All hands,
Ketika kekuatan laut Indonesia sedang bersemangat untuk membeli kapal
selam kelas 877EKM akhir tahun 2013, terpancar keinginan pula untuk
membeli kapal selam sekaligus dengan rudal Klub S. Sebagaimana
diketahui, rudal Klub S dapat diluncurkan dari kapal selam kelas Kilo
dan merupakan salah satu senjata andalannya. Akan tetapi keinginan
membeli rudal itu pupus justru karena Angkatan Laut Indonesia kemudian
memutuskan tak mau membeli kapal selam buatan Moskow itu dengan beragam
alasan yang sebenarnya mudah dipatahkan.
Indonesia pada sisi kapal permukaan telah memutuskan membeli tiga fregat
kelas F2000 yang lebih dikenal sebagai kelas Nakhoda Ragam dari
Inggris. Seperti dipahami, pada era 2008-2009 kapal perang yang ditolak
oleh Brunei Darussalam itu juga pernah ditawarkan kepada kekuatan laut
Indonesia, namun ditolak. Pada 2012, Angkatan Laut Indonesia berubah
pikiran dengan memutuskan membeli kapal perang tersebut dari London.
Terdapat benang merah antara kapal selam kelas Kilo dan fregat kelas
F2000 dalam lingkungan Angkatan Laut Indonesia. Benang merahnya adalah
keduanya tak ada dalam versi asli Renstra 2010-2014. Kalaupun kemudian
pengadaan keduanya ditemukan dalam Renstra, itu ada pada edisi revisi.
Meskipun revisi Renstra dimungkinkan, akan tetapi hal itu pasti
menimbulkan konsekuensi pada anggaran yang telah disiapkan. Bisa saja
anggaran untuk satu periode Renstra ditambah atau ada program dalam
versi asli Renstra yang "disesuaikan".
Hal demikian mungkin sesuatu yang lumrah pada kekuatan laut Indonesia
karena telah berlangsung sejak lama. Namun sekaligus semakin memperkuat
keyakinan yang selama ini sudah terpatri bahwa kekuatan laut Indonesia
tak pernah konsisten dengan Renstra yang telah dibuatnya sendiri. Kasus
kapal selam kelas Kilo dan fregat kelas F2000 adalah contohnya.