Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)
Selama ini masing-masing matra TNI melakukan operasi dan latihan itu secara parsial. Kini kami coba satu terobosan baru dengan mengintegrasikan semua itu dalam latihan sekaligus operasi bersama agar lebih efektif,"
"Selama ini masing-masing matra TNI melakukan operasi dan latihan itu secara parsial. Kini kami coba satu terobosan baru dengan mengintegrasikan semua itu dalam latihan sekaligus operasi bersama agar lebih efektif," kata Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis.
Garda Wibawa 14 melibatkan semua matra, yang kali ini digelar di perairan Ambalat, sehingga penitikberatan ada di matra TNI AL dan TNI AU dengan TNI AD sebagai pengimbang di darat.
Selain Moeldoko, hadir dalam peninjauan Garda Wibawa 14 itu, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, Marsekal Muda TNI Hadiyan Suminta, Asisten Operasi Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Didit Herdiawan, dan sejumlah besar pemimpin puncak TNI dan matra-matranya.
Latihan itu dipimpin Komandan Satuan Tugas Gabungan Ambalat TNI, Laksamana Muda TNI Agung Pramono, yang sehari-hari adalah panglima Komando Armada Kawasan Timur Indonesia TNI AL, dengan melibatkan lebih dari 1.100 personel gabungan TNI.
"Dengan pola yang baru ini, diharapkan penggelaran kekuatan bisa lebih cepat dan tepat. Contoh, jika ada pelanggaran di laut atau udara maka panglima TNI bisa langsung memerintahkan panglima Garda Wibawa 14 untuk mengerahkan kekuatan, baik itu pesawat tempur TNI AU ataupun kapal perang dari TNI AL, juga dari TNI AD jika itu ada di daratan," kata Pramono.
Dalam struktur organisasi latihan/operasi itu, panglima Garda Wibawa 14 membawahkan beberapa pangkalan TNI AL, pangkalan udara TNI AU, satuan Korps Marinir TNI AL, kapal-kapal perang TNI AL, Skuadron Udara 5 Surveilance TNI AU, Skuadron Udara 11 TNI AU, pesawat udara intai maritim TNI AL, satuan tugas intelijen, satuan tugas darat dari Komando Daerah Militer VI/Mulawarman.
Perairan Ambalat masih menjadi soal tersendiri bagi Indonesia dan Malaysia. Malaysia sebagai negara littoral alias bukan negara kepulauan, masih menganggap perairan kaya cadangan energi itu sebagai wilayahnya.
Indonesia, negara kepulauan yang meratifikasi UNCLOS 1982 bersama Malaysia, menetapkan titik pangkal pengukuran batas wilayah perairan ada pada gosong Karang Unarang. Sejak awal 2005, Indonesia membangun satu menara suar di atas gosong Karang Unarang itu.
Paroli laut dan udara selalu dilaksanakan sepanjang tahun. "Kami selalu mengerahkan kekuatan untuk mengantisipasi perkembangan di Ambalat. Sampai berpuluh kali perundingan dengan Malaysia, mereka belum mau mengakui kepemilikan kita di sana," kata Marsetio. (*)
Antara