Pages

Tuesday, 17 March 2015

Indonesia Ranking 8 Importir Senjata Terbesar Sejagat

Indonesia Ranking 8 Importir Senjata Terbesar Sejagat
Indonesia masuk ranking kedelapan sebagai importir senjata terbesar sejagat tahun 2014. 
 
JAKARTA - Indonesia masuk urutan ke delapan sebagai negara importir senjata terbesar sejagat pada 2014. Importir terbesar pertama diduduki Arab Saudi.

Data itu dirilis HIS Jane yang berbasis di London, kemarin. Pada 2013, importir senjata terbesar di dunia adalah India. Indonesia pada tahun 2013 masuk urutan ke-6 sebagai importir senjata terbesar di dunia. Penelitian IHS Jane itu dilakukan terhadap 65 negara di dunia.

Data HIS Jane yang dirilis Global Defense Trade Report, menunjukkan bahwa Arab Saudi menghabiskan lebih dari 6,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk belanja senjata pada tahun 2014. India tergeser di urutan kedua dengan biaya belanja senjata sebesar 5,5 miliar dolar AS.

China menjadi pegimpor senjata terbesar ketiga. ”China terus membutuhkan bantuan kedirgantaraan militer dari Rusia dan anggaran pengadaan pertahanan total akan terus meningkat dengan sangat cepat," kata Paul Burton, Direktur Industri Pertahanan dan Anggaran di HIS Jane.

Yang sulit diprediksi, menurut IHS Jane adalah Arab Saudi. Sebab, impor senjata besar-besaran belum pernah dilakukan negara itu. ”Pertumbuhan di Arab Saudi telah dramatis dan, berdasarkan pesanan sebelumnya, angka-angka ini tidak akan melambat,” ujar ahli HIS Jane, Ben Moores.

Masih menurut IHS Jane, ketegangan regional di Timur Tengah dan Asia Pasifik yang memicu lonjakan impor senjata besar-besaran.

Untuk negara pengekspor senjata terbesar sejagat masih ditempati Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar 23,7 miliar dolar AS dan tercatat nilai ekspor senjata tumbuh 19 persen.

Di urutan kedua negara eksportir senjata ditempati Rusia dengan nilai ekspor 10 miliar dolar AS dan nilai ekspornya tumbuh 9 persen. Namun, Rusia juga sulit diprediksi karena negara itu sedang dihantam sanksi oleh negara-negara Barat.

”Sebuah penurunan ekspor senjata (Rusia) diperkirakan terjadi tahun 2015 ini, karena sebuah tren (kondisi ekonomi) yang bisa dipercepat oleh sanksi," katanya. ”Selain itu, harga minyak yang anjlok ikut mempengaruhi,” lanjut dia seperti dilansir Russia Today.(Sindo)