TNI AD memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan tugas TNI Matra Darat
dibidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan
wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI
dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat serta
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dalam rangka
menegakkan kedaulatan Bangsa dan Negara, mengamankan dan mempertahankan
keutuhan wilayah Negara, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Di sampingitu TNI AD juga memiliki tugas tugas
dibidang pertahanan dengan melakukan Operasi Militer untuk Perangdan
Operasi Militer Selain Perang, membangun dan mengembangkan kekuatan
matra darat dengan mewujudkan penampilan postur Angkatan Darat yang
memiliki kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan Angkatan Darat,
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.
Perkembangan global yang semakin pesat
terutama dibidang teknologi dan informasi menyebabkan dunia seolah-olah
tanpa batas. Seluruh penjuru dunia dapat terhubungkan melalui jaringan
internet. Hal ini membuat kedaulatan negara menjadi sesuatu yang bias,
terutama dalam dunia Cyber. Siapa dan kapan saja dapat mengakses
internet dengan mudah. Sistem pertahanan dunia maya dapat ditembus oleh
para “Hacker” dengan mudahnya. Kesempatan ini dimanfaatkan bagi pihak
yang berkepentingan untuk mencari keuntungan. Selain itu bagi
negara-negara yang sedang bertikai dimanfaatkan untuk saling serang
melalui dunia maya yang istilah modernnya dikenal sebagai “cyber
warfare”. Dunia cyber dapat memunculkan ancaman tersendiri bagi suatu
negara. Ancaman yang berasal dari dunia maya ini sering disebut sebagai “
Cyber Threat”. Perang modern saat ini sudah mulai bergeser dari perang
konvensional menjadi perang asimetris. Strategi militer negara-negara
berkembangpun beralih ke Strategi “Hybrid Warfare” dimana Hybrid warfare
merupakan sebuah strategi militer yang memadukan antara perang
konvensional, perang yang tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik
berupa serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, alat peledak
improvisasi dan peranginformasi.
Dalam menanggapi perkembangan diatas
TNI telah menyikapinya dengan melaksanakan transformasi dan khususnya
bagi TNI AD melalui konsep perubahan sistemik yang telah ditetapkan dan
diarahkan untuk membangun tiga aspek kemampuan utama meliputi aspek
pertempuran, pembinaan teritorial, dan aspek dukungan. Kesemuanya itu
ditujukan untuk mewujudkan TNI AD yang profesional, militan, modern,
mencintai dan dicintai rakyat serta memiliki daya tangkal yang tangguh
terhadap segala “threat” (ancaman) yang berkembang. Taktik bertempur
yang handal serta dilengkapi alutsista yang modern menjadi modal utama
dalam meningkatkan kekuatan sistem pertahanan yang bersifat “Hard
power”.
Hal itu dapat berfungsi dengan
maksimal jika ditopang oleh aspek sistem dukungan TNI AD yang handal.
Perkembangan alutsista yang modern di lingkup TNI AD perlu diimbangi
taktik bertempur yang sinergis antar kecabangan maupun antar angkatan.
Sebagai negara kepulauan sistem pertahanan Indonesia memerlukan kesatuan
usaha (unity of efforts) antar angkatan didalam menjaga kedaulatan dan
meningkatkan ketahanan. Unity of efforts tersebut dapat tercapai melalui
kerjasama yang harmonis serta keselarasan taktik bertempur yang
digunakan. Untuk itu diperlukan sinergitas dan interoperabilitas dalam
sistem kerjasama antar angkatan sehingga berada dalam kesatuan sistem
dalam rangka mewujudkan tujuan bersama
Kondisi wilayah Indonesia merupakan
wilayah kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau. Hal
ini mendorong adanya penyesuaian antara taktik dan strategi pertahanan
yang digunakan berkaitan dengan aspek ancaman yang dapat timbul dari
wilayah darat, laut maupun udara. Bagi Satuan-satuan yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia perlu menyesuaikan antara organisasi dan
taktik strategi yang digunakan serta kemampuan satuan itu sendiri bila
disesuaikan dengan jenis ancaman yang timbul dan tipologi wilayah dimana
satuan tersebut berada. Sebagai contoh Yonif 641/Raider dimana
dislokasinya berada di wilayah Kalimantan Barat dengan 3 kompi senapan
yang terpisah dari Mayon. Kompi Markas dan Kompi Bantuan terletak di
Kota Singkawang, Kompi Senapan A di Kabupaten Sambas, Kompi Senapan B
berada di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas, sedangkan Kompi Senapan C
berada di Kabupaten Bengkayang.
Dilihat dari dislokasi wilayah
kompi-kompinya, Yonif 641/Raider perlu dibentuk spesialisasi khusus
apalagi dikaitkan dengan kompinya yang terpisah dengan tipologi wilayah
dan jenis ancaman yang berbeda. Secara global sebagai Batalyon
Raider,Yonif 641/R memiliki kemampuan tempur antara lain : a) Kemampuan
Mobud. Sebagai Satuan Raider Yonif 641/Raider telah dibekali kemampuan
Mobilisasi Udara. Dengan kemampuan tersebut pasukan Yonif 641/Raider
dapat dengan cepat diterjunkan ke daerah sasaran operasi secara
terbatas. b) Kemampuan Operasi Raid. Pasukan Raider dibekali kemampuan
khusus untuk melaksanakan operasi Raid penghancuran maupun pembebasan
tawanan. Sehingga dengan kemampuan tersebut Prajurit raider dapat
digerakkan setiap saat. c) Kemampuan OLI. Kemampuan OLI dari Yonif
641/Raider telah dipelihara dan diberdayakan sehingga setiap saat selalu
siap untuk digerakkan. d) Kemampuan Operasi Konvensional. Yonif
641/Raider sebagai pasukan mobil Kodam selalu siap digerakkan untuk
melaksanakan operasi serangan maupun pertahanan baik berdiri sendiri
maupun bagian dari satuan tugas yang lebih besar.
Adapun konsep organisasi kompi dengan
bekal kemampuan khusus yang direncanakan adalah sebagai berikut : a)
Kipan A berkedudukan di Kabupaten Sambas. Wilayah Kipan A rata-rata
merupakan perkampungan dengan perumahan yang padat penduduk. Proyeksi
kedepan Kompi senapan A perlu dibekali spesialisasi kemampuan khusus
Purkota. b) Kipan B berkedudukan di Kecamatan Pemangkat Kabupaten
Sambas. Wilayah Pemangkat dekat dengan perairan dan pantai. Eskalasi
ancaman kemungkinan besar dapat timbul dari wilayah perairan.
Berdasarkan tipologi wilayah tersebut maka Kompi Senapan B perlu adanya
spesialisasi kemampuan Ralasuntai. c) Kipan C terletak di Kabupaten
Bengkayang. Keadaan geografis di wilayah Bengkayang terdiri dari dataran
tinggi dan perbukitan. Kondisi wilayahnya sebagian besar juga masih
berupa hutan. Kondisi tersebut menjadi dasar pembentukan Kompi yang
memiliki spesialisasi pertempuran Hutan Gunung. Dengan pertimbangan
tersebut maka Kompi C dibentuk sebagai Kompi Hutan Gunung. d) Kompi
Markas terletak di Kota Singkawang. Kondisi wilayah di Singkawang
merupakan perkotaan dengan padat pemukiman. Berdasarkan dislokasi
tersebut maka Kompi Markas perlu dibekali spesialisasi kemampuan
Purkota. e) Kompi Bantuan yang terletak di singkawang menjadi satu
dengan Mayon. Sebagai Batalyon Raider maka dibutuhkan Satuan yang
memiliki kemampuan penanggulangan teror. Untuk itu perlu dibentuk
pasukan Gultor. Dengan pertimbangan dislokasi Kiban yang dekat Mayon
sehingga siap digerakkan dengan cepat maka Kiban dijadikan sebagai Kompi
Gultor.
Dengan adanya upaya pembentukan
organisasi tersebut diharapkan Satuan akan lebih efektif dalam menangkal
setiap ancaman yang timbul. Kondisi kemampuan tersebut perlu didukung
dengan adanya Alat peralatan yang dapat menunjang efektifitas kemampuan
yang dimiliki masing-masing kompi. Dukungan alat peralatan sangat
dibutuhkan berkaitan dengan modernisasi sistem alutsista dilingkungan
TNI AD.
Sampai saat ini di wilayah Kalimantan
Barat belum memiliki Satuan penangkal serangan udara. Jika ditinjau dari
aspek strategis dimana wilayah Kalbar berbatasan langsung dengan negara
lain, maka perlu dibentuk Yon Arhanud di wilayah Kalbar. Hal ini sangat
penting mengingat luasnya wilayah Kodam XII/Tpr yang meliputi Kalbar
dan Kalteng serta kerawanan ancaman serangan udara bisa saja terjadi
setiap saat. Alutsista yang modern tentunya juga diperlukan dalam sistem
pertahanan udara kita. Modernisasi Sistem persenjataan berpengaruh
terhadap pemetaan tingkat kekuatan yang tergelar. Pembentukan satuan
Arhanud tersebut diharapkan dapat memberikan efek strategis terhadap
pertahanan di wilayah Kalbar. Sehingga dapat menjadikan perhitungan
tersendiri bagi negara-negara lain.
Dalam menunjang kontinuitas
transformasi TNI AD secara bertahap bertingkat dan berlanjut dipengaruhi
oleh beberapa komponen yang berpengaruh didalamnya . Beberapa komponen
tersebut antara lain : “Human Resources” (SDM) yang menunjang, “
Millitary technology” (Teknologi Militer) baik berupa peralatan
(equipment), persenjataan (weapons), kendaraan (vehicle), struktur dan
sistem komunikasi (structures and communication system) struktur dan
sistem komunikasi yang didesain untuk digunakan dalam “warfare”, serta
“Military Strategy” (Strategi Militer). Komponen diatas perlu
diselaraskan dengan bidang Pertempuran, Dukungan, dan Pembinaan
Teritorial sehingga Konsep Tujuan utama Transformasi TNI AD dapat
tercapai.