Pages

Sunday, 1 February 2015

UAV Pertama yang Take Off dari Kapal Perang TNI AL

Dari segi payload, Wulung UAV (Unmanned Aerial Vehicle) besutan PT. Dirgantara Indonesia, LEN (Lembaga Elektronik Nasional), dan BPPT, lebih unggul ketimbang UAV atau drone lain yang juga buatan dalam negeri. Maklum saja, Wulung yang jadi maskot UAV nasional bisa memuat payload sampai 25 kg. Tapi, dengan ukuran dan payload yang lebih kecil, ada penanding Wulung yang punya kemampuan jarak terbang lebih jauh.


Yang dimaksud adalah LSU (LAPAN Surveillance UAV)-02 buatan Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Dengan dapur pacu mesin tunggal 10 hp/5 liter, plus bahan bakar Pertamax Plus (RON 95), LSU-02 secara teori dapat menempuh jarak maksimum 450 Km, meski realitasnya baru bisa dibuktikan hingga jarak 200 Km. LSU-20 yang punya bobot total 15 Kg ini punya kecepatan terbang hingga 100 Km per jam. Lamanya terbang (endurance) juga terbilang lumayan, hingga 5 jam, ideal untuk misi intai jarak jauh.

Seperti layaknya UAV yang lain, LSU-02 dapat diterbangkan secara remote dan terbang secara otomatis (autonomous flying). Meski secara performance masih di bawah Wulung, tapi karena dimensi dan bobotnya yang cukup ringan. LSU-02 sempat di daulat untuk take off dari deck helikopter di korvet SIGMA Class KRI Frans Kaisiepo 368, LSU-02 mendapat peran sebagai pengintai obyek dari sasaran tembak rudal Exocet MM40 pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 di Laut Bawean.
LSU-02 di KRI Frans Kaisiepo 368.
LSU-02 di KRI Frans Kaisiepo 368.
Take off dari KRI Frans Kaisiepo 368.
Take off dari KRI Frans Kaisiepo 368.

Uji coba tersebut, terkait dengan perjanjian kerja sama antara LAPAN dan TNI AL mengenai penggunaan teknologi untuk kepentinganTNI AL. Salah satunya adalah aplikasi UAV dalam operasi Latgab TNI 2013 ini. Dalam Latgab, pesawat LSU-02 diterbangkan setengah jam sebelum penembakan rudal Exocet. Pesawat diarahkan ke sasaran tembak sejauh 20 nautical mile atau sekitar 36 km. Sesampainya di lokasi, pesawat memonitor dengan cara loiter (berkeliaran) di atas sasaran dan merekam setiap tembakan rudal Exocet. Setelah selesai bertugas, LSU-02 kembali ke posisi penjemputan di KRI Frans Kaisiepo, dengan koordinat dan waktu yang telah ditentukan.

Dalam Latgab ini, pesawat dengan panjang badan 200 cm (composite) dan bentang sayap (wing span) 250 cm ini mampu terbang sekitar 2 jam 45 menit, dengan kecepatan rata-rata 70 km per jam. Secara keseluruhan, jarak tempuh LSU untuk kembali ke sasaran diperkirakan sekitar 200 km.(Indomiliter)