysia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bahwa Israel telah melampaui batas.
"Tidak proporsional, banyak korban sipil rakyat Palestina. Indonesia juga mengecam dan telah aktif menjalankan diplomasi di tingkat PBB, Organisasi Islam dan Non Blok," kata SBY dalam rapat kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.

Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam pernyataannya juga mendesak Israel berhenti mengebom Gaza. "Malaysia menyerukan seluruh pihak untuk menahan diri demi menghindari kerusakan yang lebih besar dan banyaknya jatuh korban jiwa di antara warga sipil Jalur Gaza," kata pemerintah Malaysia.
Upaya diplomatis
Berbagai negara, termasuk Indonesia, mengambil langkah diplomatis untuk menyelesaikan kekerasan di Gaza. Indonesia mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Gerakan Non Blok, dan Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil tindakan.

OKI diberitakan Arab News Kamis lalu, mendesak duta besar mereka di Jenewa untuk melakukan pertemuan dengan Dewan HAM PBB untuk membentuk Komisi Internasional Kejahatan dan Pelanggaran Israel.

Namun, semua upaya ini berujung di Dewan Keamanan PBB yang sampai saat ini masih melempem.
Dewan Keamanan melakukan pertemuan darurat pada Kamis kemarin. Pertemuan ini digelar, setelah negara-negara Islam mendesak duta besar Rwanda yang kini menjabat presiden DK PBB untuk menggelarnya.

Dalam pertemuan itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon mengaku khawatir terhadap kelangsungan hidup warga sipil, baik di Gaza dan Israel. Menurut Ban, peristiwa ini tidak akan terjadi jika Hamas tidak terus-terusan menggempur Israel dengan roket. Ban takut, Israel akan benar-benar melaksanakan rencananya untuk melakukan serangan darat.

"Rakyat Gaza terjebak antara tindakan tidak bertanggung jawab Hamas dan serangan udara Israel," kata Ban.

Hal ini diamini oleh utusan Israel untuk PBB, Ron Prosor. Dia mengatakan bahwa saat Ban berbicara, "lima roket ditembakkan dari Gaza ke Israel dan menghantam satu rumah."
Dia juga menceritakan kengerian warga sipil Israel yang hanya punya waktu 15 detik untuk menuju tempat perlindungan saat sirine bahaya dinyalakan.

Horor itu tentu saja tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami oleh warga Gaza. Rumah mereka hancur, anak-anak mereka tewas, tubuh mereka cacat kena bom. Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour menegaskan bahwa ini adalah kejahatan perang.

"Penjajahan Israel adalah rasis dan ekspansionis. Israel mengaku paling demokratis di Timur Tengah, tetapi menyerang rakyat sipil tidak berdosa. Israel telah melakukan kejahatan perang dan teror negara terhadap warga sipil Gaza," kata Mansour.
Lobi Israel dan AS

Belum ada langkah apa pun dari DK PBB. Setelah pertemuan terbuka itu, mereka akan melakukan pertemuan tertutup untuk menghasilkan pernyataan. Sementara itu, Israel dan Amerika Serikat giat melobi agar tidak keluar kata "kecaman" dari DK PBB.

AS sendiri akan mendekati perwakilan Yordania, salah satu anggota DK PBB agar menolak mengecam Israel. Yordania mewakili negara-negara Arab di lembaga itu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman telah melobi menlu Rwanda dan negara-negara lainnya di DK PBB. Lieberman juga telah mengirimkan surat kepada seluruh menlu negara-negara yang punya hubungan diplomatik dengan Israel.
Dalam surat itu, tentu saja, Israel mengatakan bahwa Hamas adalah biang dari semua kekacauan yang terjadi saat ini.
Jika lobi Israel dan AS ini berhasil, bisa jadi seperti apa yang terjadi akhir Juni lalu. Saat itu, DK PBB gagal mencapai kata sepakat untuk mengecam aksi penggeledahan dan pembunuhan Israel terhadap warga Tepi Barat dalam mencari tiga pemuda Yahudi yang hilang. Peristiwa ini jugalah yang jadi cikal bakal konflik kali ini.
Menurut DK PBB, mereka gagal mencapai "landasan yang sama" untuk mengeluarkan pernyataan mengecam Israel. Padahal, saat itu, sebanyak 2.100 rumah digeledah, 566 warga Palestina ditahan dan tujuh orang tewas ditembak.
Perlu diketahui, Israel adalah negara di dunia yang paling banyak menerima kecaman dari PBB, namun bukan dari Dewan Keamanan. Per 2013, tepatnya ada 45 resolusi dari Dewan HAM PBB yang isinya mengecam kekerasan Israel terhadap Palestina. Resolusi itu dikeluarkan dari tahun 2006, awal Dewan HAM PBB ddirikan. Namun, tetap saja Israel bergeming.

Netanyahu menegaskan bahwa mereka tidak akan menghentikan serangan ke Israel, malah bahkan memperluasnya. Opsi serangan darat Israel telah disiapkan. Sebanyak 30.000 pasukan cadangan telah disiagakan.

"Kami tidak ingin gencatan senjata. Tujuan kami adalah melucuti infrastruktur roket Hamas," kata Prosor di sidang DK PBB.

Sebelumnya, pernyataan serupa keluar dari mulut Netanyahu di hadapan Komite Pertahanan dan Urusan Luar Negeri Knesset Rabu lalu. Hal ini disampaikannya, menjawab pertanyaan soal tujuan dan target Israel, dan apakah Israel telah berbicara dengan negara-negara lain soal gencatan senjata.

"Saya tidak berbicara dengan siapa pun soal gencatan senjata. Itu sama sekali tidak ada dalam agenda," kata Netanyahu.

Padahal, AS menyatakan siap memediasi gencatan senjata kedua kubu. Dalam pernyataannya, Gedung Putih mengaku siap memfasilitasi segala bentuk tindakan yang berujung pada dihentikannya saling serang.

Belum ada formulasi gencatan senjata yang dimaksud AS. Paman Sam sendiri diprediksi kesulitan mewujudkannya. Sebab, sebelumnya mediator konflik Israel-Hamas adalah Mesir. Namun, pemerintahan Mesir pimpinan Abdel Fattah al-Sisi kali ini punya hubungan buruk dengan Hamas.

Senjata terlarang
Sementara itu, para elit berdiplomasi, rakyat Gaza meregang nyawa. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Israel telah menggunakan senjata yang dilarang organisasi internasional. Senjata itu membakar dan mencabik-cabik tubuh korban.

"Israel menggunakan senjata yang dilarang pada dua perang terakhir di Gaza," kata juru bicara kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qodra, Rabu lalu.

Buktinya, kata dia, tubuh jasad korban pengeboman Israel sangat mengerikan. Kebanyakan tubuh mereka terbakar, sedangkan sebagian lainnya hancur lebur. Pada foto-foto yang diberikan para aktivis ada peringatan, bagi yang lemah jangan melihatnya.

Dalam sebuah foto, terlihat anggota tubuh para korban luka hancur, seperti terkena senjata kimia. Menurut dokter di Palestina, banyak warga Gaza yang kehilangan anggota tubuhnya akibat serangan ini.

Diperkirakan lebih dari 670 orang di Gaza terluka dalam serangan yang terjadi sejak awal pekan ini. Israel berdalih, serangan itu untuk membalas lontaran roket dari kubu Hamas di Gaza. Namun, kenyataannya bahwa dari ratusan roket yang ditembakkan Hamas, tidak ada satu pun warga sipil Israel yang terluka. (asp)