Saturday, 18 July 2015
Alutsista Indonesia 2015 dan Proyeksi ke Depan
Kunto: dari TNI AU ada QW 2 juga bung.bila tidak ada penambahan chinook dan blackhawk barangkali satuan artileri kita sudah menerima HQ 9 dari Cina.yang menarik adalah HQ 16 untuk Kosekhanudnas I&IV yang sampai sekarang belum diterima kedatanganya padahal sudah ada serah terima dari kemenhan pada awal 2014.
JKGR: TNI AL sedang membentuk skadron helicopter anti kapal selam. Bagaimana Anda melihat proyeksi kekuatan Angkatan Laut, untuk elemen pemukul ?
Kunto: untuk ASW memang akan dikirim sampai tahun 2017 mengisi ROOn 100, bila ini selesai akan dilanjutkan dengan mengaktifkan kembali ROON 500 elang laut. Beberapa kandidat yang sudah memasukan penawaran antara lain SU 34, SU 33, TU 22M2I (dalam penawaran hanya 3 biji), Rafale marine, Hian H6 dari china (ditawarkan saat kunjungan Jokowi ke China. Dari info yang beredar mereka tidak hanya mau kasih ToT tapi siap memberikan pabriknya kalau presiden Jokowi mau, asal tidak menjual teknologinya dan bila menjual harus ada fee untuk pihak China, termasuk bila itu untuk angkatan bersenjata Indonesia sendiri) F 18. Bila skadron ini terbentuk kendalanya adalah pangkalan utama lengkap selain Juanda.
JKGR: Kunjungan USS Rushmore ke Manado beberapa waktu lalu, mengingatkan kita dengan kunjungan senator AS John McCain di akhir tahun 2014, yang berniat mendorong peningkatan kerja sama Indonesia AS. Bagaimana sebenarnya sikap AS saat ini ?
Kunto: Kedatangan senator John McCain semata untuk mencari dukungan Indonesia atas posisi America di pentas Asia menghadapi China. Amerika sempat menawarkan kapal patroli cepatnya ke Indonesia dan karena Indonesia menampik kapal tersebut pada akhirnya dihibahkan ke Vietnam.
Indonesia pernah ditawarkan untuk menerima hibah berbayar seperti kapal USS Rushmore yaitu USS Germantown tapi sekali lagi Indonesia menampik karena kita sudah bisa bikin KRI Banjarmasin yang fungsinya sama. Indonesia menginginkan kapal sekelas USS Simpson, tentu tidak dikabulkan, karena akan membuat Indonesia trigger happy, berkelahi dengan selatan yang mana diangap merusak perimbangan kekuatan Asia Tengara.
JKGR: Dulu Jenderal Moeldoko mendorong pembelian SU-35. Bagaimana dengan Panglima TNI yang baru, Jenderal Gatot Nurmantyo ?
Kunto : Jenderal Gatot Nurmantyo adalah jenderal TNI AD yang mendukung dibelinya SU 35. Pak Gatot juga paham efek deterence yang dimiliki SU 35. Saya termasuk yang percaya tidak ada air mata di mabes AU.
JKGR: Banyak Warjager yang berpendapat, setelah Indonesia berhasil membuat frigate PKR, ada baiknya masuk ke kelas Kapal Destroyer, tentu sistem elektronik dan sistem senjatanya berbeda. Kebutuhan ini untuk mengimbangi Destroyer Hobart Class yang diluncurkan Australia Bagaimana pendapat Anda ?
Kunto: Soal heavy frigate memang dilematis, karena semua negara pembuat heavy fregate tidak ada yang mau skema ToT. Hanya Spanyol yang mau-ini yang membuat pindah dari KDX korea ke F2000, meski yang di ToT adalah beberapa komponen yang cuma 7% dari keseluruhan. Yang cukup mengejutkan dalam kunjungan Menhan mendampingi Presiden ke Jepang terungkap informasi, kita ditawarkan untuk membeli Akizuki bahkan Kawasaki p-. Tadi siang dalam acara santai di Aula Kemenhan, seorang pejabat Kemenhan bercerita tentang ini. Jepang juga menawarkan combat management battle and comunication system. Semoga ada yang nyantol ya Bung.
(JKGR)