Pages

Tuesday, 14 October 2014

Tank Leopard Buktikan Diri Tidak Merusak Jalanan

  


 Dalam satu kesempatan jumpa pers di Markas Kodam Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur, Jumat pekan lalu (3/10), Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa Tank Leopard milik AD akan memeriahkan defile alat tempur terbesar pada hari ini.

Dan memang, janji KSAD itu jadi kenyataan. Tank Leopard buatan Jerman baru saja melintas di hadapan Presiden SBY dan Wapres Boediono dan rombongan pejabat negara di Dermaga Ujung, Mako Armatim yang jadi lokasi puncak perayaan HUT ke-69 TNI bertema "Patriot Sejati, Profesional dan Dicintai Rakyat". Sebelumnya, tank-tank itu sudah dipajang di kawasan Mako Armatim untuk mengikuti Gladi Bersih pada Sabtu lalu.

Sebanyak 18 unit Main Battle Tank Leopard 24A, Main batle tank TNI AD yang terbaru melintas di atas aspal. Dilengkapi dengan senjata utama Canon kaliber 120 mm yang mampu menghancurkan sasaran dengan jarak 4-7 km, tank leopard yang memiliki berat seberat 56 ton dengan tekanan jejak 0,8 kg/cm ini mampu bergerak di jalan raya hingga kecepatan maksimum 70 km/jam dan 40 km/jam di medan off road, dan mampu mengarung hingga kedalaman 4 meter. Dua unit Tank Leopard lain melintas di hadapan presiden dengan diangkut dua unit transporter IVECO.

Bahkan, Jenderal Gatot Nurmantyo menjanjikan kepada masyarakat luas di Surabaya untuk bisa menaiki seluruh alat tempur TNI AD, termasuk Tank Leopard, sambil berkeliling Kota Pahlawan Surabaya esok hari.

"Karena pada tanggal 7 nanti lokasinya tidak bisa menampung seluruh masyarakat, jadi TNI mengundang seluruh masyarakat pada 8 Oktober jam 08.00 WIB, TNI akan adakan doa syukuran, makan bersama di lapangan Kodam Brawijaya, dan masyarakat akan diizinkan naik ke kendaraan yang didefilekan saat upacara tanggal 7," umbar KSAD.

"Semua bisa lihat, nanti itu tidak akan merusak aspal seperti yang dibilang orang selama ini," tegas KSAD saat itu.

Pembelian Tank Leopard oleh Kementerian Pertahanan sempat jadi kontroversi karena ditentang sebagian elite politik. Bahkan presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi), dalam debat capres beberapa bulan lalu, pernah menyindir kebijakan Kemenhan dan TNI yang membeli tank bekas militer Jerman itu.

Jokowi mengatakan Tank Leopard terlalu berat bagi kondisi jalan-jalan di Indonesia. Tank itu bisa merusak aspal dan jembatan karena tidak kuat menahan beban seberat 62 ton. Mungkin, dengan performa salah satu alutsista kebanggaan TNI AD itu dalam rangkaian perayaan di Surabaya, keraguan Jokowi dan banyak pihak bisa terjawab. [ald]

Mengenal Tank Leopard, Bintang Baru HUT TNI  

Mengenal Tank Leopard, Bintang Baru HUT TNI  
Main Battle Tank (MBT) Leopard. ANTARA/Prasetyo Utomo

Jakarta - Puncak perayaan hari ulang tahun ke-69 Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI) di Surabaya menjadi ajang pameran senjata baru. Sejumlah perlengkapan gres milik TNI unjuk gigi, dari pesawat hingga kendaraan tempur lapis baja.

Salah satu yang mencuri perhatian publik adalah Main Battle Tank (MBT) Leopard. TNI Angkatan Darat kini memiliki 42 unit tank berat varian Leopard 2A4 yang dibeli dalam kondisi bekas dari Jerman pada Desember 2012. Leopard hadir sebagai bagian dari pengadaan 153 unit tank senilai US$ 280 juta.

Tank Leopard 2A4 memiliki berat 63 ton, panjang 9,97 meter, lebar 3,75 meter, dan tinggi 3 meter. Kendaraan beroda rantai ini dibekali mesin V-12 twin turbo diesel dengan kekuatan 1.400 daya kuda. Dengan tangki solar berisi 1.200 liter, Leopard bisa menempuh radius 550 kilometer dengan kecepatan maksimum 70 kilometer/jam.

Sesuai dengan namanya, Leopard juga dibekali dengan senjata yang sangar. Tank ini menggendong meriam smoothbore kaliber 120 milimeter buatan Rheinmetall. Meriam ini menjadikan Leopard sebagai tank terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Korps Kavaleri TNI Angkatan Darat sebelumnya dibekali tank ringan AMX-13 dan Scorpion, dengan meriam kaliber 75-90 milimeter. .

Di negara asalnya, Leopard 2A4 menjadi senjata utama korps kavaleri. Sampai tahun 1994, Angkatan Darat Jerman mengoperasikan lebih dari dua ribu unit Leopard 2A4. Pada 2000, pemerintah Jerman menganggap tank Leopard 2A4 yang mereka operasikan terlalu banyak, terlebih setelah berakhirnya era perang dingin. Jerman pun melego sebagian besar Leopard kepada anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sejumlah negara sahabat, seperti Kanada, Austria, Chile, Yunani, Singapura, Turki, dan Indonesia.


Rmol || Tempo