Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) memastikan kerjasama alutsista
dengan sejumlah negara terus berlanjut, termasuk dengan Korea Selatan,
China serta Turki. Dalam jumpa pers di gedung Kemhan Rabu (15/05) siang,
KKIP menjelaskan panjang lebar sejumlah kerjasama yang tengah dan akan
berlangsung.
Baru-baru ini terjadi polemik tentang pengadaan Kapal Selam dari
Korea Selatan. Untuk menjawabnya Kementrian Pertahanan menyatakan, akan
mengamandemen kontrak dengan pihak DSME Korea Selatan. Salah satu
amandemen adalah jika sebelumnya kapal selam ke-3 dirakit di PT.PAL,
maka pada perubahan ini kapal selam tersebut sepenuhnya dibuat total di
Surabaya. Sehingga mulai dari modul, bagian-perbagian hingga perakitan
sepenuhnya dilakukan PT.PAL.
Lebih lanjut, ARC juga mendapat penjelasan, Kementrian BUMN sudah
mengajukan dana sebesar US$ 150 Juta untuk menambah fasilitas di PT.
PAL. Pasalnya fasilitas produksi yang ada tidak dirancang untuk
membangun kapal selam, tetapi kapal permukaan saja. DSME sendiri
dikabarkan setuju dengan amandemen kontrak, dengan syarat Kementrian
Pertahanan menjamin PT.PAL mampu melaksanakannya.
Khusus dengan Turki, Kementrian Pertahanan baru saja memastikan akan
melakukan kerjasama pembuatan Tank. Selain Tank, masih ada kerjasama
lainnya. Yaitu antara PT.LEN dan Aselsan. Sesuai bidangnya, kerjasama
dengan Aselsan adalah pada pengadaan alat komunikasi untuk di
perbatasan. Prosesnya sendiri sudah dimulai dan sudah masuk tahapan
kontrak. Namun tidak dijelaskan alat komunikasi yang dimaksud, yang
pasti alat komunikasi yang dibutuhkan adalah yang canggih sehingga anti
jamming dan tak bisa diintersept.
Sementara dengan China, Kementrian Pertahanan juga terus melanjutkan
kerjasama pembuatan rudal C-705. Saat ini prosesnya sudah masuk tahap
feasiblity studies yang dilakukan oleh Kementrian Ristek. Dalam catatan
ARC, rudal C-705 ini nantinya akan mempersenjatai kapal perang cepat
jenis KCR-40 dan KCR-60 yang jumlah diperkirakan cukup banyak.
ARC