Pages

Tuesday, 17 March 2015

Perkuatan Yang Diapresiasi


Ketika Panglima TNI beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa Kemhan dan TNI telah bersepakat untuk memilih arsenal gahar berupa jet tempur Sukhoi SU35 untuk menggantikan jet tempur F5E Tiger, suara bergemuruh menyambut pilihan yang dinantikan itu.  Beberapa grup komunitas militer, forum diskusi militer, hampir semua media militer online menyambut gembira pilihan yang memang telah menjadi idola utama, yang ditunggu-tunggu bulan demi bulan.
Masih banyak tahapan yang harus dilalui untuk proses pengadaannya dan sangat mungkin masih bisa disalip di tikungan akhir dari kompetitor yang lain.  Tetapi sesungguhnya suara aspirasi itu menggambarkan betapa suara rakyat yang tak terbantahkan itu menginginkan tentaranya punya alutsista yang berkualitas, terkini dan terbaik.  Apa saja yang hendak dipunyai tentaranya, apa saja yang hendak dipilih tentaranya untuk memperkuat baju alutsistanya selalu mendapat dukungan gempita dari masyarakat kelas menengah negeri ini.  
Dipilih, dipilih......
Seperti kita ketahui masyarakat kelas menengah adalah bagian utama dari strata suara rakyat yang memiliki kepekaan dinamis dan kritis bersama argumen yang menggambarkan kualitas pemikiran, pola pikir dan perilaku berbangsa yang konstruktif. Lapis legit masyarakat kelas menengah Indonesia saat ini menentukan opini, cara pandang, cara amat, pola sikap dan dinamika yang menguasai media sosial di tanah air dengan respons yang lugas, tegas dan sedikit “nggragas”.
Alhamdulillah, kekuatan daya beli alias purchasing power yang tergambar dalam APBN kita semakin membesar dari tahun ke tahun.  Belum lagi kalau disandingkan dengan kekuatan PDB (Product Domestic Bruto) yang dihasilkan negeri ini. Militer Indonesia tahun 2015 mendapat anggaran 102 trilyun.  Jumlah itu adalah yang terbesar sepanjang sejarah meski secara rasio dengan PDB masih kecil.  Tentu ini sangat menggembirakan dan rencana-rencana yang sudah digariskan semakin mendapatkan angin segar, karena semua rencana besar itu pasti UUD (ujung-ujungnya ada duitnya).
Masyarakat kelas menengah Indonesia selama lima tahun terakhir ini selalu menyuarakan keinginan yang luar biasa agar tentaranya dapat diperkuat dengan sejumlah alutsista modern dan berteknologi.  Yang lebih menggairahkan lagi beberapa LSM pembenci TNI tidak menggonggong alias bersuara galak.  Meski jika pun mereka bersuara keras, suaranya kalah gagah dengan koor paduan suara masyarakat kelas menengah RI yang mampu memilah suara membela yang benar dengan membela yang bayar.
Sangat membantu  bagi Pemerintah yang diwakili Kemhan, Parlemen yang sejak awal juga pendukung kuat modernisasi TNI, dan Mabes TNI karena proses perkuatan persenjataan militer kita menjadi sebuah harmoni orkestra yang di applaus oleh penontonnya yang berkualitas, ya masyarakat kelas menengah itu. Harmoni itu merupakan nilai tambah sekaligus aspirasi bagi TNI dan Kemhan agar proses pengadaan alutsista itu mampu memilih jenis alutsista yang memang dibutuhkan oleh negeri kepulauan ini.  Seperti aspirasi oleh mayoritas masyarakat untuk memilih Sukhoi SU35.
F16 mengawal pesawat Napi Bali Nine
Perkuatan hulubalang republik dengan belanja alutsista seperti rencana beli Sukhoi SU35 adalah sebuah keniscayaan.  Demikian juga dengan shopping list yang lain, tidak hanya Sukhoi SU35, boleh jadi ada penambahan jet tempur lain misalnya Gripen atau F16 blok60.  Kita masih banyak membutuhkan banyak jet tempur, satuan radar, berbagai jenis peluru kendali, kapal perang, kapal selam, pesawat early warning, pesawat angkut, tank amfibi, artileri berat, panser dan lain-lain. Kita masih harus membenahi pagar-pagar teritori kita yang selama ini luput dari pantauan pertahanan.
Beberapa negara produsen alutsista semakin menebarkan senyum pemikat agar pilihan berbagai jenis alutsista yang kita gadang-gadang jatuh dalam pelukan mereka.  Rusia, Spanyol, Jerman, Korea Selatan, Perancis, AS, Inggris, China bergantian “mengetuk pintu” Kemhan menawarkan dagangannya dengan berbagai pemanis rasa. Anggaran pertahanan yang menembus seratus trilyun bersama sumber pendanaan belanja alutsista yang lain tentu menjadi madu manis yang mampu mengajak semut produsen alutsista manca negara mendekat untuk berbagi kue. 
Entah mengapa selama lima tahun ini Indonesia menjadi sosok gadis manis dengan rambut sebahu yang dilirik dan digoda oleh para pria produsen alutsista itu agar menjatuhkan pilihannya pada dirinya.  Kecerdasan gadis yang bernama Indonesia itu adalah, dia tidak ingin lagi setia pada satu hati karena pengalaman masa lalu yang dikhianati oleh pria pujaannya yang bernama Uwak Sam dan saudara-saudaranya. Dia membuka diri seluas-luasnya dengan para produsen alutsista itu untuk menjatuhkan pilihannya.  Inilah yang disebut dengan “perselingkuhan” beralutsista dan itu sah.
Bertugas di Lebanon Selatan bersama Panser Amfibi Marinir
Dengan Perancis, segera datang 2 kapal perang jenis oceanography dan kloter akhir artileri Caesar Nexter.  Dengan Spanyol segera diselesaikan pembuatan kapal latih pengganti Dewaruci, penambahan 7 pesawat angkut CN295 sehingga menjadi 16 unit. Sangat dimungkinkan pembelian pesawat CN 295AEW peringatan dini.  Masih banyak alutsista yag sudah dipesan dari negara lain tapi belum seluruhnya datang.  Masih banyak alutsista yang mau dipesan tapi harus pilih-pilih dulu mana yang terbaik.  Masih banyak kita membutuhkan berbagai jenis alutsista untuk mengawal teritori repbulik, tapi pengadaannya harus bertahap.
Semua rangkaian cerita tentang perkuatan alutsista itu ditonton luas oleh rakyat bangsa ini. Tentu jalan cerita yang memiliki rating tinggi itu diharapkan mampu memberikan kebanggaan nasional bagi kita. Oleh sebab itu Kemhan dan TNI harus mampu memberikan kejelasan jalan cerita episode demi episode untuk menunjukkan kepada rakyat bangsa makna perkuatan TNI yang sesungguhnya. 
Jujur kita akui institusi TNI adalah satu-satunya instrumen pemerintahan dan negara yang masih menjadi pujaan kebanggaan berbangsa.  Sementara pada instrumen yang lain sebagaimana kita saksikan, terlalu banyak duka lara dan jalan cerita yang menyesakkan mulai dari perseteruan antar institusi penegak hukum, konflik parpol, kriminalisasi, korupsi, begal politik, ricuh antar elite dan lain-lain.  (AnalisisAlutista)