Ilustrasi,
TNI yang berasal dari rakyat harus pula mampu dekat dan manunggal dengan masyarakat. HUT TNI kali ini memiliki makna khusus. Karena tahun ini merupakan 10 tahun TNI di bawah komando Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan panglima tertinggi.
Dalam 10 tahun ini, banyak perkembangan yang terjadi, terutama menyangkut modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Dalam arti, harus diakui bahwa persenjataan TNI saat ini sudah semakin modern dan canggih, jauh dari keadaan 10 tahun yang lalu.
Tak mengherankan bila peringatan HUT TNI hari ini akan dilakukan secara besar-besaran. Bahkan, KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyebut perayaan HUT TNI kali ini termegah yang pernah dilakukan TNI. TNI akan menunjukkan seluruh persenjataan modern yang dimiliki TNI.
Perayaan yang dilakukan secara masif ini bukan tanpa arti. Hal ini dilakukan utamanya untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa kekuatan TNI saat ini makin solid dengan dukungan alutsista modern. Namun kekuatan TNI yang makin solid ini bukan hadir untuk memberikan ancaman terhadap negara lain.
TNI ingin hadir bersama-sama negara lain untuk menjaga keamanan di kawasan regional maupun internasional. Capaian dalam meningkatkan kapabilitas kekuatan militernya ini patut diapresiasi. Karena kita memang ingin memiliki TNI yang kuat.
Kita ingin mempunyai TNI yang andal dan profesional. Dengan begitu, kita akan disegani negara lain dan tidak akan direndahkan bangsa lain. Kekuatan militer yang kuat juga bisa menjadi salah satu kekuatan tawar (bargaining power ) berdiplomasi untuk memperjuangkan kepentingan nasional kita.
Karena itu, TNI yang kuat merupakan sebuah keharusan dan tak bisa ditawar lagi di tengah situasi dunia yang tidak menentu seperti saat ini. Terlepas dari TNI yang terus membenahi dan memodernisasi kekuatannya, kita patut merenungkan kembali makna tema HUT TNI, yakni“Patriot Sejati, Profesional, dan Dicintai Rakyat”.
Tema ini sangat ideal bagi pembangunan TNI kita ke depan sesuai dengan tujuan awal pembentukannya sebagai tentara rakyat, yakni TNI yang tidak saja disegani, tetapi juga harus mampu dekat dengan rakyat.
Karena itu, tema yang sudah dicanangkan oleh Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko ini harus benar-benar dimaknai oleh seluruh personel TNI sebagai arahan yang harus dilaksanakan tanpa ditunda-tunda lagi. Pasca-Reformasi, sudah banyak perbaikan yang dilakukan TNI.
Untuk menjadi tentara yang profesional, TNI sudah menunjukkan netralitas yang baik dalam Pemilu 2014 ini. Prestasi ini harus dipertahankan dengan terus berbenah. Karena masih banyak hal yang perlu dibenahi untuk menjadikan TNI benar-benar menjadi kebanggaan bersama bangsa.
Meski dilakukan oknum, kita masih banyak mendengar berita-berita miring yang diduga melibatkan personel TNI. Belum lama, kita mendengar bentrok antara TNI-Polri di Batam. Sebelumnya, kita juga mendengar kasus Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) luluh lantak karena diduga diserang puluhan anggota TNI.
Kasus-kasus kekerasan tersebut harus benar-benar menjadi prioritas untuk melakukan pembenahan TNI ke depan. TNI harus memastikan agar kasus-kasus serupa tidak terulang di masa mendatang. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa komitmen TNI untuk terus berbenah menjadi tentara profesional.
Memang bukan hal mudah untuk mewujudkan hal tersebut. Butuh kemauan baik dari pemerintah maupun TNI untuk menjadikan TNI yang diinginkan rakyat. Salah satunya adalah perbaikan kesejahteraan seluruh anggota TNI yang kini masih jauh dari cukup.
Bagaimanapun kesejahteraan prajurit mutlak diperlukan agar anggota TNI bisa fokus bertugas dan tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang justru kontraproduktif bagi kemajuan TNI. Seiring dengan kemajuan ekonomi Indonesia, bukan hal yang mustahil bila pemerintah terus meningkatkan anggaran pertahanan kita. Semoga ke depan TNI makin jaya dan menjadi kebanggaan kita bersama.
Sindo