Pages

Thursday, 27 November 2014

Tangguh di Laut, Kokoh di Darat


Tangguh di Laut, Kokoh di Darat
Anoa Amphibious, unjuk kebolehan di hadapan Menhan Ryamizard Ryaqudu beberapa waktu lalu. Produksi panser buatan PT Pindad ini diharapkan bisa menjawab kebutuhan tentara akan kendaraan tempur yang tangguh di laut dan kokoh di darat.
BANDUNG - Perkembangan teknologi yang semakin pesat memaksa manusia memutar otak dengan cepat. Siapa yang tak mampu mengikuti perkembangan, dipastikan akan tertinggal, bahkan terkalahkan.

Tak terkecuali di dunia industri pertahanan. Produsen alat persenjataan asli Indonesia PT Pindad (Persero) melakukan upaya keras demi meningkatkan kemampuan produksinya. Berbagai produk dengan teknologi baru terus dikembangkan, salah satunya adalah panser jenis Anoa Amphibious. Produksi panser yang saat ini masih dalam tahap uji coba ditargetkan bisa rampung dan diluncurkan pada 2015.Masih ada beberapa tahap uji yang harus dilewati sebelum akhirnya ditetapkan laik oleh kementerian pertahanan.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sempat melihat kemampuan prototype Anoa Amphibious yang diujicobakan dihadapan para tamu undangan pada 11 November lalu. Kehebatan kendaraan tempur ini membuat hadirin berdecak kagum. Menhan pun menyambut baik pembuatan panser yang bisa berputar 360 derajat di atas permukaan air ini. Panser ini memang dibuat agar bisa tangguh di perairan dan kokoh di daratan.

Meskipun sebenarnya yang sempurna di kedua medan tersebut tidak akan pernah bisa diciptakan. Tetapi Pindad mencoba mengatasi kelemahan Anoa yang saat ini belum bisa tangguh di laut. “Kalau mau jago di darat, panser harus ceper. Sebaliknya, kalau mau jago di laut, panser harus tinggi. Bahkan body-nya mirip perahu. Anoa termasuk panser ceper yang jago di darat,” ungkap Kepala Humas Pindad Sena Maulana.

Dia menyebutkan, Anoa Amphibious diciptakan agar panser untuk tentara Indonesia bisa kokoh di darat, juga tangguh di laut. Pembuatan panser ini untuk menjawab kebutuhan tentara yang menginginkan kendaraan khusus seperti itu.Progres pembuatan proto type Anoa Amphibious ini sendiri masih dalam tahap uji internal yang dimaksimalkan. Uji ngambang, tes maju di air (maju, mundur, ngerem), berputar 360 derajat.

Belum lagi uji ketahanan terhadap ombaknya, hingga kedalaman berapa bisa bertahan, medan apa saja yang bisa dilalui, dan lain-lain. “Selama uji internal juga kita coba gak dimatiin selama empat hari dengan berkeliling Pulau Jawa. Tahan atau tidak,” ujar dia. Setelah itu, masih ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui sebelum akhirnya diluncurkan. Pindad harus mendaftarkan sertifikasinya ke divisi penelitian dan pengembangan angkatan darat.

Di situ dibentuk tim yang di dalamnya ada tim uji bidang peralatan, alat komunikasi, kemampuan khusus dan lain-lain. Dengan baling-baling yang agak besar, Anoa Amphibious memiliki kecepatan 10 knot atau 18,52 km/jam. Berat panser ini dengan disertai peralatan lengkap tanpa orang sekitar 12 ton. Harga jualnya belum keluar.

Namun, jika melihat harga jual Anoa standar saja sekitar Rp12 miliar/unit. “Anoa Amphibious lebih dari itu. Karena spesifikasinya juga lebih. Apalagi beberapa komponen masih didatangkan dari luar seperti mesin dan baling-baling,” terangnya.

Meskipun beberapa komponen masih didatangkan dari luar negeri, kita patut berbangga pada industri pertahanan dalam negeri yang terus berupaya meningkatkan kapasitas produksinya. Hanya saja perkembangan industri pertahanan luar negeri juga harus dikejar lebih cepat lagi.(http://www.koran-sindo.com)