Sebuah analisa atas aplikasi kamuflase panas pada tank mutakhir Polandia
Sejatinya tulisan ini dibuat menindaklanjuti diskusi yang berangkat dari opini mas Lare Sarkem atas efektifitas ‘siluman’ tank PL – 01 Polandia
Bagian 1 – memahami konsep thermal image
Infared thermography (IRT), pencitraan panas (thermal imaging) dan video thermal merupakan contoh ilmu pengetahuan di bidang pencitraan infra merah. Kamera thermographic
mendeteksi pancaran infra merah dalam rentang spectrum elektromagnetik
(kisaran 9.000 – 14.000 nano meter atau dalam kode ilmiahnya, 9–14 µm) dan menghasilkan gambar dari sinar yang dipancarkan itu, gambar itu disebut thermogram.
Karena
pancaran sinar infra merah dikeluarkan oleh semua objek berada pada
nilai di atas nilai nol sesuai dengan hukum pancaran benda hitam
sempurna, thermography memungkinkan kita untuk melihat sebuah lingkungan dengan sedikit pencahayaan maupun tanpa pencahayaan langsung.
Nilai pancaran yang dikeluarkan sebuah objek berbanding lurus dengan temperatur, karenanya, thermography dapat membuat kita melihat perbedaan temperatur yang terjadi antara objek dan lingkungan di sekitarnya
Ketika
dilihat melalui kamera yang memiliki kemampuan pencitraan panas atau
thermal imaging camera, objek yang hangat terlihat menonjol dibandingkan
dengan latar belakang yang dingin; manusia dan binatang berdarah panas
menjadi mudah dilihat terhadap sebuah lingkungan, baik siang maupun
malam.
Sebagai efek turunannya, thermography juga sebagian dipergunakan oleh pihak militer dan pada kamera pengawasan
Bagian 2 – Satelit yang dilengkapi dengan kamera pencitraan panas
Saya
akan mengambil contoh satelit SPOT 4, yang dilengkapi kamera HRVIR,
terlepas dari apakah ini satelit dipergunakan untuk keperluan militer
atau tidak, kita hanya akan melihat kemampuan mata satelit itu dalam
mencitrakan objek di bumi dari jarak yang jauh di tempat satelit ini
diorbitkan
Kedua kamera HRVIR, singkatan dari High Resolution Visible and Infrared,
Resolusi Tinggi untuk objek Terlihat dan Infra merah, merupakan turunan
dari rancangan SPOT 1/2/3. Rancangan opto-mekanik sekali lagi
dipergunakan (menggabungkan sebuah teleskop, sebuah system kalibrasi,
dan perangkat lain). Innovasi utama atas satelit ini adalah penambahan channel dalam spectrum infra merah gelombang pendek (SWIR – 1,58 hingga 1,75 mm)
Menyangkut
mekanismenya sendiri, sebuah lempengan cermin yang dapat diatur
posisinya dalam merubah titik sumbu dalam proses peliputan, meningkatkan
kemampuan operasional satelit. Hal ini memungkinkan pengamatan berulang
atas area yang sama dalam jangka waktu yang pendek dan mendapatkan
gambar atas daerah yang sama dari berbagai perspektif (terkadang dipakai
untuk bahan pencocokan atas kesamaan bentuk). Terlebih lagi
kemampuannya untuk meliput sebuah kejadian, daerah dasar dari area yang
sedang diamati, menjadi meningkat karena pada kenyataannya kedua
instrument bekerja sendiri sendiri. Contohnya, instrument yang satu
mengambil gambar dengan sudut terbaik dari arah kiri tanah, sementara
unit yang lain mengarahkan cerminnya untuk mendapatkan gambar dari arah
kanan.
Tingkat akurasi satelit ini setidaknya hingga objek berukuran 2,5 meter.
Bahkan
untuk SPOT 6, tingkat akurasinya hingga 1,5 meter… Geoeye, tingkat
akurasinya 0,41 meter… Tau’deh… apakah SPOT 6 dan Geoeye juga dilengkapi
dengan kamera thermal atau tidak… yang jelas SPOT 4 dilengkapi dengan kamera thermal
Opini pribadi untuk bagian 2
Satu
hal yang harus dipahami, apa yang tersurat belum tentu tersirat. Sebuah
satelit yang dinyatakan dipergunakan untuk keperluan sipil tidak
berarti nggak akan dipergunakan untuk keperluan militer negara
bersangkutan. Jika dinyatakan kemampuan akurasi nya sebatas objek dengan
ukuran 2,5 meter, belum tentu hanya segitu kemampuan pencitraan satelit
tersebut. Seiring berjalannya waktu, maka teknologi juga turut
berkembang
Bagian 3 – Drone yang berbentuk helikopter dan autonomous, bergerak dan bertindak otomatis
Semua
teknologi berangkat dari mimpi, mimpi itu kemudian diwujudkan menjadi
benda nyata. Drone helikopter sudah diciptakan, dan karena ini drone
helikopter, otomatis tidak memerlukan awak. Tidak ada faktor manusia
yang akan memegang kendali pengambilan keputusan
Drone
helikopter akan bergerak sendiri berdasarkan koordinat yang ditanamkan
pada memorinya, dan yang terpenting, drone helikopter akan mengambil
inisiatif menyerang seseuai dengan memori yang ditanamkan pula.
Selain dibekali dengan IFF, identify friend or foe,
pengenalan kawan dan lawan, drone helikopter akan menganalisa objek
yang ditangkap oleh kamera yang dicangkokkan pada tubuhnya. Selain
kamera standar, tentunya senjata state of the art ini dilengkapi pula dengan kamera dengan kemampuan pencitraan panas.
Nah… disini baru mulai konek tulisan ini dengan judul di atas
Ketika drone helikopter mengoperasikan kamera thermal-nya… dan ketika kamera thermal-nya melacak siluet panas sebuah tank, maka secara otomatis, autonomous, drone helikopter akan bergerak menyerang tank tersebut
Bagian 4 – Polish stealth tank, PL – O1, tank masa depan dengan kemampuan manipulasi emisi panas
“Polandia
meluncurkan tank siluman PL-01 yang bisa mengecoh musuh dengan
kemampuan “mengganti” image yang ditampilkan dengan cara mengaktifkan
sensor inframerah melalui pancaran di lapisan cerdasnya. Pada saat
banyak produser tank dunia berkutat pada kekuatan mesin dan armor dari
terjangan peluru kendali dan arsenal musuh serta kamuflase cat dan
bentuk rancangan, perusahaan Polandia melangkah lebih maju.”
Dikutip dari Jakarta Greater – Tank Siluman PL – 01 Polandia
Bagian 5 – satelit, drone helikopter dan stealth tank – all three in action
Skenarionya pertama kira-kira begini…
Satelit
militer berhasil menangkap pencitraan atas kendaraan militer di suatu
daerah tertentu… Lalu drone helikopter diturunkan ke lokasi guna
melakukan penyerangan… drone kemudian mengaktifkan kamera thermal-nya…
tapi yang berhasil dibaca oleh prosessor pada komputer drone hanyalah
sekumpulan mobil sedan karena stealth tank polandia sudah mengaktifkan
kemampuan ‘bunglon’-nya… drone helikopter kemudian batal melakukan
serangan
Skenario kedua boleh jadi seperti ini
Gambar
yang timbul hasil tangkapan kamera drone helikopter diteruskan ke pusat
komando… jika serangan dilakukan malam hari… dan hanya kamera thermal
yang dapat dipakai untuk pencitraan… maka pusat komando-pun hanya akan
mendapatkan gambaran sekumpulan mobil sedan
Opini pribadi
“Kulit bunglon” yang diaplikasikan pada stealt tank Polandia hanya akan efektif bila :
- Peperangan terjadi di daerah urban/perkotaan, atau di daerah dimana populasi kendaraan roda empat banyak dan lumrah ditemui
- Tank di serangan pada malam hari, saat dimana penglihatan optimal hanya bisa didapat dengan bantuan kamera thermal
- Misi penyerangan terhadap tank hanya melibatkan drone helikopter tanpa melibatkan peleton intai tempur sebagai juru pandu serangan (dengan mempergunakan sinar laser)
Jika
salah satu dari ketiga parameter di atas tidak dipenuhi, maka stealth
tank Polandia, akan kehilangan manfaat dari kulit bunglon-nya
Walaupun canggih, kulit bunglon stealth tank Polandia akan dengan gampang dikalahkan oleh pasukan pengintai dan pemandu penyerangan.
Masalahnya,
kolom tank biasanya diparkir di tengah pasukan dan dijaga ketat. Susah
dan terlalu beresiko bagi pasukan pengintai untuk mendekat dan memandu
serangan. (by afiq0110)