Pages

Wednesday, 25 December 2013

5 Kemampuan Hebat Idjon Djanb, Bapak Kopassus TNI AD

Foto: 5 Kemampuan Hebat

Idjon Djanb, Bapak

Kopassus TNI AD



[lihat.co.id] - Kapten Rokus

Bernandus Visser awalnya

memimpin Korps Speciale

Troepen, pasukan terjun elite

Belanda. Sebelum dikirim ke

Indonesia, Visser sempat

bertempur dengan Jerman di

Eropa saat Perang Dunia II.

Di Indonesia, dia diserahi

jabatan untuk mendirikan

sekolah terjun payung. Tapi

kemudian dia bersimpati pada

perjuangan rakyat Indonesia

dan memilih berhenti dari

militer Belanda.

Visser yang masuk Islam dan

berganti nama menjadi Idjon

Djanbi kemudian direkrut oleh

Kolonel Kawilarang untuk

membentuk pasukan elite TNI

AD tahun 1952.

Kini malah nama 'Idjon Djanbi

dicatut orang tak jelas untuk

bermain opini penyerangan

Lapas Cebongan lewat facebook

dan email. Padahal Idjon Djanbi

sesungguhnya adalah orang

yang sangat berjasa besar bagi

TNI.

Kawilarang mengakui soal

kemampuan tak ada yang

mengalahkan Idjon Djanbi.

Begitu juga pengalaman

tempurnya.

"Visser sudah berpengalaman

dalam pertempuran, sudah

merasakan diberondong oleh

peluru senapan, senjata

otomatis, mortir dan meriam 88

Nazi Jerman yang terkenal itu,"

kata Kolonel Kawilarang dalam

buku biografi yang ditulis

Ramadhan KH dan diterbitkan

Pustaka Sinar Harapan.

Karena itu walau sudah pensiun

dan menjadi petani bunga di

Lembang, Kawilarang tak ragu

kembali memanggil Idjon

Djanbi untuk berdinas dalam

militer.

Sebagai pasukan elite, berikut

kemampuan bapak pendiri

pasukan Komando yang dikenal

dengan nama Kopassus TNI AD

dikutip dari merdeka:

1. Terjun tempur

[lihat.co.id] - Kemampuan terjun

tempur Idjon Djanbi tak

diragukan lagi. Tahun 1944 dia

ikut operasi Market Garden

bersama pasukan Sekutu.

Tujuan operasi ini untuk

merebut Belanda dan menusuk

Jerman dari belakang.

Idjon Djanbi mendarat di

sekitar Grave, Belanda. Sialnya di

situlah konsentrasi pasukan

Jerman bertahan. Di tengah

gempuran Jerman dia harus

mempertahankan diri sekaligus

bergabung dengan pasukan

lain.

Karena kemampuan terjun ini

pula kemudian Belanda

mengangkat Idjon Djanbi

sebagai komandan sekolah

terjun payung (School Tot

Opleiding Van Parachutisten) di

Holandia, dan Bandung. Tapi

Idjon lebih memihak pada

Indonesia.

Istilah untuk serangan lewat

udara ini disebut airborne.

Sedangkan personelnya disebut

paratrooper atau pasukan

terjun.

2. Serangan kilat lewat laut

Sesuai dengan doktrin pasukan

elite yang bertempur lewat

udara, darat dan laut, begitu

juga dengan Idjon Djanbi. Dia

pernah melakukan serangan

lewat laut atau seaborne.

Di Eropa, Idjon mengikuti

pasukan sekutu melakukan

serangan di pantai Walcheren

Belanda. Dia ikut mendobrak

pasukan Jerman di pesisir.

Serangan lewat laut bisa secara

terbuka dan massal, atau bisa

juga lewat operasi senyap. Para

prajurit diturunkan dari kapal

perang lalu menyusup dengan

perahu karet.

Saat melatih pasukan komando

Indonesia, Idjon mengajarkan

materi ini di Cilacap, jawa

Tengah. Hingga kini Kopassus

TNI AD masih melestarikan

tradisi ini.

3. Underwater Demolition Team

[lihat.co.id] - Underwater

Demolition Team (UDT) atau

kemampuan demolisi bawah

air. Kemampuan ini biasanya

dimiliki oleh pasukan katak alias

frogmen. Tugas utama di

pasukan ini di perang dunia II

adalah menjinakkan ranjau laut

yang mengancam kapal perang.

Tugas lain yang tak kalah sulit

adalah mengamankan

pendaratan pasukan. Sebelum

pasukan seaborne

dimuntahkan dari laut, para

pasukan UDT ini mengamankan

pantai dari ranjau. Seringkali

juga pantai dipasangi kawat

berduri yang mengancam

pasukan pendarat.

Idjon Djanbi yang kala itu

berpangkat sersan

mengamankan sejumlah

pendaratan amfibi di Pasifik.

4. Komando

[lihat.co.id] - Pasukan komando

dikenal sebagai pasukan elite.

Kemampuannya empat kali

pasukan reguler. Mereka punya

kemampuan menembak yang

baik, gerilya maupun

antigerilya, demolisi, hingga

intelijen. Beberapa sumber

menyebutkan Idjon Djanbi

dilatih pasukan komando

Inggris saat perang dunia ke II.

Inggris kala itu memang

menjadi yang terdepan soal

pelatihan pasukan elite

komando. Dalam setiap

pertempuran pasukan ini

menjadi yang terdepan.

Pasukan komando juga

meninggalkan sistem perang

konvensional yang

mengandalkan jumlah banyak

dan sporadis. Yang penting

adalah kemampuan, bukan

jumlah personel.

Pelatihan pasukan elite

berkualifikasi komando ini juga

sangat berat. Kelak ketika Idjon

Djanbi melatih pasukan

Indonesia, dari 400 orang,

hanya setengah yang berhasil

lulus.

Kepada mereka yang lulus,

diberikan baret dan brevet

komando. Ketika itu baret

warna hitam dicelup dalam air

teh beberapa lama sehingga

warnanya luntur menjadi coklat

kemerahan. Itulah cikal bakal

Korps Baret Merah Kopassus.

5. Tangan kosong dan pisau

[lihat.co.id] - "Jika pelurumu

habis, maka bertempurlah

dengan pisau. Jika pisau sudah

tak ada, maka bertarunglah

dengan tangan kosong."

Itu doktrin pasukan komando

untuk bertarung habis-habisan.



(Rawi)

 Kapten Rokus  Bernandus Visser awalnya...  memimpin Korps Speciale Troepen, pasukan terjun elite Belanda. Sebelum dikirim ke Indonesia, Visser sempat bertempur dengan Jerman di Eropa saat Perang Dunia II. Di Indonesia, dia diserahi jabatan untuk mendirikan sekolah terjun payung. Tapi kemudian dia bersimpati pada perjuangan rakyat Indonesia dan memilih berhenti dari militer Belanda. Visser yang masuk Islam dan berganti nama menjadi Idjon Djanbi kemudian direkrut oleh Kolonel Kawilarang untuk membentuk pasukan elite TNI AD tahun 1952. Kini malah nama 'Idjon Djanbi dicatut orang tak jelas untuk
bermain opini penyerangan Lapas Cebongan lewat facebook dan email. Padahal Idjon Djanbi
sesungguhnya adalah orang yang sangat berjasa besar bagi TNI.

Kawilarang mengakui soal kemampuan tak ada yang mengalahkan Idjon Djanbi. Begitu juga pengalaman
tempurnya. "Visser sudah berpengalaman dalam pertempuran, sudah merasakan diberondong oleh peluru senapan, senjata otomatis, mortir dan meriam 88 Nazi Jerman yang terkenal itu," kata Kolonel Kawilarang dalam buku biografi yang ditulis Ramadhan KH dan diterbitkan Pustaka Sinar Harapan. Karena itu walau sudah pensiun dan menjadi petani bunga di Lembang, Kawilarang tak ragu kembali memanggil Idjon Djanbi untuk berdinas dalam militer.

Sebagai pasukan elite, berikut kemampuan bapak pendiri pasukan Komando yang dikenal dengan nama Kopassus TNI AD dikutip dari merdeka: 

1. Terjun tempur
 Kemampuan terjun tempur Idjon Djanbi tak diragukan lagi. Tahun 1944 dia ikut operasi Market Garden
bersama pasukan Sekutu. Tujuan operasi ini untuk merebut Belanda dan menusuk Jerman dari belakang.
Idjon Djanbi mendarat di sekitar Grave, Belanda. Sialnya di situlah konsentrasi pasukan Jerman bertahan. Di tengah gempuran Jerman dia harus mempertahankan diri sekaligus bergabung dengan pasukan lain.
Karena kemampuan terjun ini pula kemudian Belanda mengangkat Idjon Djanbi sebagai komandan sekolah terjun payung (School Tot Opleiding Van Parachutisten) di Holandia, dan Bandung. TapimIdjon lebih memihak padamIndonesia.

Istilah untuk serangan lewat udara ini disebut airborne. Sedangkan personelnya disebut paratrooper atau pasukan terjun.

2. Serangan kilat lewat laut
Sesuai dengan doktrin pasukan elite yang bertempur lewat udara, darat dan laut, begitu juga dengan Idjon  Djanbi. Dia pernah melakukan serangan lewat laut atau seaborne. Di Eropa, Idjon mengikuti pasukan sekutu melakukan serangan di pantai Walcheren Belanda. Dia ikut mendobrak pasukan Jerman di pesisir. Serangan lewat laut bisa secara terbuka dan massal, atau bisa juga lewat operasi senyap. Para prajurit diturunkan dari kapal perang lalu menyusup dengan perahu karet. Saat melatih pasukan komando Indonesia, Idjon  mengajarkan materi ini di Cilacap, jawa Tengah. Hingga kini Kopassus TNI AD masih melestarikan tradisi ini.

3. Underwater Demolition Team
 Underwater Demolition Team (UDT) atau kemampuan demolisi bawah air. Kemampuan ini biasanya
dimiliki oleh pasukan katak alias frogmen. Tugas utama di pasukan ini di perang dunia II adalah menjinakkan ranjau laut yang mengancam kapal perang. Tugas lain yang tak kalah sulit adalah mengamankan pendaratan pasukan. Sebelum pasukan seaborne dimuntahkan dari laut, para pasukan UDT ini mengamankan pantai dari ranjau. Seringkali juga pantai dipasangi kawat berduri yang mengancam pasukan pendarat. Idjon Djanbi yang kala itu berpangkat sersan mengamankan sejumlah pendaratan amfibi di Pasifik.

4. Komando
Pasukan komando dikenal sebagai pasukan elite. Kemampuannya empat kali pasukan reguler. Mereka punya kemampuan menembak yang baik, gerilya maupun antigerilya, demolisi, hingga intelijen. Beberapa sumber menyebutkan Idjon Djanbi dilatih pasukan komando Inggris saat perang dunia ke II. Inggris kala itu memang menjadi yang terdepan soal pelatihan pasukan elite komando. Dalam setiap pertempuran pasukan ini menjadi yang terdepan. Pasukan komando juga meninggalkan sistem perang konvensional yang mengandalkan jumlah banyak dan sporadis. Yang penting adalah kemampuan, bukan jumlah personel.
Pelatihan pasukan elite berkualifikasi komando ini juga sangat berat. Kelak ketika Idjon Djanbi melatih pasukan Indonesia, dari 400 orang, hanya setengah yang berhasil lulus.

Kepada mereka yang lulus, diberikan baret dan brevet komando. Ketika itu baret warna hitam dicelup dalam air teh beberapa lama sehingga warnanya luntur menjadi coklat kemerahan. Itulah cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus.

5. Tangan kosong dan pisau
"Jika pelurumu habis, maka bertempurlah dengan pisau. Jika pisau sudah tak ada, maka bertarunglah dengan tangan kosong."
Itu doktrin pasukan komando untuk bertarung habis-habisan.


lihat