"Saya menghormati sikap Pemerintah RI," kata Mikhail Galuzin.
Menurut Galuzin,
pernyataan Marty yang meminta agar dikedepankan solusi damai, dianggap
tulus. Hal itu diungkapkannya, ketika memberikan keterangan pers soal
konflik Ukraina di kediamannya di Jakarta Selatan, Rabu 5 Maret 2014.
Galuzin menyampaikan,
seharusnya langkah serupa turut ditempuh oleh rezim Pemerintahan
Presiden interim, Olexandr Turchynov, yang kini tengah berkuasa di Kiev.
"Saya mengetahui, pernyataan yang dilontarkan Menlu Marty semalam dan menghormati sikap Pemerintah RI terkait kasus Ukraina yang ingin agar konflik ini diselesaikan dengan cara damai," ungkap Galuzin.
Menurut Galuzin, pemerintahan yang saat ini berkuasa telah mengkudeta Presiden Ukraina yang sah, Viktor Yanukovych dan hal tersebut didukung kaum ekstrimis di Ukraina.
Hal itu, justru semakin diperparah dengan sikap negara barat yang malah menentang perkembangan konstitusional yang sah di Ukraina.
"Kaum ekstrimis ini merampok gudang senjata, merebut berbagai instalasi penting di Ibu Kota Kiev, membakar gedung pemerintahan. Mereka justru melakukan pengotoran," papar Galuzin ketika menceritakan kembali situasi di Ukraina dari sudut pandang Rusia.
Untuk memperkuat pendapatnya itu, dia lantas menampilkan video yang bertolak belakang dengan tampilan media negara barat. Dia mengatakan bahwa saat menghadapi para demonstran, polisi Ukraina tidak menggunakan senjata apa pun untuk mempertahankan diri.
Sementara itu, para demonstran menggunakan senjata api seperti bom molotov.
"Anda bisa melihat, demonstran yang disebut melakukan aksi damai, justru malah menganiaya polisi. Bahkan, di tampilan gambar ini, ada seorang polisi yang matanya ditusuk oleh demonstran. Dia tidak bisa melihat dan bergerak," kata dia.
Sementara itu, melihat situasi yang tidak menentu itu, Menlu Marty Natalegawa, merasa prihatin karena kondisi di Ukraina semakin memburuk.
"Kondisi di Ukraina yang semula menyangkut ketidakstabilan politik di dalam negeri termaksud, kini berkembang menjadi suatu krisis internasional yang tidak saja mengancam kedaulatan serta keutuhan negara Ukraina, dan juga berisiko meningkatkan ketegangan hubungan antara negara-negara terkait," kata Marty.
Dalam pernyataan tersebut, Kemlu juga mendorong agar semua pihak yang terkait untuk menahan diri, mengelola krisis dan mengutamakan penyelesaian damai situasi di Ukraina dan senantiasa menghormati hukum internasional," tulis pernyataan Kemlu RI. (umi)
"Saya mengetahui, pernyataan yang dilontarkan Menlu Marty semalam dan menghormati sikap Pemerintah RI terkait kasus Ukraina yang ingin agar konflik ini diselesaikan dengan cara damai," ungkap Galuzin.
Menurut Galuzin, pemerintahan yang saat ini berkuasa telah mengkudeta Presiden Ukraina yang sah, Viktor Yanukovych dan hal tersebut didukung kaum ekstrimis di Ukraina.
Hal itu, justru semakin diperparah dengan sikap negara barat yang malah menentang perkembangan konstitusional yang sah di Ukraina.
"Kaum ekstrimis ini merampok gudang senjata, merebut berbagai instalasi penting di Ibu Kota Kiev, membakar gedung pemerintahan. Mereka justru melakukan pengotoran," papar Galuzin ketika menceritakan kembali situasi di Ukraina dari sudut pandang Rusia.
Untuk memperkuat pendapatnya itu, dia lantas menampilkan video yang bertolak belakang dengan tampilan media negara barat. Dia mengatakan bahwa saat menghadapi para demonstran, polisi Ukraina tidak menggunakan senjata apa pun untuk mempertahankan diri.
Sementara itu, para demonstran menggunakan senjata api seperti bom molotov.
"Anda bisa melihat, demonstran yang disebut melakukan aksi damai, justru malah menganiaya polisi. Bahkan, di tampilan gambar ini, ada seorang polisi yang matanya ditusuk oleh demonstran. Dia tidak bisa melihat dan bergerak," kata dia.
Sementara itu, melihat situasi yang tidak menentu itu, Menlu Marty Natalegawa, merasa prihatin karena kondisi di Ukraina semakin memburuk.
"Kondisi di Ukraina yang semula menyangkut ketidakstabilan politik di dalam negeri termaksud, kini berkembang menjadi suatu krisis internasional yang tidak saja mengancam kedaulatan serta keutuhan negara Ukraina, dan juga berisiko meningkatkan ketegangan hubungan antara negara-negara terkait," kata Marty.
Dalam pernyataan tersebut, Kemlu juga mendorong agar semua pihak yang terkait untuk menahan diri, mengelola krisis dan mengutamakan penyelesaian damai situasi di Ukraina dan senantiasa menghormati hukum internasional," tulis pernyataan Kemlu RI. (umi)
VIVA.co.id