Menteri Luar Negeri Indonesia,
Marty Natalegawa, mengatakan Indonesia cenderung menggunakan "pendekatan
lebih luas" dalam menyelesaikan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan
militan Daulah Islamiyah atau ISIS di Suriah dan Irak.
Marty Natalegawa menegaskan hal itu menanggapi rencana tindakan militer Amerika Serikat terhadap ISIS Klik
berupa pengiriman 475 personil militer ke Irak tetapi tidak akan berperan dalam pertempuran.
"Penyelesaian yang hanya menggunakan upaya kekerasan itu sifatnya tidak akan langgeng dan berpotensi menciptakan masalah-masalah baru di kemudian hari," kata Marty Natalegawa kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (11/09) siang, di Jakarta.
Menurutnya, Indonesia cenderung mementingkan penyelesaian akar atau sumber permasalahan di Irak dan Suriah ketimbang pendekatan militer semata.
"Memerlukan pendekatan yang lebih luas lagi dari hanya semata penggunaan kekuatan atau kekerasan," kata Marty.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah melancarkan lebih dari 150 serangan udara melawan kelompok ini di Irak dan memasok senjata bagi tentara Irak dan pejuang Kurdi untuk memerangi DI.
"Penyelesaian yang hanya menggunakan upaya kekerasan itu sifatnya tidak akan langgeng dan berpotensi menciptakan masalah-masalah baru di kemudian hari."
Tidak langgar HAM
Sementara itu, pengamat hubungan internasional yang juga staf pengajar Universitas Pertahanan, Bartarto Bandoro mengatakan, pilihan AS mencari dukungan dunia untuk melawan Daulah Islamiyah merupakan putusan yang tepat."Ini pilihan pertama yang tidak memberikan implikasi terlalu buruk kepada AS," kata Bartarto kepada wartawan BBC Indonesia, Pinta Karana, Kamis (11/09) pagi.
Dia juga menganggap dukungan AS terhadap rezim yang berkuasa di Irak sangat penting untuk melawan DI.
Namun demikian, dia mengatakan, apabila AS melakukan "intervensi langsung" ke Irak dan Suriah, dapat menyebabkan "resiko yang lebih besar."
Tentang sikap Indonesia yang cenderung "tidak setuju" dengan sikap AS yang akan melakukan serangan militer terhadap DI di Irak dan Suriah, Bartarto mendukungnya.
Menurutnya, Indonesia lebih baik meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang tentang sepak terjang ISIS di wilayah Irak dan Suriah dengan titik tekan pada pendekatan multilateral.
"Saya kira posisi Indonesia adalah sejauh ini tidak melanggar HAM dan sejauh itu tidak menyebabkan korban di pihak sipil, Indonesia mau-tidak-mau menerima keputusan AS seperti itu," kata Bartarto.
BBC