“Indonesia… akan mengintensifkan patroli maritim di berbagai wilayah di mana terjadi pelanggaran atas kedaulatan dan integritas tteritorialnya,“ demikian pernyataan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Indonesia, sebagaimana dikutip DW.com, pada pekan lalu. Insiden pelanggaran teritori dilakukan oleh Angkatan Laut Australia, saat mereka menghalau para pencari suaka, akhir pekan lalu. Sebelumnya pihak Australia telah meminta maaf atas sejumlah insiden terakhir di perairan Indonesia, akibat kebijakan kontroversial Australia yang mengusir paksa kapal-kapal yang membawa para pencari suaka, agar tidak memasuki perairan Australia.
Terkait insiden itu, pemerintah Indonesia juga menuntut adanya klarifikasi diplomatik resmi serta jaminan bahwa berbagai insiden seperti itu tidak akan terulang kembali.
Dalam peristiwa itu, pertama kalinya Australia menggunakan kapal penyelamat untuk mengirim 56 pencari suaka ke wilayah Indonesia.
Sementara itu, para pencari suaka mengaku, mereka telah ditipu oleh pihak Angkatan Laut Australia yang mendepak mereka ke Indonesia. Dalam wawancara dengan Fairfax Media, kelompok pencari suaka dari Pakistan dan Bangladesh itu menuturkan, mereka berupaya untuk memasuki Australia dengan menumpang kapal kayu setelah transit di Indonesia.
Seorang warga Pakistan Fazal Qadir menceritakan, kapal yang ditumpanginya berangkat dari luar perairan Jawa pada 5 Januari 2014. "Setelah tiga hari di laut, sebuah pesawat Australia mengetahui keberadaan kami dan saat itu kapal sudah dalam kondisi bocor. Kami merasa bahagia ketika bertemu mereka (AL Australia), kami mengira akan diterima," ujar Qadir, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Sabtu (18/1).
Mereka pun, menurut Qadir, lantas dinaikkan ke kapal perang Australia, HMAS Stuart, dan bergerak menuju Pulau Christmas. "Kami bergerak terus mengelilingi Pulau Christmas.
Selama dua hari kami berada di dalam kapal perang," lanjut Qadir.
Namun setelah diinterogasi oleh personel AL Australia, para pencari suaka itu kemudian dipindahkan ke kapal milik imigrasi Australia. Dan mereka,, sambung Qadir, berada di di kapal tersebut hingga tiga hari. Alih-alih dibawa berlabuh di Pulau Christmas, Qadir membeberkan, mereka justru dipindahkan lagi ke kapal yang diikat ke kapal imigrasi. Puluhan pencari suaka itu, kata Qadir, kemudian diberi dokumen yang mengharuskan mereka kembali ke Indonesia.
Indonesia sendiri telah menurunkan hubungan diplomatik dengan Australia pada November 2013, termasuk menunda kerjasama militer dan intelijen serta terkait urusan pencari suaka. Langkah itu merupakan respons terhadap dugaan penyadapan percakapan telepon milik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ibu negara serta sejumlah menteri, yang dilakukan pihak Australia.
INILAH