Pages

Tuesday, 5 May 2015

Di Atas KRI Arung Samudera Kami Bertaruh Nyawa

Di Atas KRI Arung Samudera Kami Bertaruh Nyawa
KRI Arung Samudera (Aras) yang dikomandoi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto melintas disisi Jembatan Suramadu ketika melaksanakan joy sailling yang bertolak dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, kemarin.
SURABAYA - KRI Arung Samudera (Arsa) meninggalkan segudang kenangan bagi Laksamana Muda TNI Darwanto yang kini menjabat Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim).

Ketika itu, 1996, Darwanto yang masih berpangkat mayor TNI diamanatkan menjadi komandan KRI Arsa yang mengemban misi Operasi Sang Saka Jaya 1996. Gerimis lembut yang sempat turun pagi hari seakan menguatkan kisah hebat Darwanto berikut 16 awak KRI Arsa lainnya.

Didampingi sejumlah awak yang kala itu ikut berlayar, Darwanto mengulas beberapa kenangan yang telah dibukukan dengan tajuk Bentangkan Layar Terjang Ombak dan Badai yang diluncurkan di Gedung Panti Armada (PTA), Koarmatim, Ujung, Surabaya, kemarin. ”Kita sudah 19 tahun lalu laksanakan pelayaran keliling dunia. Hari ini (kemarin) nostalgia, menarik layar lagi, beri pelajaran layar pada yunior,” ungkap Darwanto.

Darwanto pun memulai kisahnya selama perjalanan bersama KRI Arsa. ”Saat itu kita sangat susah di tengah laut, selalu dalam bahaya. Gelombang laut, badai menghantam kita sampai 8 meter tingginya. Kita semua saat itu nyaris terkubur di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang memiliki kedalaman 7.000 meter,” sebutnya.

Perwira tinggi dengan dua bintang di pundak ini juga mengisahkan masa sulit selama berlayar selama satu tahun 21 hari itu. Di antara masa itu Darwanto sempat kehabisan bahan pangan. ”Kita semua akhirnya dikirim ikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ada sekitar 78 ekor lebih ikan terbang naik ke geladak kapal. Akhirnya kita masak, kita makan. Bahkan cukup sampai dua hari,” tuturnya.

Kemarin Darwanto bisa berkumpul lagi dengan mantan anak buahnya di KRI Arsa. Darwanto bahkan kembali mengenang kisahnya di kapal tersebut dengan joy sailing. Dalam Operasi Sang Saka Jaya 1996 itu, KRI Arsa telah melawat ke 17 negara dan 27 kota pelabuhan.

Sempat singgah ke Australia (Cocos Kelling), UK (Diego Garcia), Seychelles (Mahe Island), Yaman (Aden), Arab Saudi (Jeddah), Mesir (Suez Canal, Port Said), Italia (Reggio Calabria, Genoa, Napoli), Spanyol (Palma de Mallorca, Barcelona, Valencia, Cartagena, Malaga, Cardiz), Prancis (Toulon, Marseille), Maroko (Casablanca), Saint Lucia, Panama (Colon, Rodman), Meksiko (Acapulco), Ameriksa Serikat (Hawaii), Jepang (Fukuoka), Hong Kong, dan Singapura.

Operasi keliling dunia itu menempuh jarak sejauh 31.755 mil laut atau setara dengan 58.746 kilometer dengan waktu pelayaran selama 386 hari atau selama 13 bulan kurang satu minggu atau setara dengan satu tahun 21 hari. Pelayaran dengan misi membangun diplomasi dan menanamkan jiwa kebaharian untuk angkatan muda itu tak hanya dirasakan Darwanto dan anak buahnya di KRI Arsa.

Ina Darwanto, istri Darwanto, juga merasakan berat dan lamanya ditinggal suami bertugas. Terlebih ketika itu, anak pertamanya yang duduk di bangku kelas V SD mengalami sakit. Ina Darwanto pun harus merawat sendiri di rumah.

Belum lagi Ina harus memperhatikan keluarga anak buah suaminya. Ina aktif membangun komunikasi dengan istri dan keluarga anak buah suami. ”Ada anaknya personel yang lahir dan meninggal saat ditinggal tugas. Ada orang tua personel yang meninggal,” ungkap Ina.

Kesulitan komunikasi dengan suami di kejauhan juga dirasakan Ina. Komunikasi, ujarnya, tidak semudah seperti sekarang. ”Setiap sandar di kota pelabuhan bapak (Darwanto) selalu berkirim surat. Dan, surat itu masih ada sampai sekarang,” kata Ina. (Sindo)