Pages

Sunday, 7 April 2013

Laut Adalah Segalanya

Gedung di Jalan Aria Jipang No 8 Bandung, berwarna dominan putih plus selingan warna abu-abu pada beberapa bagian. Sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagah di halaman. Bila membaca papan nama yang terpampang di depan, kita bisa tahu pasti bangunan itu adalah Markas Komando Pangkalan TNI Angkatan Laut Bandung.
Agak aneh memang, ada sebuah Pangkalan Angkatan Laut terletak di tengah kota yang tidak memiliki garis pantai. Tak ada dermaga, kapal atau hiruk pikuk aktifitas pelabuhan. “Jangankan Anda, orang Bandung sendiripun banyak yang heran kalau di sini ada Pangkalan Angkatan Laut,” kata Kolonel Laut (P) Iswan Sutiswan, Komandan Pangkalan Angkatan Laut Bandung kepada Oki Imron Habibi, wartawan LIFESTYLE.
Meski demikian, tugas Lanal Bandung tidaklah ringan. Sebab wilayah kerja Lanal Bandung sangat luas. Meliputi 6 kabupaten di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya hingga Ciamis dengan bentangan garis pantai sepanjang ± 472 Km. Tingkat kerawanan cukup tinggi karena berhadapan dan berbatasan langsung dengan Negara Australia. Sehingga tidak tertutup kemungkinan potensi ancaman dari pihak negara tetangga akan muncul.
Selain itu, titik-titik tertentu di sepanjang  pantai selatan Jawa Barat seringkali dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk  tempat penyeberangan para imigran gelap yang datang dari negara-negara Timur Tengah. Memang pantai selatan Jawa Barat jadi tempat favorit singgah/transit para ‘manusia perahu’ sebelum menyeberang ke Australia. Biasanya para imigran itu datang tidak dengan tangan kosong. Mereka juga melakukan tindak pidana lain dalam bentuk menyelundupkan barang-barang terlarang seperti narkoba bahkan senjata.
Masih banyak pelanggaran-pelanggaran lain yang terjadi. Seperti pelanggaran batas wilayah, penambangan pasir besi secara ilegal, ilegal fishing, pencemaran lingkungan, sengketa lahan dan konflik antar nelayan.
Selama ini orang-orang dari negara lain masih leluasa nyelonong di perairan sekitar pantai selatan dengan cara menyamar sebagai wisatawan. Mereka sudah mengetahui dan paham kondisi daerah tersebut yang dianggapnya paling aman untuk dijadikan tempat penyeberangan. Sayangnya belum ada kepedulian lebih dari stakeholder tentang keberadaan pantai selatan. Termasuk Pemerintah Daerahnya sendiri belum memberi perhatian lebih dalam hal pembangunan kelautan. “Jangan lupa bahwa, potensi laut Indonesia sangatlah potensial, baik sumber daya hayati maupun nabati yang sangat besar, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.” Demikian Alumnus Akademi Angkatan laut tahun 1986 ini menjelaskan.
Pernyataan tersebut memang beralasan. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang  ke dua di dunia. Sekitar 2/3 wilayah NKRI adalah lautan. Indonesia pun memiliki posisinya strategis karena terletak                   di persimpangan antara dua benua Asia dan Australia serta diapit Samudera  Pasifik dan Samudera Hindia. Perairan Nusantara juga dianugerahi beragam jenis sumber daya alam laut yang melimpah sehingga membuat negara-negara lain tergiur untuk mengeruk hasil laut nusantara.
“Saya pernah menyeberangkan kapal dari Eropa ke Indonesia. Nggak ada namanya kapal ikan yang sedang melakukan kegiatan penangkapan ikan di sepanjang rute pelayaran saat itu. Coba kita lihat perairan negara kita, tingkat kepadatan kapal-kapal penangkap ikan, baik yang legal maupun illegal, sangat ramai seperti layaknya di pasar ikan. Pada umumnya kapal-kapal ikan tersebut adalah kapal ikan asing, sementara nelayan kita hanya sekelompok kecil saja.” Demikian kata pria kelahiran 9 Desember ini.
Hal ini tentu mengganggu stabilitas keamanan di wilayah perairan kita yang berdampak kepada tingkat kewaspadaan aparat TNI AL. Sementara itu kekuatan TNI Angkatan Laut masih belum mencukupi untuk menjaga wilayah laut Indonesia yang begitu luas.
Sebenarnya pada masa lalu, Angkatan Laut Indonesia pernah menjadi angkatan laut yang handal dan terkuat di ASEAN. Kala itu Indonesia sangat disegani sekaligus ditakuti negara-negara jiran, bahkan oleh Amerika sekalipun. Belasan kapal selam, puluhan korvet, frigat serta kapal kapal terpedo mengisi gudang-gudang alutsista. Yang paling menakutkan adalah KRI Irian. Saking menakutkannya Kapal perang penjelajah ini, hingga membikin Belanda hengkang dari bumi Irian (sekarang Papua).
Pasca bergantinya tampuk pemerintahan, dari masa ke masa hingga masa kini, pamor Angkatan Laut belum seperti pada jaman dulu. Alusista terus menua tanpa ada regenerasi yang berarti. Walhasil wibawa Indonesia di mata dunia, termasuk negara jiran tidak lagi seperti dulu. Akibatnya kapal-kapal perang negara-negara lain seenaknya melanggar perbatasan. Perahu-perahu nelayan berbendera asing pun tak sungkan lagi menangkap ikan tanpa ijin pemerintah Negara Indonesia.
Harus ada solusi menghadapi persoalan tersebut. Kini kesadaran beralutsista kian tumbuh seiring digulirkannya Minimum Essential Force (MEF). TNI Angkatan Laut terus melengkapi perlengkapan tempurnya meski mengacu kepada skala prioritas sesuai kebijakan pimpinan. Kendalanya tak lain adalah keterbatasan anggaran negara untuk TNI AL. TNI masih berkonsentrasi membangun kekuatan Angkatan Laut untuk mengantisipasi situasi ‘wilayah utara’ yang sering kali memanas.
Bagaimana dengan daerah selatan? Wilayah pantai selatan Jawa belum terdapat pangkalan Angkatan Laut yang ideal. Lanal Bandung sendiri baru memiliki dua buah Pos AL, yaitu di Pelabuhan Ratu dan Pangandaran. Dengan pertimbangan garis pantai selatan Jawa Barat yang cukup panjang, jumlah Pos AL perlu ditambah. “Pos-pos Angkatan Laut yang berlokasi di selatan Jawa Barat seyogyanya lebih diperkuat guna menjaga perairan wilayah kerja Lanal Bandung yang memiliki garis pantai sepanjang 472 kilometer ini,” bapak dua anak ini memaparkan.
Alutsista canggih layak dihadirkan pula. Hingga kini Lanal Bandung baru memiliki 2 kapal berukuran kecil yang hanya digunakan untuk patroli rutin sehari-hari keamanan laut secara terbatas. Itu pun harus selalu mempertimbangkan kondisi cuaca yang ada. Idealnya pantai selatan Jawa Barat dihadirkan kapal-kapal patroli sekelas Parchim.
Sukar disanggah, peran Lanal sangat vital dalam pertahanan aspek laut. Sebagai ujung tombak TNI Angkatan Laut di daerah, Lanal memiliki tugas pokok mendukung unsur-unsur TNI AL yang sedang melaksanakan operasi di wilayahnya. “Dengan demikian Pangkalan TNI Angkatan Laut tidak bisa dianggap enteng. Karena sebuah pangkalan Angkatan Laut akan menjadi salah satu incaran musuh pada saat situasi perang karena di situlah perbekalan disiapkan. Oleh karena itu setiap pangkalan dilengkapi dengan satuan pertahanan pangkalan,” kata suami Srinaningsih ini.
Sarana dan prasarana pendukung juga mesti tersedia. Seperti dermaga, tempat pengisian bahan bakar, air tawar, gudang suku cadang, mess sampai personel pengganti dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, sebagai satuan kewilayahan, Lanal Bandung bertanggung jawab pula dalam pembinaan teritorial. Pembinaan teritorial pada hakekatnya merupakan pengelolaan potensi yang terdiri dari demografi, geografi dan kondisi sosial untuk dijadikan ruang, alat, dan kondisi juang yang tangguh bagi kepentingan pertahanan negara. Kegiatan teritorial dilaksanakan secara kontinyu, baik terprogram maupun crash program yang dapat dikoordinasi dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten.
Contoh pembinaan teritorial yang dilakukan Lanal Bandung adalah kegiatan bakti sosial, pembinaan masyarakat dalam menangani bencana (SAR) semua ini adalah dalam rangka membantu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah pesisir, yang di dalamnya diisi dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan dan pencerahan kepada masyarakat pesisir pantai tentang ilmu terapan praktis, pemahaman kebaharian, kemaritiman, bela negara, wawasan nusantara, keamanan laut, bernavigasi secara aman kepada para nelayan.
Lanal Bandung juga memberi pemahaman akan bahaya gempa bumi dan tsunami, yang dilaksanakan secara teori di kelas dan praktek langsung di laut, kegiatan latihan ini dapat dikoordinasikan dan bekerjasama dengan badan SAR di daerah. Sederet kegiatan tersebut pada intinya adalah untuk kepentingan pertahanan negara.

Sumber majalah