Pages

Monday, 27 May 2013

‘Alutsista Harus Bisa Dikonversi untuk Bantu Sipil Saat Darurat'

 Sejumlah tank amfibi dari Resimen Kavaleri Korps Marinir TNI AL, melakukan pendaratan pada Latgab TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5).   (Antara/Eric Ireng)
Sejumlah tank amfibi dari Resimen Kavaleri Korps Marinir TNI AL, melakukan pendaratan pada Latgab TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5).
JAKARTA -- Pengamat Militer dari Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy mengatakan, sebaiknya pemerintah membeli alat utama sistem senjata (alut sista) yang bisa dikonversi untuk membantu warga  sipil dalam keadaan darurat, Senin, (27/5).
Misalnya, ujar Muhadjir, pemerintah membeli kapal perang yang bisa digunakan untuk mengangkut warga untuk mudik pada saat lebaran. Sebab saat lebaran banyak warga yang tidak terangkut kendaraan umum karena tiket habis.

Pemerintah, kata Muhadjir, juga harus membeli tank-tank yang bisa digunakan untuk menyelamatkan warga yang terkena musibah gunung meletus. Terdapat tank-tank khusus yang tahan terhadap panasnya lahar.

Negara-negara maju lainnya seperti Inggris dan Cina sudah memiliki alutsista yang berfungsi membantu rakyat sipil dalam keadaan darurarat. Sehingga alutsista tersebut terus berguna walapun negara tidak dalam keadaan perang,” kata Muhadjir.
Menurut Muhadjir, Indonesia memiliki 500 ribu tentara yang tidak pernah perang. Sebaiknya para tentara tersebut dilibatkan dalam aksi sosial untuk menanggulangi bencana maupun memperbaiki berbagai sarana publik di masyarakat.

 Kekuatan militer yang tidak pernah digunakan, kata Muhadjir, akan menjadi idle capacity. Tentara sering latihan perang terus namun tidak pernah perang.

 Ini, lanjut Muhadjir, menimbulkan sejumlah oknum tentara merasa bosan. Salah satu akibatnya, kejadian di Lapas Cebongan. “Jika dilatih perang terus namun menganggur, maka hasil pelatihan bisa digunakan untuk hal-hal negatif,”katanya.

REPUBLIKA.CO.ID