"Air bagaimana di sini?" tanya Moeldoko di Pulau Rondo, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Aceh, Kamis (21/5/2015).
"Siap!" jawab pria komandan peleton.
Mendengar jawaban komandan peleton yang hanya 'siap-siap' saja, Moeldoko mengulangi pertanyaannya. Lantas komandan peleton mengatakan yang sebenarnya.
"Siap! Tidak ada air," jawabnya.
Dia menjelaskan bahwa ketersediaan air tawar untuk 34 personel Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Terluar (Satgas Pamtas) berasal dari tampungan air hujan. Air hujan ini dipakai untuk sebulan.
Bila air habis, pasokan air dan kebutuhan lain juga bisa dibawa dari Pulau Sabang di sebelah selatan Pulau Rondo ini. Namun yang utama, air tawar berasal dari hujan, digunakan untuk memasak.
Dahulu ada pompa penyulingan air laut menjadi air tawar. Namun alat itu sekarang sedang rusak. Selain soal air, kebutuhan listrik dihasilkan dari tenaga surya lewat 'solar cell', generator tenaga angin, dan menggunakan genset.
Yakni Serka Suprapto kepada wartawan menyatakan para tentara di sini terbiasa mandi memakai air laut, kemudian dibilas menggunakan air tawar sedikit saja. Makanan biasanya dipasok dua bulan sekali dari Sabang. Lalu bagaimana bila stok makanan habis?
"Ya mancing, bisa dapat ikan atau kepiting," kata Suprapto sambil duduk di atas balok kayu. (Detik)