Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia sudah mulai membaik.
- Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib
Riphat Kesoema, akan segera kembali bertugas di KBRI Canberra paska
ditarik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, setelah terbongkarnya
skandal penyadapan oleh intelijen Australia di media massa.
Rencananya, Najib akan kembali pada akhir bulan Mei 2014 ini.
"Sudah diinstruksikan untuk kembali dalam rentang waktu satu bulan ini,"
kata Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, Senin 12
Mei 2014.
Menurut Faiz, Presiden SBY mengizinkan Dubes RI kembali ke
Australia, karena memang hubungan bilateral antara Indonesia dan
Australia sudah mulai membaik.
"Karena beliau melihat sudah ada kemajuan dalam proses pembahasan
antara dua menlu. Bapak (SBY) waktu itu, menggaris bawahi bahwa harus
ada suatu code of conduct, pasca insiden penyadapan. Ini
kemudian dalam proses evaluasi, kita mencatat kemajuan dari sisi
pembahasan kedua menlu," ujar dia.
Namun, Faiz tidak menjelaskan kemajuan seperti apa yang sudah terjadi antara Indonesia dan Australia.
"Saya tidak terlalu tahu, yang dilaporkan menlu. Soal teks pembahasna sudah ada negosiasi. Mengenai code of conduct itu sendiri, sudah ada kemajuan. Sudah dituangkan dalam bentuk tulisan, ini wujud kemajuannya," ujarnya.
Meski sudah mulai membaik, kata Faiz, namun tak serta merta
pemerintah akan mengaktifkan kembali kerjasama diberbagai bidang yang
sempat dibekukan.
"Ini (kerjasama) baru bisa dihidupkan setelah ada code of conduct. Pada saat sekarang menuju ke arah code of conduct, maka perlu dubes untuk memfasilitasi pembahasan itu," ujar dia.
Lalu apakah telepon Perdana Menteri Australia Tonny Abbot ke SBY juga memberikan pengaruh soal perbaikan hubungan ini?
"Bisa dibilang ada dan bisa dibilang tidak. Di samping, presiden
menerima laporan dari menlu. Telepon itu, bisa dilihat sebagai proses
menuju normalisasi hubungan. Dengan telepon itu, ada itikat kuat dari
pihak Australia untuk tuntaskan persoalan-persoalan itu," ujar dia.
(umi)