S60, sebuah nama yang tak asing lagi untuk di searching di google, namanya dipakai oleh banyak pihak, mulai dari nama Software Platform S60 (Symbian OS), nama Sedan Premium Volvo S60, Canon PowerShoot S60 hingga Nikon CoolPix S60.
Sebelum dipakai pada produk2 elektronik atau otomotif, S60 adalah nama
keramat untuk sebuah senjata meriam anti serangan udara yang sudah
sangat Battle Proven dan tangguh disegala medan. Karena kehebatannya,
menyongsong dekade 1960 an, TNI memborong puluhan unit S60 dari Uni
Soviet sebagai persenjataan utama korps Arhanud TNI AD. Kehandalannya
terbukti sangat teruji di bumi pertiwi dan memuaskan banyak pihak di
tanah air sehingga ketika ada event-event atau defile militer dipastikan
S60 wajib tidak boleh hadir, sosoknya telah menjadi Icon, Brand Mark luar biasa bagi korps Arhanud TNI AD dan masyarakat pada umumnya.
57 mm AZP S-60 (Автоматическая зенитная пушка С-60, abbrev. АЗП (AZP) atau Automatic anti-aircraft gun S-60 adalah sebuah senjata anti serangan udara jarak pendek dan menengah, Berbentuk Single Barrel kaliber 57 mm, mudah dibawa-bawa (towed and Road Transportable)
yang di produksi oleh Uni Soviet pada dekade 1950an. Senjata ini sangat
laris dan aktif digunakan oleh anggota Pakta Warsawa, negara-negara
Timur Tengah dan Asia Tenggara. Soviet membuatnya berdasar hasil study
terhadap salah satu the best AA Gun Flak 41 buatan Nazi German yang
direbut pada Battle Of Stalingrad. Memasuki dekade 1960, Uni
Soviet menonaktifkan senjata ini karena era senjata pertahanan udara
telah beralih ke teknologi Misil (Surface to Air Missiles). Meski sudah berstatus discontinued, senjata ini masih tetap aktif digunakan oleh banyak negara.
Pada tahun 1955, muncul versi SPAAG (Self Propelled Anti AirCraft Gun)
double Barrel bernama S68 yang dirancang untuk disematkan pada
kendaraan tempur seperti Tank, Panzer dan truk. Selain dibuat Soviet,
S60 juga hadir dalam bentuk copy paste dari China yang bernama type 59.
Entah karena saking awetnya, atau
bentuknya yang sangat elegan, pemerintah dan TNI masih sangat mencintai
alutsista ini. Tahun berganti tahun, jaman berganti jaman, tv analog
berganti digital, S60 tetap didaulat sebagai bintang utama Arhanud TNI,
seolah S60 tak boleh mati diumurnya yang sudah setara kakek nenek ini.
Mungkin karena gak enak bila di ejek sebagai kolektor benda benda
Klasik, Presiden SBY bersama Kemhan lantas menerbitkan program pengadaan
alutsista berjangka bernama Minimum Essential Force, dengan
program ini arus kedatangan alutsista baru nan modern terbuka lebar,
tapi eh tapi tetap S60 belum tergantikan, padahal sudah banyak negara
memakai cicit S60 yang muda dan ganteng. Bagi lembaga Hak Asasi Senjata,
tetap aktifnya S60 ini bisa dianggap tindakan pemaksaan, melanggar
perikesenjataan, karena umur sudah pensiun tapi dipaksa untuk terus
berkarya.
At Least, berbagai Retrofit atau operasi
plastik beberapa kali dilakukan agar tetap membuat S60 tampil bugar,
misal S60 yang aslinya manual dan analog kini telah dilengkapi Fire Control System
dan computerized dengan disematkannya 2 layar LCD untuk memudahkan
operator beraksi. Meski S60 udah kadung menjadi pujaan hati alias tak
tergantikan tapi seharusnya Pemerintah dan TNI perlu memahami perasaan
S60 yang sudah pengin pensiun dan menikmati sisa – sisa hidupnya untuk
berlibur.
Bila S60 itu memiliki hati dan jiwa, dia
pasti sudah banjir air mata dan berteriak lantang “Ganti gue Woooii !!,
cicit gue udah nungguin bertugas !” dan si cicit berkata “sabar mbah..
huhu, padahal gue semok begini tapi ga laku laku juga”.