Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan yang dihubungi melalui telepon selulernya membenarkan insiden tersebut. Menurut Fransen, kejadian bermula ketika anggota Brimob Satgas Matoa menggelar razia senjata tajam di depan Polsek Pirime. Kesalahpahaman terjadi, menurut Fransen, berawal ketika mobil truk yang ditumpangi seorang prajurit TNI Yonif 756 WMS dirazia oleh anggota Brimob Satgas Matoa.
"Saat diperiksa, prajurit TNI ditegur anggota Brimob. Dia sudah mengaku anggota TNI Pos Yonif 756, malah dibentak dan bilang saya tidak takut tentara, dan selanjutnya anggota TNI turun dari mobil dan kembali ke posnya," ungkap Fransen.
Anggota TNI yang dibentak itu mendatangi komandan Pos Pirime, Lettu Ali. Lettu Ali yang kebetulan saat itu sedang bersama Kapolsek Pirime mengajaknya untuk mengklarifikasi masalah tersebut ke Polsek Pirime.
"Melihat iring-iringan kendaraan TNI, mungkin menduga ada serangan, dari Pos Brimob kemudian memberondong ke arah iring-iringan kendaraan. Akibat tembakan tersebut, Lettu Ali terkena tembakan di kaki," urai Fransen.
Menurut Fransen, setelah insiden tersebut, Lettu Ali kemudian menahan anggotanya.
Kini, Fransen mengaku bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dandim 1702 Wamena dan Komandan Yonif 756 WMS serta memerintahkan pelucutan senjata terhadap pasukannya di Pos TNI Pirime.
Fransen juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende supaya melucuti senjata anggota Brimob guna mengantisipasi bentrok susulan.
Saat ini, menurut Fransen, situasinya sudah tenang. Sementara itu, Lettu Ali, yang tertembak, masih dalam kondisi stabil dan sadar.
Kompas