Pages

Saturday, 27 September 2014

Tome Pires, Pemilik Informasi Strategis Kekuatan Maritim Nusantara Abad ke-16


KAPAL JUNG - Foto Kapal Jung Tionghoa dekat Pulau Sambu tahun 1936. Jung digunakan Angkatan Laut Kerajaan Demak untuk membebaskan Malaka dari Portugis pada 1511. (Foto: Wikipedia)

Jakarta,  Bagi sebagian kalangan, mungkin nama Tome Pires sudah tidak asing lagi. Siapa dia dan bagaimanakah kiprahnya?
Tome Pires adalah seorang musafir asal Portugis yang pernah berkunjung ke Nusantara, sekitar abad ke-16. Dia pernah menulis karya tebesarnya berjudul Suma Oriental (Dunia Timur). Kariernya dimulai sebagai pembantu Afonso de Albuquerque (1475-1491), seorang penakluk Malaka pada 1511.
Tome Pires kemudian dilantik sebagai penulis dan bendahara untuk menjaga harta perdagangan yang melibatkan Malaka dan Jawa. Karena posisinya itu, akhirnya dia tahu betul alur perdaganagan yang melibatkan Malaka, Jawa, hingga Maluku. Tentunya beserta kekuatan maritim seluruh kesultanan yang ada di Nusantara.
Singgih Tri Sulistyono, lulusan Sejarah Universitas Diponegoro Semarang pernah menulis tentang kiprah Tome Pires di tanah Jawa. Dilansir dari blog Rempah, Singgih mencatat, seratus tahun sebelum Pires datang, Jawa memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kapal-kapalnya berlayar hingga Aden. Selain itu, Majapahit memiliki hubungan dagang utama dengan kerajaan Keling (India), Benggala, dan Pasai (Sumatera).
It had the whole of the trade at that time…gathered together such great merchants with so much trade along its sea coasts, that nowhere else so large so rich was known. Some of them were Chinese, some arabs, Parsees, Gujaratees, Belgalees and many other nationalities.
Singgih mengingatkan bahwa Tome Pires yang berkunjung ke pelabuhan-pelabuhan di Jawa mendengar dengan telinganya sendiri bahwa kebesaran Majapahit sudah beredar di kalangan banyak orang pada waktu itu.
They say that the island of Java used to rule as far as the Moluccas (Maluco) on the eastern side and (over) a great part of the west; and that it had almost all this for a long time past until about a hundred years ago, when its power began to diminish until it came to its present state.
Menurut Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental, kakek Raja Demak yang memerintah pada 1513 adalah seorang budak belian dari Gresik yang telah mengabdi di Demak saat masih menjadi vasal Majapahit. Dalam kariernya, dia diangkat menjadi kapitan dan dipercaya memimpin ekspedisi melawan Cirebon, sehingga berhasil pada 1470.
Menurut Pires, kekuatan Demak terletak pada pelabuhan-pelabuhan pendukungnya, seperti Jepara, Rembang, Juana, dan Tuban. Ketika pelabuhan-pelabuhan itu dapat dilumpuhkan maka dengan mudah Demak terkalahkan.
Strategi itu ternyata berhasil. Portugis yang menguasai alur perdagangan dari Malaka ke Maluku berhasil melumpuhkan kesultanan penguasa Jawa itu.
Pires menulis, Tuban merupakan salah satu bandar penting di Jawa. Jaringan perdagangan Tuban mencakup daerah-daerah, dari Malaka hingga Maluku, termasuk Makassar, Banjarmasin, Palembang, Jambi. Tuban memiliki hubungan dagang erat dengan Maluku. Dapat diketahui dari sebuah catatan Portugis bahwa ketika ada pedagang Portugis pada akhir abad XVI yang berusaha menemui Raja Tuban dalam usahanya mencari pemandu setempat untuk mengantarkannya ke Maluku, Raja Tuban lancar berbahasa Portugis. Ia menyarankan agar pedagang Portugis itu tidak usah datang ke Maluku dan cukup menunggu di Tuban, karena tiga bulan lagi akan datang lebih dari 40 jung dari Maluku membawa rempah-rempah. Ini berarti bahwa Tuban telah menjalin hubungan dagang secara reguler dengan Maluku dan Malaka.
Dengan menguasai Tuban dan pelabuhan-pelabuhan lain, secara tidak langsung telah mengambil kendali antara alur perdagangan Malaka, Jawa, dan Maluku.

Meninggal di Tiongkok
Atas kegemilangannya, Portugis kemudian mengutus Tome Pires sebagai duta ke Tiongkok. Mungkin maksud Portugis, setelah Nusantara takluk, giliran Tiongkok sasaran berikutnya. Akan tetapi di Tiongkok, gerak gerik Tome Pires sudah diawasi. Akhirnya, Tiongkok memenjarakan Tome Pires di Kiangsu hingga menemui ajalnya di sana.
Perjalanan hidup Tome Pires jika dikaitkan pada kondisi saat ini tidak ubahnya seperti intelijen yang menyusup ke sana kemari mengambil data hingga menyusun strategi untuk menghancurkan lawannya, sampai akhirnya menguasai daerah lawan.
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah itu ialah perlunya suatu penguasaan laut (Maritime Domain Awareness) agar mampu menjadi negara yang berperan penting atas kestabilan internasional dan perwujudan kesejahteraan buat rakyatnya.

Jurnal Maritim