Kondisi Kota Mosul, Irak utara yang kacau setelah diserang para militan. Foto: Reuters.
Militan al-Qaeda dari kelompok negara Islam Irak dan Levant (ISIS/ISIL) melakukan serangan besar-besaran di berabagai wilayah di Irak, setelah mereka merebut Kota Mosul. Setidaknya sudah setengah juta orang di Mosul melarikan diri akibat ketakutan dengan serangan para militan itu.
Laman Wall Street Journal melaporkan, seorang pejabat senior AS menyatakan pemerintahan Obama sedangan mempertimbangkan opsi dalam membantu pemerintah Irak guna melawan kelompok militan. Namun, hingga Kamis (12/6/2014) belum ada keputusan dari pemerintah AS.
Kebijakan Irak untuk membuka pintu bagi AS jika ingin agresi ke Irak, disampaikan Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki. Namun, Bernadette Meehan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, tidak mengomentari permintaan al-Maliki itu.”Kami tidak akan masuk ke rincian dari diskusi diplomatik kami, tetapi pemerintah Irak telah jelas membuat keputusan untuk menyambut dukungan kami,” kata Meehan.
Pemerintah AS juga belum memutuskan, jika agresi ke Irak benar-benar dilakukan apakah dengan serangan drone atau pesawat tempur berawak. Washington sejauh ini telah menolak untuk mengerahkan drone, namun justru menyiapkan rudal Hellfire.
Irak kini meminta AS mempercepat pengiriman pesanan senjata utama, termasuk puluhan pesawat jet tempur F-16, sesuai kontrak dengan Lockheed Martin. Dalam kontrak itu, Irak juga memesan puluhan helikopter Apache Boeing. Semua peralatan tempur itu akan digunakan untuk melawan militan al-Qaeda.
”Apa yang kami katakan adalah bahwa perlu ada rasa urgensi,” kata Lukman Faily, Duta Besar Irak untuk AS. ”Kami sekarang mengharapkan bantuan AS yang sudah mendesak ini.”
Sindo