|
Sebelumnya pada tanggal 15 Juli 2014 Viper Flight telah menempuh perjalanan dari Hill AFB Utah menuju Eielson AFB Alaska selama empat setengah jam pada ketinggian 25.000 kaki dan kecepatan 0.8 MN (Mach Number) atau sekitar 480 KTAS (Knots True Air Speed) melewati area gurun, area perkotaan, selat sepanjang pantai barat dan juga pegunungan bersalju di wilayah Canada bagian utara sebelum memasuki wilayah negara bagian Alaska. Selama perjalanan dilaksanakan air to air refueling dengan pesawat KC-10 dari Travis selama 3 kali pengisian.
Sesuai kondisi ini direncanakan keberangkatan ditunda menjadi tanggal 19 Juli 2014. Perjalanan dari Eielson AFB Alaska menuju Andersen AFB Guam akan berlangsung selama 9 jam 40 menit dan tanggal 22 Juli penerbangan leg terakhir dari Guam langsung menuju Lanud Iswahyudi Madiun dengan waktu 5 jam 16 menit. Ketiga pesawat direncanakan akan mendarat pada pukul 11.16 di lanud Iswahjudi Madiun pada tanggal 22 Juli 2014 dan akan langsung diparkir di hangar Skadron Udara 3 “The Dragon Nest” untuk inspeksi.
Setelah libur Idul Fitri maka enam instruktur penerbang F-16 akan mulai melanjutkan latihan terbang konversi F-16 C/D nya di Lanud Iswahyudi Madiun mulai bulan Agustus 2014 dibawah supervisi empat instruktur penerbang dari US Air Force Mobile Training Team. Rencananya pesawat-pesawat ini akan menjalani modifikasi pemasangan peralatan drag chute karena konfigurasi awal pesawat F16C/D-52ID tidak dilengkapi dengan drag chute (rem payung) yang dilakukan tehnisi TNI AU dibantu personil Lockheed Martin pada kuartal pertama 2015.
Seluruh pesawat sebelumnya menjalani upgrading dan refurbished rangka “airframe” serta modernisasi sistem “avionic” dan persenjataan di Ogden Air Logistics Center Hill AFB, Utah. Rangka pesawat diperkuat, cockpit diperbarui, jaringan kabel dan elektronik baru dipasang, semua system lama di rekondisi atau diganti menjadi baru dan mission computer canggih baru sebagai otak pesawat ditambahkan agar lahir kembali dengan kemampuan jauh lebih hebat dan ampuh.
Modernisasi dan upgrade avionic dan engine pesawat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menjadi setara dengan F-16 block 50/ 52, khususnya dengan pemasangan “otak dan syaraf” pesawat yaitu Mission Computer MMC- 7000A versi M-5 yang juga dipakai Block 52+, demikian pula radar AN/APG-68 (V) ditingkatkan kemampuan sesuai system baru yang dipasang. Juga Improved Modem Data Link 16 untuk komunikasi data canggih, Embedded GPS/ INS (EGI) block-52 yang menggabungkan fungsi GPS dan INS dan berguna untuk penembakan JDAM (Bomb GPS), Electronic Warfare Management System AN/ALQ-213, Radar Warning Receiver ALR-69 Class IV serta Countermeasures Dispenser Set ALE-47 untuk melepaskan Chaffs/ Flares anti radar/anti rudal. Untuk seluruh mesin pesawat tipe F100-PW-220/E telah menjalani upgrade menjadi baru kembali, khususnya dengan pemasangan system DEEC (Digital Electronic Engine Computer) baru dan Augmentor Engine baru yang usia pakainnya dua kali lebih lama.
Dalam urusan pertempuran udara pesawat ini cukup handal karena disamping kelincahan F-16 C/D 52ID TNI AU menandingi Block 52 juga dilengkapi rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder L/M/X dan IRIS-T (NATO) serta rudal jarak sedang AIM-120 AMRAAM-C. Untuk menyerang sasaran darat dan perairan pesawat ini membawa kanon 20 mm, bomb standar MK 81/ 82/ 83/ 84, Laser Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), Bom anti runway Durandal, rudal AGM-65 Maverick K2, rudal AGM-84 Harpoon (anti kapal), rudal AGM-88 HARM (anti radar). Peralatan Improved Data Modem Link 16 memungkinkan penerbang melakukan komunikasi data tanpa suara dengan pesawat lain atau dengan radar darat, radar laut dan radar terbang.
Pesawat dilengkapi Head Up Display layar lebar terbaru yang kompatibel dengan Helmet Mounted Cueing System dan Night Vision Google sebagai kelengkapan penerbang kita. Pesawat juga dilengkapi navigation dan targeting pod canggih seperti Sniper/ Litening untuk operasi tempur malam hari seperti layaknya siang serta mampu melaksanakan missi Supression Of Enemy Air Defence (SEAD) untuk menetralisir pertahanan udara musuh.
Kontrak pembelian juga meliputi pengadaan spare parts, ground support equipment dan training. Peralatan JMPS (Joint Mission Planning System) berfungsi dalam perencanaan operasi pertahanan atau penyerangan udara sesuai manajemen perang udara modern menghadapi lawan dalam situasi perang elektronika serta malam hari. Sedangkan peralatan RIAIS (Rackmount Improve Avionic Intermediate System ), AME (Alternate Mission Equipment) dan PMEL (Precision Measurement Equipment Laboratory) memungkinkan perawatan, kalibrasi dan perbaikan avionic pesawat tingkat sedang dan berat agar tidak tergantung dari luar.
Dilengkapi kemampuan sistem avionic canggih dan senjata udara modern serta keunggulan daya jangkau operasi membuat pesawat ini sanggup untuk menghadang setiap penerbangan gelap atau menghantam sasaran, baik di luar atau dalam wilayah kedaulatan kita, pada saat siang atau malam hari. Pengalaman dan pemahaman dari aplikasi penggunaan tehnologi perang udara modern yang didapat dalam pengoperasian F-16 CD 52ID niscaya akan membantu kita untuk memperbaiki perencanaan, pengadaan, pelatihan serta doktrin dan taktik perang udara TNI AU.
TNI Angkatan Udara merencanakan armada baru F-16 C/D 52ID ini akan melengkapi Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan Skadron Udara 16 Lanud Rusmin Nuryadin Pekanbaru. Diharapkan pada saat pesawat tempur masa depan IFX sudah siap dioperasikan maka berbagai prosedur, taktik, pengalaman dan ilmu pengetahuan yang didapat dari pengoperasian pesawat F-16 C/D 52ID bisa kita terapkan untuk menyamai dan bahkan mengungguli kekuatan udara calon lawan dan pesaing negara kita. Pesawat-pesawat canggih ini akan menambah kekuatan tempur TNI Angkatan Udara sebagai tulang punggung Air Power (Kekuatan Dirgantara) Negara kita demi menjaga Keamanan Nasional Indonesia.
TNI AU