Gemuruh
Latgab 2013 masih belum hilang dari ruang kebanggaan kita ketika tiga hotspot
latihan yaitu Situbondo Jatim, Sangatta Kaltim dan Bima NTB menjadi saksi
dentuman dan hiruk pikuk tentara republik dan alutsistanya memperlihatkan
kesungguhan berlatih tempur selama 40 hari. Kebanggaan itu makin sempurna ketika di salah satu
“titik panas” latihan Situbondo, RI-1 dan RI-2 ikut merasakan drama penyerbuan
amfibi terbesar di pantai Banongan Jumat tanggal 3 Mei 2012 dan bergabung
bersama belasan ribu prajurit TNI.
Hanya
berselang satu tahun, tahun depan dicanangkan Latgab TNI terbesar yang
melibatkan puluhan ribu pasukan TNI dan seluruh alutsista old dan new nya. Satu tahun dari sekarang atau tepatnya bulan
September dan Oktober 2014 TNI kembali akan melakukan latihan gabungan terbesar
sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada negara dan rakyat yang telah
membelikan dan menyediakan alutsista modern dan barangnya pun sudah
berdatangan.
Penembakan rudal C802 dari KRI Abdul Halim Perdana Kusuma |
Dua hal
yang patut digaris tebal sehubungan dengan Latgab 2014 adalah rekor jarak Latgab
terpecahkan dari rentang lima tahun menjadi hanya satu tahun. Kemudian kuantitas dan kualitas alutsista
yang digelar juga merupakan rekor baru dengan kehadiran sejumlah alutsista
modern. Dua rekor ini adalah nilai strategis
puncak yang mampu menggempitakan naluri tempur tentara sekaligus membanggakan
warga bangsa yang cinta tanah air.
Perkuatan
alutsista tentara nasional yang dilakukan Presiden SBY sejak tahun 2010 sampai
tahun 2014 merupakan keputusan cum laude, tepat waktu dan tepat guna. Perkembangan situasi regional yang mudah
terjebak dalam konflik klaim mengharuskan kita sebagai negara harus
mempersiapkan kekuatan militer yang minimal setara dengan para tetangga. Terbukti
ketika perjalanan memperkuat tentara republik sedang berlangsung sampai saat
ini, beberapa insiden tumpang tindih klaim Laut Cina Selatan (LCS) menjadi “jelas
bentuknya” dan sekaligus menjadi konflik diplomatik seperti antara Filipina dan
Taiwan. Meski Indonesia tidak terlibat
konflik LCS namun kita tetap harus siaga menghadapi kondisi terburuk yang tidak
bisa diprediksi sebelumnya.
Celakanya
negara yang kekuatan militernya lemah menjadi tempat “uji nyali” menguji
panasnya klaim. Filipina bisa dijadikan contoh yang selama ini mengabaikan
perkuatan militernya dengan alutsista angkatan laut dan udara yang menyebabkan
negara itu jadi seperti diabaikan oleh tetangganya yang punya klaim
teritori. Militer Filipina saat ini
tidak memiliki jet tempur yang bisa diandalkan dan kapal perang berteknologi
rudal. Selama ini mereka hanya mengharapkan payung pertahanan dari sekutunya AS. Ini justru memberikan kesan ketidakwibawaannya
menjaga teritorinya sendiri.
Panglima Tertinggi ikut merasakan episode Latgab 2013 |
Kewibawaan
menjaga kedaulatan teritori secara real diukur dari dimilikinya mata, telinga
dan alat pukul yang membuat pihak lawan berhitung cermat. Contohnya Singapura, negara pulau yang mampu
membentengi dirinya dengan kekuatan militer berkemampuan serang segala arah. Membangun
kekuatan militer bukan dimaksud untuk mengganggu atau mengacau kehidupan
bertetangga tetapi lebih memiliki makna menjunjung nilai kewibawaan postur
negara terutama dalam etika pergaulan antar bangsa dan kekuatan posisi
diplomatik.
Berkaitan
dengan pencapaian penambahan alutsista baru TNI sampai dengan tahun 2014 kita
pantas memberikan apresiasi kepada panglima
tertinggi yang juga Presiden RI sehubungan dengan sajian panen raya alutsista
yang luar biasa. Kita berharap itu bukanlah sajian alutsista terakhir
karena sesungguhnya kekuatan yang
diinginkan belum sampai di titik kulminasi. Pekerjaan besar menyajikan ragam
alutsista berteknologi kepada pengawal republik masih akan terus berlangsung
dengan target waktu tahun 2020 yang dikenal dengan sebutan minimum essential
force.
Adalah
juga keputusan yang surprise ketika Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di
sela Latgab 2013 yang sedang berlangsung di Sangatta mengumumkan bahwa TNI akan
kembali melakukan Latgab terbesar tahun 2014 yang melibatkan seluruh alutsista
anyarnya. Mudah saja mencernanya, alutsista sudah datang, gabung sama alutsista
yang made ini old, lalu diperlihatkan kepada rakyat sebagai
pertanggungjawaban. Integrasi sistem
pertempuran, teknologi komunikasi dan koordinasi antar satuan tempur
berkualifikasi divisi sekaligus menguji alutsista baru untuk memperlihatkan
kehebatannya merupakan substansi utama yang akan digelar pada bulan
September-Oktober 2014 itu. Simulasi
perang dengan beberapa perubahan doktrin pertempuran sesuai dengan nilai
teknologi alutsista baru dan kuantitasnya menjadi salah satu kurikulum utama
dalam Latgab mendatang.
Perkuatan
dan mobilisasi militer Indonesia tiga tahun terakhir ini yang lebih sering
melakukan latihan militer dengan kapasitas besar sesungguhnya menjadi perhatian
sejumlah negara. Nah disitulah nilai keberhasilan
gaung kampanye militer kita sebagai bagian dari “pesan tanpa harus berkata”
bahwa pengawal republik siap setiap saat mempertahankan keutuhan teritori NKRI
dari segala bentuk ancaman. Sepanjang
tahun 2012 sampai Latgab Mei 2013 kita telah menyaksikan begitu banyaknya
serial latihan tempur TNI yang digelar di berbagai tempat di tanah air.
Tahun 2014
adalah akhir dari pemerintahan SBY.
Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban membangun kekuatan militer
selama masa pemerintahannya tentu sajian yang paling spektakuler adalah
memperlihatkan kehebatan teknologi alutsista yang baru dimiliki dengan
kemampuan prajurit mengoperasikannya, mengintegrasikannya lewat latihan perang
gabungan antar angkatan skala besar.
Lebih dari itu pesan besarnya pada tetangga-tetangga disebelah sangat
jelas dan tegas, jangan lagi meremehkan kami.
Maka kita boleh menyebut rencana Latgab TNI 2014 itu dengan: super
sekali.