Karena itu, dalam peninjauan ke pabrik Rheinmetall di Unterluss, Jerman, Wakil Menteri Pertahanan (Wamen) Sjafrie Sjamsoeddin mengajak serta Dirut PT Pindad Sudirman Said. Diharapkan, Sudirman Said yang baru dilantik awal Juni lalu itu bisa mendengar dan melihat bagaimana Rheinmetall memproduksi Leopard dan bisa segera merealisasikan kesepakatan kerjasama Rheinmetall dengan PT Pindad yang telah diteken sebelumnya.
"Kerjasama tidak hanya membeli senjata, tapi ada transfer teknologi untuk membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri," tegas Sjafrie dalam jumpa pers seusai penyerahan simbolis tank Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Senin (23/6/2014) sore.
Menurut Sjafrie, Rheinmetall bersama PT Pindad akan mengembangkan pabrik amunisi kaliber besar, sehingga amunisi Leopard yang memiliki canon 120 mm itu akan diproduksi di Indonesia. Bahkan, lanjut Sjafrie, nantinya PT Pindad akan menjadi pusat distribusi amunisi Leopard di seluruh Asia.
"Inilah yang menjadi target strategis dalam pengadaan alutsista kita. Kita tidak hanya membeli senjata, tapi juga menyerap sistem, sehingga kemandirian industri pertahanan itu bisa mendukung kemampuan pertahanan kita. Kita akan mandiri dan bebas dari kemungkinan-kemungkinan restriksi dari luar negeri," ujar dia.
Saat ditanya kapan realisasi PT Pindad membangun pabrik untuk amunisi Leopard, Sjafrie menyatakan MoU terkait kerjasama ini sudah ditandatangani. "Jadi nanti secara bertahap akan dilangsungkan kegiatan Dirut Pindad dan Rheinmetall," kata Sjafrie.
Dari kerjasama dengan Rheinmetall, diharapkan kualitas teknik dari industri pertahanan dalam negeri Indonesia juga akan semakin bertambah baik. "Kalau nanti Indonesia bisa menjadi pasar di Asia, kita bisa menjadi regional power di dalam market industri pertahanan. Ini yang kita jalankan," tegas dia.
Local Content untuk Leopard
Dalam pembuatan Leopard yang dipesan Indonesia, PT Pindad yang selama ini sudah berpengalaman dalam membuat tank dan panser Anoa, juga akan dilibatkan dalam pemasangan beberapa bagian, termasuk dalam sistem pendingin dan sistem komunikasi. Pelibatan ini merupakan bagian dari upaya mencari nilai tambah keuntungan untuk Indonesia dan transfer teknologi.
"Jadi, bagian-bagian yang belum dipasang di Jerman, akan dilaksanakan di PT Pindad, terkait local content-nya. Kalau kita beli persenjataan, kita harus pikirkan bagaimana industri pertahanan dalam negeri dapat nilai tambah. Nah salah satu nilai tambah itu adalah kegiatan-kegiatan teknik yang belum selesai di sini akan dilakukan di PT Pindad. Kita tidak keluarkan biaya, karena itu bagian dari kontrak," ujar Sjafrie.