"Jadi ada satu SSK yang diterjunkan ke sana. Itu hanya bersifat mem-back up polisi dalam penegakkan hukum," kata Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Rikas Hidayatullah di Jayapura, Sabtu.
Ia menegaskan bahwa satu SSK prajurit TNI Kodam Cenderawasih berada di Lanny Jaya untuk membantu polisi, bukan hal lainnya.
"Intinya seperti yang dikatakan Bapak Panglima Cenderawasih, bahwa kami akan mendukung polisi dalam waktu yang belum ditetapkan sampai kondisi Lanny Jaya aman dan kondusif, itu juga disampaikan oleh Pak Kapolda Papua," katanya.
Rikas mengatakan, peristiwa kontak tembak pada tiga hari lalu yang mengakibatkan tewasnya satu orang dari Gerakan Sipil Bersenjata (GSB) itu terjadi di tempat atau medan yang sulit yakni di Pirime, Kabupaten Lanny Jaya.
"Kami tidak bisa serta-merta melakukan pengecekan yang tertembak itu. Karena TNI-Polri tidak mau gegabah tapi bukti ada darah di lapangan itu jelas. Saya mohon kesabaran mengenai peristiwa itu, karena pihak mereka (GSB), juga langsung membawa rekan mereka itu," katanya.
Mengenai penjelasan Panglima Cenderawasih tentang 50-an senjata api yang berhasil diterima atau didapatkan oleh prajuirt kodam, Rikas membenarkan hal itu.
"Jadi senjata api itu ada yang standar militer dan rakitan yang kami dapatkan dan juga diserahkan oleh GSB atau OPM seperti di Manokwari Selatan, Papua Barat pada 16 Agustus lalu, lalu di Arso 14, Kabupaten Keerom tiga hari lalu. Sisanya yang kami gelar beberapa waktu lalu, totalnya 50-an lebih," katanya.
Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende mengatakan anggota yang digelar di Lanny Jaya bertambah yakni mencapai 530 orang yang berasal dari anggota Polri dan TNI.
Pengerahan ratusan orang aparat gabungan itu untuk melaksanakan tugas penegakkan hukum terhadap Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) pimpinan Porum Wenda dan Enden Wanimbo yang kerap kali meneror warga setempat dan menembaki TNI-Polri.
"Sudah mulai digelar operasi penegakan hukum terhadap KSB di Lanny Jaya yang melibatkan TNI," kata Irjen Yotje.
Antara