Jepang, negara maju di kawasan Asia memiliki perhatian besar terhadap negaranya. Trauma dengan peristiwa yang terjadi pada 1945 ketika dua wilayahnya, Heroshima dan Nagasaki, dijatuhi bom atom oleh Sekutu, Jepang menguatkan semua sektor.
Negara yang populer dengan dengan otomotifnya ini, selain memiliki militer yang kuat dan canggih, juga memiliki badan intelijen yang terlatih dan profesional. Badan intelijen di masing-masing matra yang ada mampu menjadi benteng negara dari ancaman.
Ada beberapa nama dinas intelijen yang memiliki reputasi bagus. Sebut saja Naicho, yaitu badan intelijen yang menjadi bagian kantor riset kabinet.
Naicho memiliki anggaran dana yang besar. Tugasnya menganalisa berbagai kebijakan pertahanan seluruh negara besar yang diminati Jepang. Lainnya, MITI yakni badan yang bertanggunjawab atas pengumpulan data-data komersil dan ekonomi internasional.
Satu lagi badan intelijen yang tidak boleh dikesampingkan perannya, yaitu Public Security Intelligence Agency atau PSIA. Dinas ini merupakan badan intelijen nasional Jepang yang secara structural berada di bawah naungan Departemen Kehakiman (Ministry of Justice).
Berdasarkan Undang-undang yang berlaku, tugas PSIA terkait segala hal yang berkenaan dengan kemanan nasional serta pengintaian terhadap ancaman terhadap kemanan nasional. Konsentrasinya pada kontra-terorisme dan kontra-spionase. Konstribusinya sebagai lembaga negara yang berperan dalam pengumpulan informasi intelijen sangat besar. Kebijakan pemerintah Jepang banyak didasari oleh informasi-informasi intelijen.
Data-data asing dan domestik banyak dimiliki PSIA yang diperoleh melalui investigasi dan operasi intelijen. Informasi ini kemudian dipakai pemerintah dalam menentukan kebijakannya. PSIA juga bertanggungjawab atas pengawasan terhadap etnis Zainichi di tanah Jepang. Etnis ini merupakan penduduk Jepang yang beretnis Korea. Mereka adalah penduduk minoritas di negeri ini.
Sesuai dengan sejarahnya, PSIA didirikan berdasarkan pada UU Subversive Activities Prevention Law yang diundangkan pada 21 Juli 1953. Pada awalnya, tugas PSIA hanya focus pada ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi sayap kiri Jepang, Japanese Red Army.
PSIA mulai melakukan operasi intelijennya secara lebih luas sejak kelompok Aum Shinrikyo melakukan serangan Gas Sarin di kereta api bawah tanah di Tokyo, 20 Maret 1995. Aum Shinrikyo adalah sebuah kelompok teroris di Jepang yang didirikan pada 1984 oleh Shoko Asahara. Amerika dan Uni Eropa memasukkan organisasi ini dalam daftar kelompok teroris.
Kelompok ini diduga kuat menimbulkan kegaduhan berskala internasional ketika beberapa anggotanya melakukan serangan gas Sarin di kereta api bawah tanah di Tokyo.
Terhitung 12 nyawa melayang, 54 orang luka parah. Namun, diduga korbannya lebih dari itu, karena banyak korban hidup yang mengungkapkan diri. Dalam melakukan pengawasan dan investigasi terhadap peristiwa ini, PSIA merangkul Tokyo Metropolitan Police Department Public Security Bureau.
Hasilnya tetap menyimpulkan bahwa kelompok Aum Shinrikyo sebagai organisasi yang berbahaya dan perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Investigasi kemudian diperkuat pada saat organisasi ini dikaitkan dengan kepemilikan senjata kimia pembunuh massal.
Intelijen