Ketika Panglima TNI beberapa hari yang lalu mengatakan
bahwa Kemhan dan TNI telah bersepakat untuk memilih arsenal gahar berupa jet
tempur Sukhoi SU35 untuk menggantikan jet tempur F5E Tiger, suara bergemuruh
menyambut pilihan yang dinantikan itu.
Beberapa grup komunitas militer, forum diskusi militer, hampir semua
media militer online menyambut gembira pilihan yang memang telah menjadi idola
utama, yang ditunggu-tunggu bulan demi bulan.
Masih banyak tahapan yang harus dilalui untuk proses
pengadaannya dan sangat mungkin masih bisa disalip di tikungan akhir dari
kompetitor yang lain. Tetapi
sesungguhnya suara aspirasi itu menggambarkan betapa suara rakyat yang tak
terbantahkan itu menginginkan tentaranya punya alutsista yang berkualitas,
terkini dan terbaik. Apa saja yang
hendak dipunyai tentaranya, apa saja yang hendak dipilih tentaranya untuk
memperkuat baju alutsistanya selalu mendapat dukungan gempita dari masyarakat
kelas menengah negeri ini.
Dipilih, dipilih...... |
Seperti kita ketahui masyarakat kelas menengah adalah
bagian utama dari strata suara rakyat yang memiliki kepekaan dinamis dan kritis
bersama argumen yang menggambarkan kualitas pemikiran, pola pikir dan perilaku
berbangsa yang konstruktif. Lapis legit masyarakat kelas menengah Indonesia saat
ini menentukan opini, cara pandang, cara amat, pola sikap dan dinamika yang
menguasai media sosial di tanah air dengan respons yang lugas, tegas dan
sedikit “nggragas”.
Alhamdulillah, kekuatan daya beli alias purchasing power
yang tergambar dalam APBN kita semakin membesar dari tahun ke tahun. Belum lagi kalau disandingkan dengan kekuatan
PDB (Product Domestic Bruto) yang dihasilkan negeri ini. Militer Indonesia
tahun 2015 mendapat anggaran 102 trilyun.
Jumlah itu adalah yang terbesar sepanjang sejarah meski secara rasio
dengan PDB masih kecil. Tentu ini sangat
menggembirakan dan rencana-rencana yang sudah digariskan semakin mendapatkan
angin segar, karena semua rencana besar itu pasti UUD (ujung-ujungnya ada duitnya).
Masyarakat kelas menengah Indonesia selama lima tahun
terakhir ini selalu menyuarakan keinginan yang luar biasa agar tentaranya dapat
diperkuat dengan sejumlah alutsista modern dan berteknologi. Yang lebih menggairahkan lagi beberapa LSM
pembenci TNI tidak menggonggong alias bersuara galak. Meski jika pun mereka bersuara keras,
suaranya kalah gagah dengan koor paduan suara masyarakat kelas menengah RI yang
mampu memilah suara membela yang benar dengan membela yang bayar.
Sangat membantu
bagi Pemerintah yang diwakili Kemhan, Parlemen yang sejak awal juga
pendukung kuat modernisasi TNI, dan Mabes TNI karena proses perkuatan
persenjataan militer kita menjadi sebuah harmoni orkestra yang di applaus oleh
penontonnya yang berkualitas, ya masyarakat kelas menengah itu. Harmoni itu
merupakan nilai tambah sekaligus aspirasi bagi TNI dan Kemhan agar proses
pengadaan alutsista itu mampu memilih jenis alutsista yang memang dibutuhkan
oleh negeri kepulauan ini. Seperti
aspirasi oleh mayoritas masyarakat untuk memilih Sukhoi SU35.
F16 mengawal pesawat Napi Bali Nine |
Perkuatan hulubalang republik dengan belanja alutsista
seperti rencana beli Sukhoi SU35 adalah sebuah keniscayaan. Demikian juga dengan shopping list yang lain,
tidak hanya Sukhoi SU35, boleh jadi ada penambahan jet tempur lain misalnya
Gripen atau F16 blok60. Kita masih
banyak membutuhkan banyak jet tempur, satuan radar, berbagai jenis peluru
kendali, kapal perang, kapal selam, pesawat early warning, pesawat angkut, tank
amfibi, artileri berat, panser dan lain-lain. Kita masih harus membenahi
pagar-pagar teritori kita yang selama ini luput dari pantauan pertahanan.
Beberapa negara produsen alutsista semakin menebarkan
senyum pemikat agar pilihan berbagai jenis alutsista yang kita gadang-gadang
jatuh dalam pelukan mereka. Rusia,
Spanyol, Jerman, Korea Selatan, Perancis, AS, Inggris, China bergantian
“mengetuk pintu” Kemhan menawarkan dagangannya dengan berbagai pemanis rasa.
Anggaran pertahanan yang menembus seratus trilyun bersama sumber pendanaan
belanja alutsista yang lain tentu menjadi madu manis yang mampu mengajak semut produsen
alutsista manca negara mendekat untuk berbagi kue.
Entah mengapa selama lima tahun ini Indonesia menjadi
sosok gadis manis dengan rambut sebahu yang dilirik dan digoda oleh para pria
produsen alutsista itu agar menjatuhkan pilihannya pada dirinya. Kecerdasan gadis yang bernama Indonesia itu
adalah, dia tidak ingin lagi setia pada satu hati karena pengalaman masa lalu
yang dikhianati oleh pria pujaannya yang bernama Uwak Sam dan
saudara-saudaranya. Dia membuka diri seluas-luasnya dengan para produsen
alutsista itu untuk menjatuhkan pilihannya.
Inilah yang disebut dengan “perselingkuhan” beralutsista dan itu sah.
Bertugas di Lebanon Selatan bersama Panser Amfibi Marinir |
Dengan Perancis, segera datang 2 kapal perang jenis
oceanography dan kloter akhir artileri Caesar Nexter. Dengan Spanyol segera diselesaikan pembuatan
kapal latih pengganti Dewaruci, penambahan 7 pesawat angkut CN295 sehingga
menjadi 16 unit. Sangat dimungkinkan pembelian pesawat CN 295AEW peringatan
dini. Masih banyak alutsista yag sudah
dipesan dari negara lain tapi belum seluruhnya datang. Masih banyak alutsista yang mau dipesan tapi
harus pilih-pilih dulu mana yang terbaik.
Masih banyak kita membutuhkan berbagai jenis alutsista untuk mengawal
teritori repbulik, tapi pengadaannya harus bertahap.
Semua rangkaian cerita tentang perkuatan alutsista itu
ditonton luas oleh rakyat bangsa ini. Tentu jalan cerita yang memiliki rating
tinggi itu diharapkan mampu memberikan kebanggaan nasional bagi kita. Oleh
sebab itu Kemhan dan TNI harus mampu memberikan kejelasan jalan cerita episode
demi episode untuk menunjukkan kepada rakyat bangsa makna perkuatan TNI yang
sesungguhnya.
Jujur kita akui institusi TNI adalah satu-satunya
instrumen pemerintahan dan negara yang masih menjadi pujaan kebanggaan
berbangsa. Sementara pada instrumen yang
lain sebagaimana kita saksikan, terlalu banyak duka lara dan jalan cerita yang
menyesakkan mulai dari perseteruan antar institusi penegak hukum, konflik
parpol, kriminalisasi, korupsi, begal politik, ricuh antar elite dan lain-lain.
(AnalisisAlutista)