Pages

Thursday, 16 January 2014

ISTANA: Tidak Ada Toleransi untuk Aksi Militer Australia di Indonesia

Foto: ISTANA: Tidak Ada Toleransi untuk
Aksi Militer Australia di Indonesia

Jakarta: Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menegaskan bahwa segala
bentuk kerjasama militer antara
Australia dan Indonesia masih
dihentikan sampai saat ini. Termasuk
kerjasama bidang keamanan, dalam
hal patroli perbatasan bersama
dalam penanggulangan imigran
ilegal.
"Posisi dan arahan Presiden masih
sama. Dihentikan kerjasama militer,
bidang keamaman, termasuk patroli
bersama," ujar Staf Khusus Presiden
Bidang Hubungan Internasional
Teuku Faizasyah di Jakarta, Sabtu
(11/1).
Presiden SBY telah memerintahkan
untuk menghentikan kerjasama
operasi militer terkait dengan
penyelundupan imigran gelap ke
Australia. Penghentian itu menyusul
kegiatan penyadapan yang dilakukan
Australia terhadap Presiden SBY.
Hubungan kedua negara kembali
memanas ketika kapal patroli AL
Australia memasuki wilayah perairan
Indonesia hingga mendekati tujuh
mil dari Pulau Rote, NTT, saat
menghalau para imigran gelap.
Namun, Panglima TNI Jenderal
Moeldoko justru mempersilahkan
upaya Australia mengembalikan
manusia perahu (boat people) yang
hanya diangkut oleh kapal berawak
warga Indonesia ke Australia.
Hal itu tentu berbeda dengan Menlu
Marty Natalegawa yang tetap
berpandangan bahwa Australia telah
melanggar kedaulatan NKRI.
Moeldoko tidak sedikit pun menyebut
bahwa langkah taktis yang dilakukan
Australia dengan mengembalikan
manusia perahu tersebut, sebagai
sebuah tindakan melanggar
kedaulatan NKRI. 

@FN

Jakarta: Presiden Susilo Bambang  Yudhoyono menegaskan bahwa segala  bentuk kerjasama militer antara Australia dan Indonesia masih dihentikan sampai saat ini. Termasuk kerjasama bidang keamanan, dalam
hal patroli perbatasan bersama dalam penanggulangan imigran ilegal.  "Posisi dan arahan Presiden masih
sama. Dihentikan kerjasama militer, bidang keamaman, termasuk patroli bersama," ujar Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah di Jakarta, Sabtu (11/1).

Presiden SBY telah memerintahkan untuk menghentikan kerjasama operasi militer terkait dengan penyelundupan imigran gelap ke Australia. Penghentian itu menyusul kegiatan penyadapan yang dilakukan
Australia terhadap Presiden SBY. Hubungan kedua negara kembali memanas ketika kapal patroli AL Australia memasuki wilayah perairan Indonesia hingga mendekati tujuh mil dari Pulau Rote, NTT, saat
menghalau para imigran gelap. Namun, Panglima TNI Jenderal Moeldoko justru mempersilahkan
upaya Australia mengembalikan manusia perahu (boat people) yang hanya diangkut oleh kapal berawak warga Indonesia ke Australia. Hal itu tentu berbeda dengan Menlu Marty Natalegawa yang tetap berpandangan bahwa Australia telah melanggar kedaulatan NKRI. Moeldoko tidak sedikit pun menyebut bahwa langkah taktis yang dilakukan Australia dengan mengembalikan manusia perahu tersebut, sebagai
sebuah tindakan melanggar kedaulatan NKRI.