Pages

Thursday, 17 April 2014

Kamufalse Panas, Kenapa Jadi Urgent ?

 
Ilustrasi thermal camera. image birminghammail.co.uk

Sebuah analisa atas aplikasi kamuflase panas pada tank mutakhir Polandia

Sejatinya tulisan ini dibuat menindaklanjuti diskusi yang berangkat dari opini mas Lare Sarkem atas efektifitas ‘siluman’ tank PL – 01 Polandia
Bagian 1 – memahami konsep thermal image
Infared thermography (IRT), pencitraan panas (thermal imaging) dan video thermal merupakan contoh ilmu pengetahuan di bidang pencitraan infra merah. Kamera thermographic mendeteksi pancaran infra merah dalam rentang spectrum elektromagnetik (kisaran 9.000 – 14.000 nano meter atau dalam kode ilmiahnya, 9–14 µm) dan menghasilkan gambar dari sinar yang dipancarkan itu, gambar itu disebut thermogram.
Karena pancaran sinar infra merah dikeluarkan oleh semua objek berada pada nilai di atas nilai nol sesuai dengan hukum pancaran benda hitam sempurna, thermography memungkinkan kita untuk melihat sebuah lingkungan dengan sedikit pencahayaan maupun tanpa pencahayaan langsung.
Nilai pancaran yang dikeluarkan sebuah objek berbanding lurus dengan temperatur, karenanya, thermography dapat membuat kita melihat perbedaan temperatur yang terjadi antara objek dan lingkungan di sekitarnya
Ketika dilihat melalui kamera yang memiliki kemampuan pencitraan panas atau thermal imaging camera, objek yang hangat terlihat menonjol dibandingkan dengan latar belakang yang dingin; manusia dan binatang berdarah panas menjadi mudah dilihat terhadap sebuah lingkungan, baik siang maupun malam.
Sebagai efek turunannya, thermography juga sebagian dipergunakan oleh pihak militer dan pada kamera pengawasan
Bagian 2 – Satelit yang dilengkapi dengan kamera pencitraan panas
Saya akan mengambil contoh satelit SPOT 4, yang dilengkapi kamera HRVIR, terlepas dari apakah ini satelit dipergunakan untuk keperluan militer atau tidak, kita hanya akan melihat kemampuan mata satelit itu dalam mencitrakan objek di bumi dari jarak yang jauh di tempat satelit ini diorbitkan
Kedua kamera HRVIR, singkatan dari High Resolution Visible and Infrared, Resolusi Tinggi untuk objek Terlihat dan Infra merah, merupakan turunan dari rancangan SPOT 1/2/3. Rancangan opto-mekanik sekali lagi dipergunakan (menggabungkan sebuah teleskop, sebuah system kalibrasi, dan perangkat lain). Innovasi utama atas satelit ini adalah penambahan channel dalam spectrum infra merah gelombang pendek (SWIR – 1,58 hingga 1,75 mm)
Menyangkut mekanismenya sendiri, sebuah lempengan cermin yang dapat diatur posisinya dalam merubah titik sumbu dalam proses peliputan, meningkatkan kemampuan operasional satelit. Hal ini memungkinkan pengamatan berulang atas area yang sama dalam jangka waktu yang pendek dan mendapatkan gambar atas daerah yang sama dari berbagai perspektif (terkadang dipakai untuk bahan pencocokan atas kesamaan bentuk). Terlebih lagi kemampuannya untuk meliput sebuah kejadian, daerah dasar dari area yang sedang diamati, menjadi meningkat karena pada kenyataannya kedua instrument bekerja sendiri sendiri. Contohnya, instrument yang satu mengambil gambar dengan sudut terbaik dari arah kiri tanah, sementara unit yang lain mengarahkan cerminnya untuk mendapatkan gambar dari arah kanan.
Tingkat akurasi satelit ini setidaknya hingga objek berukuran 2,5 meter.
Bahkan untuk SPOT 6, tingkat akurasinya hingga 1,5 meter… Geoeye, tingkat akurasinya 0,41 meter… Tau’deh… apakah SPOT 6 dan Geoeye juga dilengkapi dengan kamera thermal atau tidak… yang jelas SPOT 4 dilengkapi dengan kamera thermal
Gambar  :  pencitraan satelit atas divisi tank Hammurabi Iraq pada perang Teluk 1991
Gambar : pencitraan satelit atas divisi tank Hammurabi Iraq pada perang Teluk 1991
afiq2
Gambar : pencitraan thermal satelit SPOT 4
Opini pribadi untuk bagian 2
Satu hal yang harus dipahami, apa yang tersurat belum tentu tersirat. Sebuah satelit yang dinyatakan dipergunakan untuk keperluan sipil tidak berarti nggak akan dipergunakan untuk keperluan militer negara bersangkutan. Jika dinyatakan kemampuan akurasi nya sebatas objek dengan ukuran 2,5 meter, belum tentu hanya segitu kemampuan pencitraan satelit tersebut. Seiring berjalannya waktu, maka teknologi juga turut berkembang
Bagian 3 – Drone yang berbentuk helikopter dan autonomous, bergerak dan bertindak otomatis
Semua teknologi berangkat dari mimpi, mimpi itu kemudian diwujudkan menjadi benda nyata. Drone helikopter sudah diciptakan, dan karena ini drone helikopter, otomatis tidak memerlukan awak. Tidak ada faktor manusia yang akan memegang kendali pengambilan keputusan
Drone helikopter akan bergerak sendiri berdasarkan koordinat yang ditanamkan pada memorinya, dan yang terpenting, drone helikopter akan mengambil inisiatif menyerang seseuai dengan memori yang ditanamkan pula.
Selain dibekali dengan IFF, identify friend or foe, pengenalan kawan dan lawan, drone helikopter akan menganalisa objek yang ditangkap oleh kamera yang dicangkokkan pada tubuhnya. Selain kamera standar, tentunya senjata state of the art ini dilengkapi pula dengan kamera dengan kemampuan pencitraan panas.
Nah… disini baru mulai konek tulisan ini dengan judul di atas
Ketika drone helikopter mengoperasikan kamera thermal-nya… dan ketika kamera thermal-nya melacak siluet panas sebuah tank, maka secara otomatis, autonomous, drone helikopter akan bergerak menyerang tank tersebut
Gambar  :  RQ 8 – Fire Scout – UAV Helicopter, US
Gambar : RQ 8 – Fire Scout – UAV Helicopter, US
Bagian 4 – Polish stealth tank, PL – O1, tank masa depan dengan kemampuan manipulasi emisi panas
“Polandia meluncurkan tank siluman PL-01 yang bisa mengecoh musuh dengan kemampuan “mengganti” image yang ditampilkan dengan cara mengaktifkan sensor inframerah melalui pancaran di lapisan cerdasnya. Pada saat banyak produser tank dunia berkutat pada kekuatan mesin dan armor dari terjangan peluru kendali dan arsenal musuh serta kamuflase cat dan bentuk rancangan, perusahaan Polandia melangkah lebih maju.”
Dikutip dari Jakarta Greater – Tank Siluman PL – 01 Polandia
Bagian 5 – satelit, drone helikopter dan stealth tank – all three in action
Skenarionya pertama kira-kira begini…
Satelit militer berhasil menangkap pencitraan atas kendaraan militer di suatu daerah tertentu… Lalu drone helikopter diturunkan ke lokasi guna melakukan penyerangan… drone kemudian mengaktifkan kamera thermal-nya… tapi yang berhasil dibaca oleh prosessor pada komputer drone hanyalah sekumpulan mobil sedan karena stealth tank polandia sudah mengaktifkan kemampuan ‘bunglon’-nya… drone helikopter kemudian batal melakukan serangan
Skenario kedua boleh jadi seperti ini
Gambar yang timbul hasil tangkapan kamera drone helikopter diteruskan ke pusat komando… jika serangan dilakukan malam hari… dan hanya kamera thermal yang dapat dipakai untuk pencitraan… maka pusat komando-pun hanya akan mendapatkan gambaran sekumpulan mobil sedan
Opini pribadi
“Kulit bunglon” yang diaplikasikan pada stealt tank Polandia hanya akan efektif bila :
  1. Peperangan terjadi di daerah urban/perkotaan, atau di daerah dimana populasi kendaraan roda empat banyak dan lumrah ditemui
  2. Tank di serangan pada malam hari, saat dimana penglihatan optimal hanya bisa didapat dengan bantuan kamera thermal
  3. Misi penyerangan terhadap tank hanya melibatkan drone helikopter tanpa melibatkan peleton intai tempur sebagai juru pandu serangan (dengan mempergunakan sinar laser)
Jika salah satu dari ketiga parameter di atas tidak dipenuhi, maka stealth tank Polandia, akan kehilangan manfaat dari kulit bunglon-nya
Walaupun canggih, kulit bunglon stealth tank Polandia akan dengan gampang dikalahkan oleh pasukan pengintai dan pemandu penyerangan.
Masalahnya, kolom tank biasanya diparkir di tengah pasukan dan dijaga ketat. Susah dan terlalu beresiko bagi pasukan pengintai untuk mendekat dan memandu serangan. (by afiq0110)

JKGR