Komandan Lantamal IV Tanjungpinang Laksamana Pertama TNI Sulistiyanto menegaskan, sebentar lagi Angkatan Laut (AL) akan memiliki lima KRI. Empat di antaranya Kapal Cepat Rudal (KCR) dan satu lagi kapal patroli. Kapal ini produksi dalam negeri yang pembuatannya di Batam.
”Tanggal 26 September nanti akan diresmikan dan mulai beroperasi,” kata Sulistiyanto, usai upacara serah terima jabatan (Sertijab) komandan lanal Tarempa di lapangan Sulaiman Abdullah Tarempa, Selasa (9/9) lalu.
Kapal tersebut memperkuat jajaran Angkatan Laut dan dioperasikan di wilayah Armada Barat. Namun, sayangnya tidak ada yang dioperasikan di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Kata Sulistiyanto, kapal tersebut tidak ditempatkan Anambas karena pengoperasian perlu dukungan besar, baik personel maupun lainnya.
Meski demikian, keberadaan Lanal di Tarempat sudah bagus. Apalagi juga didukung pos-pos di Jemaja dan Tambelan. Namun, untuk menjaga wilayah laut yang luas, Lanal tidak bisa berdiri sendiri, tapi juga memerlukan instansi terkait seperti Polisi, BC, dan juga masyarakat nelayan.
Sementara itu Bupati Kepulauan Anambas, Tengku Mukhtaruddin menilai, Anambas masih kekurangan sarana dan prasarana untuk patroli wilayah laut. Saat ini, Lanal Tarempa hanya memiliki kapal Kalbaruk. Kapal tersebut sudah terlalu tua digunakan mengamankan laut Kabupaten perbatasan ini. Usia sudah lebih dari 20 tahun. Menurutnya, Kalbaruk sudah saatnya mendapatkan “Suntikan Vitamin”.
“Saya ingat Kalbaruk ini dibuat ketika saya masih Camat di Uban tahun 1990-an. Sekarang sudah 2014, sudah sangat lama sekali,” ujar Tengku dihadapan Komandan Lantamal IV Tanjungpinang, dan seluruh jajaran Danlanal di bawah komando Lantamal IV, Selasa (9/9).
Karena Kalbaruk sudah tua, Tengku meminta Danlantamal IV menambah armada patroli di Kabupaten maritim ini. Penambahan ini dinilai penting untuk tujuan pengamanan, karena seluruh potensi unggulan Anambas terletak di laut.
Salah satu potensi unggulan Anambas adalah sektor perikanan, yang hingga kini masih menjadi lirikan pembajak-pembajak ikan asal negara tetangga. Perampok ikan semakin marak ketika musim utara yang bergelombang tinggi. Semakin tinggi gelombang, semakin ramai mereka berdatangan merampok ikan di Perairan Anambas.
Tengku juga heran dengan bentuk kapal yang digunakan nelayan asing mengapa lebih kuat dibandingkan dengan kapal nelayan di Anambas. ”Kapal mereka seperti sabut, jadi gelombang sebesar apapun kapal mereka tidak tenggelam. Selama 6 tahun di Anambas, belum pernah saya dengar kapal mereka tenggelam,” katanya.
Sementara itu, yang terjadi di lapangan, maraknya penjarahan ikan di areal Laut Cina Selatan, terutama perairan Anambas membuat penghasilan ikan di negara seperti Thailand meningkat pesat, bahkan menjadi yang terbaik di dunia, padahal hasil ikannya diambil dari Anambas.
Tengku mengatakan, hasil perikanan negara Tahiland itu 65 persennya merupakan hasil penjarahan di Laut China Selatan, terutama di perairan Anambas. ”Tapi kita bisa lihat, dari hasil tersebut mereka jadi penghasil ikan terbanyak di dunia,” ungkapnya.
Alasan-alasan tersebut hendaknya menjadi pertimbangan serius bagi seluruh pihak untuk menambah kekuatan patroli pengawasan di Anambas. ”Penguatan pengawasan di Laut harus kita tingkatkan. Kita juga membantu patroli melalui DKP,” jelasnya. (sya)
Batam Pos