Rudal Yakhont P 800 adalah rudal jelajah jarak menengah supersonik
strategis generasi keempat buatan Rusia yang baru digunakan oleh Rusia,
Indonesia, Vietnam, Suriah dan India. India menamakan rudal ini BrahMos
(diambil dari dua nama sungai, Brahmaputra dan Moskva) hasil joint venture India
dan Rusia. Yakhont memiliki jarak tembak 300 Km atau setara dengan
jarak Surabaya ke Semarang, sedangkan hulu ledaknya adalah 200 Kg.
Di Asia Tenggara, Yakhont hanya digunakan oleh Vietnam dan Indonesia.
Perbedaannya, Vietnam menempatkan rudalnya di Silo (tempat peluncuran)
di pantai, bersifat statis, untuk keperluan defensif untuk menghadang
kapal-kapal perang Cina yang bersengketa dengan Vietnam tentang
kepulauan Spratly, sedangkan Indonesia menempatkannya di atas kapal
perang yang bersifat dinamis, bisa digunakan untuk keperluan ofensif
maupun defensif.
Hal di atas membuat peta pertahanan keamanan di Asia Tenggara berubah,
terlebih setelah sebuah fregat TNI AL yaitu KRI Oswald Siahaaan 354
sukses melakukan uji coba penembakan rudal Yakhont di Samudera Indonesia
pada tahun 2011. Perubahan ini terjadi, karena sampai saat ini
negara-negara ASEAN lainnya masih mengandalkan rudal jarak pendek saja
seperti Exocet dan Harpoon.
Selain kecepatannya yang tinggi, sekitar 2,5 kali kecepatan suara,
keunggulan rudal Yakhont adalah kemampuannya untuk terbang pada
ketinggian hanya 5 sampai 10 meter di atas permukaan laut. Ketinggian
yang rendah ini sulit ditangkap oleh radar, sehingga kedatangan Yakhont
hanya bisa dideteksi secara visual pada saat rudal sudah berada sangat
dekat dengan sasaran. Saat tidak ada waktu lagi untuk menghindar Yakhont
milik TNI AL sudah menerjang kapal perang lawan.
Menurut sumber yang didapat penulis, Saat ini 16 KRI milik TNI AL sudah
dilengkapi dengan rudal Yakhont, yaitu 6 fregat dan 10 korvet.
Masing-masing fregat dipasang delapan unit Yakhont, sedangkan korvet
sebanyak empat unit. Pemasangan dilakukan seluruhnya oleh PT. PAL di
Surabaya. Ini artinya Indonesia paling tidak sudah memiliki lebih dari
100 rudal Yakhont.
Fregat yang telah dilengkapi dengan rudal Yakhont adalah KRI Ahmad Yani
351, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma 355, KRI Karel Satsuit Tubun 356,
KRI Slamet Riyadi 352, KRI Yos Sudarso 353 dan KRI Oswald Siahaan 354 .
Keenamn fregat di atas adalah fregat ex Belanda dari kelas Van Speijk
(2.200 ton) buatan tahun 1967, dan dibeli Indonesia pada tahun 1980
menjadi fregat kelas Ahmad Yani. Belanda membuat enam buah fregat kelas
Van Speijk ini dan semuanya kemudian dijual kepada Indonesia. Pada tahun
2003 sampai 2008, semua fregat kelas Ahmad Yani sudah menggunakan mesin
diesel sebagai pengganti mesin turbin uap.
Saat ini TNI AL mempunyai 20 kapal perang jenis korvet yang beroperasi, 4 diantaranya adalah korvet kelas Sigma buatan Belanda, dan sisanya sebanyak 16 buah adalah korvet kelas Parchim ( 793 ton) yang merupakan bagian dari pembelian 39 kapal ex-Jerman Timur oleh B.J. Habibie pada tahun 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto.
Saat ini TNI AL mempunyai 20 kapal perang jenis korvet yang beroperasi, 4 diantaranya adalah korvet kelas Sigma buatan Belanda, dan sisanya sebanyak 16 buah adalah korvet kelas Parchim ( 793 ton) yang merupakan bagian dari pembelian 39 kapal ex-Jerman Timur oleh B.J. Habibie pada tahun 1990-an pada masa pemerintahan Presiden Suharto.
Jika di atas dikatakan bahwa 10 korvet TNI AL sudah dilengkapi dengan
rudal Yakhont, maka hampir bisa dipastikan bahwa korvet yang mendapat
tugas menggotong rudal Yakhont adalah dari kelas Parchim ini,
diantaranya:, KRI Imam Bonjol 383, KRI Pati Unus 384, KRI Teuku Umar 385, KRI Silas Papare 386, KRI Hasan Basri 382, KRI Untung Suropati 372, KRI Nuku 373, KRI Lambung Mangkurat 374, KRI Sutanto 377, dan KRI Sultan Thaha Syaifuddin 376. (Wikipedia)
Sementara penulis juga merasa bahwa nantinya kapal-kapal selam baru TNI
AL juga akan dilengkapi dengan rudal Yakhont, karena Yakhont memang bisa
diluncurkan dari bawah laut. “Jalesveva Jayamahe“
Sumber : Kompasiana