Pages

Thursday, 16 January 2014

Apakah Dogfight masih dibutuhkan dalam pertempuran udara modern?

Foto: Apakah Dogfight masih
dibutuhkan dalam pertempuran
udara modern?
TOMR-- Dogfight adalah bentuk
pertempuran antara pesawat
tempur, khususnya manuver
pertempuran pada jarak pendek
secara visual. Dogfighting
pertama kali muncul selama Perang
Dunia I hingga tahun 1992 pada
Perang Malvinas
antara Argentina dan Inggris Raya.
Terminologi modern
untuk duel udara adalah Air Combat
Maneuver (ACM), yang mengacu
pada situasi taktis
yang membutuhkan
penggunaan manuver Basic Fighter
Maneuver (BFM) untuk menyerang
atau menghindari
serangan oleh satu atau lebih
lawan.
Istilah Dogfight mendapatkan
popularitas selama Perang Dunia II,
meskipun asal-usulnya
dapat ditelusuri ke tahun-tahun
terakhir Perang Dunia I.
Referensi tertulis pertama dengan
penggunaan kata
modern berasal dari tulisan di Fly
Papers oleh AE Illingworth,
1919. "The battle develops into a
'dog-fight’, small
groups of machines engaging each
other in a fight to the
death."
Dalam Perang Dunia I pesawat
awalnya digunakan sebagai alat
observasi medan perang darat atau
laut. Pesawat militer baru
membuktikan nilai pentingnya
saat bisa memergoki serangan
rahasia Jerman ke Paris pada
bulan kedua perang.
Pertempuran udara pertama diyakini
telah terjadi pada
tanggal 28 Agustus 1914 ketika
Norman Spratt menerbangkan
Sopwith Tabloid bersenjata
menjatuhkan sebuah
pesawat Albatros CI dual seater
Jerman.
Setelah senapan mesin dipasang ke
pesawat, era
pertempuran udara dimulai.
Masalah terbesar adalah
menembakkan senapan mesin
melalui baling-baling. Roland Garros
memecahkan masalah
ini dengan memasang deflektor baja
ke baling-baling pesawat
monoplane Morane Saulnier- nya.
Anthony Fokker, seorang desainer
Belanda mendesain
"gigi sinkronisasi" tahun 1915 yang
menghubungkan pemicu dari
senapan mesin Maxim MG08 dengan
putaran mesin, sehingga Jerman
berhasil
meraih keunggulan udara.
Hal ini mengubah sejarah
pertempuran udara dengan pesawat
Fokker E.1 yang berjaya di medan
Perang Udara
Eropa.
Kedahsyatan arena duel udara
meningkat seiring dengan
keunggulan teknologi. Di awal
perang belum ada taktik manuver
duel udara.
Oswald Boelcke adalah penerbang
pertama yang menganalisis
taktik perang udara dan
menghasilkan seperangkat aturan
yang dikenal sebagai
"Dicta Boelcke" pada tahun 1916.
Banyak konsep taktik Boelcke itu
yang masih berlaku pada saat ini.
Termasuk penggunaan posisi
matahari, posisi ketinggian,
serangan
mendadak, dan memutar cepat
untuk menghadapi ancaman.
Sejak PD II sejarah duel udara ke
udara makin berkembang.
Bahkan di era pesawat jet modern
juga dapat berkembang menjadi
dogfight.
Sebuah pesawat tempur dapat
menghindari rudal dengan
membelok secara cepat pada
maksimum gaya gravitasi dan
menggunakan alat pengecoh radar
dan rudal seperti chaffs
dan flares. Jika tembakan rudal
jarak sedang pada pertempuran
di luar jarak pandang Beyond Visual
Range (BVR) bisa dihindari, maka
penerbang
harus bersiap untuk duel udara
jarak dekat dimana pilihannya hanya
berputar dan dogfight
atau cepat menghindari arena (bug-
out).
Keunggulan dalam dogfight
sangat bergantung pada
pengalaman dan keterampilan
pilot, khususnya kelincahan
tempur ketika terbang pada
kecepatan udara minimum.
Penerbang biasanya
bermanuver pada arena
keunggulan pesawat sendiri
dibandingkan kemampuan
pesawat lawan. Dogfight
menjadi semacam kontes
bertempur di kecepatan terbaik
dengan tetap menjaga energi
yang cukup. Pilot berusaha
untuk menjaga kecepatan
terbaik, dimana pesawat
mampu berbelok dengan
belokan maksimum dan pada
radius belokan minimum, yang
disebut corner velocity atau
"kecepatan sudut", biasanya
antara 300 dan 400 knot
tergantung desain pesawat.
Karena itu Dogfight tidak
terjadi pada kecepatan
supersonik namun pada
kecepatan sudut. Pesawat "super
maneuverable" F-22
Raptor masih dapat
bermanuver lincah pada
kecepatan kurang dari 100
knot sehingga dapat dengan
cepat mengarahkan kanon
Vulcan pada sasaran jika harus
melaksanakan dogfight.
Sementara pesawat F-15 Eagle
harus menggunakan kecepatan
sudut yang relatif tinggi untuk
dapat cepat mengarahkan
senjatanya.
Radar pesawat tempur modern
dan rudal seperti AMRAAM
sangat memungkinkan
menembak jatuh lawan pada
jarak jauh. Perang udara
modern seperti Operasi Desert
Storm dan sesudahnya
menunjukkan peningkatan
penggunaan rudal BVR.
Keandalan rudal BVR, dan radar
udara serta integrasi pesawat
komando kendali seperti
AWACS, telah menghasilkan
gambar situasi ruang udara
sehingga manajemen
pertempuran udara
memudahkan penembakan
senjata BVR.
Namun sampai saat ini sekolah
taktik udara US Navy (Top Gun)
dan USAF (Fighter Weapon
School) masih melatih taktik
pertempuran udara jarak dekat.
Produsen pesawat Rusia masih
sangat menekankan
kemampuan super
maneuverability dalam desain
pesawat tempur seperti Su-37
atau Su-30MKI menggunakan
mesin thrust vectoring canggih
yang mampu mendorong
pesawat pada batas-batas
kemampuannya sehingga
memberikan keuntungan dalam
pertempuran.
Saat ini kemajuan tehnologi
Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
telah menghasilkan pertanyaan
tentang relevansi apakah
Dogfight dengan pesawat
berawak manusia masih
memunyai masa depan? Sebuah
chip komputer dapat menahan
gaya gravitasi lebih tinggi
daripada pilot/manusia
terhebat. Namun dalam
kenyataannya pesawat tempur
berawak dengan kemampuan
manuver super masih terus
dikembangkan oleh negara- negara
maju untuk melengkapi
arsenal perangnya. 

@FN
 
TOMR-- Dogfight adalah bentuk  pertempuran antara pesawat  tempur, khususnya manuver pertempuran pada jarak pendek secara visual. Dogfighting pertama kali muncul selama Perang Dunia I hingga tahun 1992 pada Perang Malvinas antara Argentina dan Inggris Raya. Terminologi modern untuk duel udara adalah Air Combat Maneuver (ACM), yang mengacu pada situasi taktis yang membutuhkan penggunaan manuver Basic Fighter Maneuver (BFM) untuk menyerang atau menghindari serangan oleh satu atau lebih lawan.
 
Istilah Dogfight mendapatkan popularitas selama Perang Dunia II, meskipun asal-usulnya dapat ditelusuri ke tahun-tahun terakhir Perang Dunia I. Referensi tertulis pertama dengan penggunaan kata modern berasal dari tulisan di Fly Papers oleh AE Illingworth, 1919. "The battle develops into a 'dog-fight’, small groups of machines engaging each other in a fight to the death." Dalam Perang Dunia I pesawat awalnya digunakan sebagai alat observasi medan perang darat atau laut. Pesawat militer baru membuktikan nilai pentingnya saat bisa memergoki serangan rahasia Jerman ke Paris pada bulan kedua perang. Pertempuran udara pertama diyakini telah terjadi pada tanggal 28 Agustus 1914 ketika Norman Spratt menerbangkan Sopwith Tabloid bersenjata menjatuhkan sebuah pesawat Albatros CI dual seater Jerman.

Setelah senapan mesin dipasang ke pesawat, era pertempuran udara dimulai. Masalah terbesar adalah
menembakkan senapan mesin melalui baling-baling. Roland Garros memecahkan masalah ini dengan memasang deflektor baja ke baling-baling pesawat monoplane Morane Saulnier- nya. Anthony Fokker, seorang desainer Belanda mendesain "gigi sinkronisasi" tahun 1915 yang menghubungkan pemicu dari
senapan mesin Maxim MG08 dengan putaran mesin, sehingga Jerman berhasil meraih keunggulan udara.
Hal ini mengubah sejarah pertempuran udara dengan pesawat Fokker E.1 yang berjaya di medan Perang Udara Eropa. Kedahsyatan arena duel udara meningkat seiring dengan keunggulan teknologi. Di awal perang belum ada taktik manuver duel udara. Oswald Boelcke adalah penerbang pertama yang menganalisis
taktik perang udara dan menghasilkan seperangkat aturan yang dikenal sebagai "Dicta Boelcke" pada tahun 1916. Banyak konsep taktik Boelcke itu yang masih berlaku pada saat ini. Termasuk penggunaan posisi matahari, posisi ketinggian, serangan mendadak, dan memutar cepat untuk menghadapi ancaman.
Sejak PD II sejarah duel udara ke udara makin berkembang.Bahkan di era pesawat jet modern juga dapat berkembang menjadi dogfight.

Sebuah pesawat tempur dapat menghindari rudal dengan membelok secara cepat pada maksimum gaya gravitasi dan menggunakan alat pengecoh radar dan rudal seperti chaffs dan flares. Jika tembakan rudal jarak sedang pada pertempuran di luar jarak pandang Beyond Visual Range (BVR) bisa dihindari, maka penerbang harus bersiap untuk duel udara jarak dekat dimana pilihannya hanya berputar dan dogfight
atau cepat menghindari arena (bug-out).

Keunggulan dalam dogfight sangat bergantung pada pengalaman dan keterampilan pilot, khususnya kelincahan tempur ketika terbang pada kecepatan udara minimum. Penerbang biasanya bermanuver pada arena keunggulan pesawat sendiri dibandingkan kemampuan pesawat lawan. Dogfight menjadi semacam kontes bertempur di kecepatan terbaik dengan tetap menjaga energi yang cukup. Pilot berusaha untuk menjaga kecepatan terbaik, dimana pesawat mampu berbelok dengan belokan maksimum dan pada radius belokan minimum, yang disebut corner velocity atau "kecepatan sudut", biasanya antara 300 dan 400 knot tergantung desain pesawat. Karena itu Dogfight tidak terjadi pada kecepatan supersonik namun pada kecepatan sudut. Pesawat "super maneuverable" F-22 Raptor masih dapat bermanuver lincah pada
kecepatan kurang dari 100 knot sehingga dapat dengan cepat mengarahkan kanon Vulcan pada sasaran jika harus melaksanakan dogfight. Sementara pesawat F-15 Eagle harus menggunakan kecepatan sudut yang relatif tinggi untuk dapat cepat mengarahkan senjatanya.

Radar pesawat tempur modern dan rudal seperti AMRAAM sangat memungkinkan menembak jatuh lawan pada jarak jauh. Perang udara modern seperti Operasi Desert Storm dan sesudahnya menunjukkan peningkatan penggunaan rudal BVR. Keandalan rudal BVR, dan radar udara serta integrasi pesawat komando kendali seperti AWACS, telah menghasilkan gambar situasi ruang udara sehingga manajemen pertempuran udara memudahkan penembakan senjata BVR. Namun sampai saat ini sekolah taktik udara US Navy (Top Gun) dan USAF (Fighter Weapon School) masih melatih taktik pertempuran udara jarak dekat.
Produsen pesawat Rusia masih sangat menekankan kemampuan super maneuverability dalam desain
pesawat tempur seperti Su-37 atau Su-30MKI menggunakan mesin thrust vectoring canggih yang mampu mendorong pesawat pada batas-batas kemampuannya sehingga memberikan keuntungan dalam pertempuran.

Saat ini kemajuan tehnologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV) telah menghasilkan pertanyaan tentang relevansi apakah Dogfight dengan pesawat berawak manusia masih memunyai masa depan? Sebuah
chip komputer dapat menahan gaya gravitasi lebih tinggi daripada pilot/manusia terhebat. Namun dalam kenyataannya pesawat tempur berawak dengan kemampuan manuver super masih terus dikembangkan oleh negara- negara maju untuk melengkapi arsenal perangnya.