Leopard 2A4 TNI AD |
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Sisriadi di Gedung Urip Sumoharjo, di Kompleks Kemhan pada Rabu (25/9). Menurut Sisriadi, kedatangan Alutsista TNI akan datang secara bertahap ke depan.
Sisriadi juga menagkis serangan terhadap Kemenhan akan kelayakan peralatan yang dibeli untuk kebutuhan TNI itu. Sisriadi mencontohkan, bagaimana para pengamat menganggap Leopard hanya layak di pakai di Pulau Jawa dan dianggap bisa membuat jalanan aspal rusak saat dilalui.
"Berat tiap titik gandar itu 8 kg, itu lebih ringan dari kendaraan kontainer. Kalau masalah kelayakan, Leopard ini bisa dipakai di semua tempat, tidak di Pulau Jawa. Hal-hal teknis seperti itu sudah dibahas sebelum pembelian dan sudah dibicarakan di DPR," kata Sisriadi lebih lanjut.
Sisriadi juga mengatakan, pilihan jenis Alutsista yang dibeli tahun ini sudah melalui proses riset dan perencanaan yang baik. Bahkan dia meyakinkan, kritik-kritik terhadap kedatangan Alutsista dilakukan oleh LSM-LSM atau orang-orang tertentu yang perlu dipertanyakan nasionalismenya.
"Sebenarnya siapa sih yang lebih tahu, pengamat atau kami yang tahu perang?" kata Sisriadi.
Meski begitu, Sisriadi enggan menyebut berapa nilai detail harga Alutsista yang dibeli untuk kebutuhan TNI tahun ini. Dia menjanjikan, nanti akan mengundang segenap pimpinan media untuk memberitahukan berapa nilai pembeliannya.
"Nanti pada 1 Oktober, kami akan undang seluruh pimpinan media. Bapak Wamenhan akan menjelaskan menjelaskan semuanya dengan detail," ujar Sisriadi.[ian]
Pembelian Alutsista Kemenhan tanpa paket suku cadang
Kepala Bidang Matra Darat Pusat pengadaan Badan sarana pertahanan Kementerian Pertahanan Kolonel Jimmy Alexander Adirman mengatakan, semua jenis Alutsista yang dibeli tahun ini sudah melalui riset sesuai kebutuhan pertahanan TNI. Jimmy juga menuturkan, pihaknya melakukan riset mendalam dan melakukan perbandingan akan alat yang dibeli.
Jimmy juga menjelaskan bagaimana sistem pembelian dan pembayaran Alutsista yang akan didatangkan. Mulai dari pinjaman dari luar negeri hingga pinjaman dari sindikasi Bank-bank milik negara. Meski begitu, Jimmy tak menyebut berapa nilai pinjaman itu.
"Ada yang masa pinjamannya satu tahun hingga lima tahun," kata Jimmy di Gedung Urip Sumoharjo, Kompleks Kemhan, Rabu (25/9).
Jimmy menerangkan dalam pembelian Alutsista juga mengikutsertakan adanya alih teknologi, terutama untuk pengoperasian dan perawatan yang mengikutsertakan industri pertahanan strategis dalam negeri, seperti PT Pindad, PT PAL, dan yang lainnya. Meski begitu, Jimmy tidak menyebut nilai pinjaman untuk keperluan untuk keperluan Alutsista itu.
Saat ditanya wartawan apakah semua pembelian Alutsista itu juga memasukkan kebutuhan suku cadang jika terjadi kerusakan, Jimmy menjawab, semua pembelian itu dikembalikan pada ketersediaan anggaran yang ada. Namun lagi-lagi, Jimmy tidak menyebut berapa ketersediaan anggaran yang ada seperti yang dimaksud.
"Untuk kebutuhan suku cadang dikembalikan pada kesediaan anggaran. Namun, sebaiknya memang ada paket untuk itu. Misal ada paket suku cadang untuk lima tahun ke depan. tapi jika semua itu dihitung, harganya akan lebih mahal dari peralatan utama yang dibeli. Kita lebih menekankan pada Alutsistanya," ujar Jimmy lebih lanjut.
Untuk model pembayaran, menurut Jimmy, dilakukan dengan berbagai tahapan. Mulai dari uang muka, terus pembayaran setelah pengiriman, kemudian pembayaran setelah sampai gudang, setelah pengujian, dan pembayaran final. Hal itu menurut Jimmy, pembayaran bertahap itu dilakukan untuk menjaga keuangan negara.
Kemhan juga menampik jika dalam pembelian Alutsista ada peran pihak ketiga. "Pembelian langsung lintas pemerintahan, langsung pertemuan kepala negara. Tidak ada pihak ketiga," kata Jimmy menjelaskan.[hhw]